Thursday, June 6, 2013

MANUSIA TANGGUH

Apa yang dimaksud manusia tangguh? Apakah seperti Herkules yang terkenal kekuatannya di mitos Yunani? Atau seperti Gajah Mada yang bercita-cita menyatukan Nusantara? Atau seperti Imam Bukhari yang mampu menghapal ratusan ribu hadist? Atau seperti Ibnu Sina yang menjadi expert di berbagai bidang, mulai dari astronomi sampai kedokteran sehingga bukunya yang berjudul “Canon of Medicine” atau “Al Kanun” masih menjadi rujukan dunia kedokteran modern?

Yang dimaksud dengan manusia yang tangguh disini adalah manusia ideal yang mampu menjalankan tugasnya sebagai seorang manusia, apapun itu profesinya. Jadi tidak terkotak-kotak dalam hal fisik, keilmuan maupun hal-hal lainnya. Yang dimaksud tangguh disini adalah bagaimana seorang manusia itu dapat memaksimalkan seluruh potensi dirinya untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi sekitar dan kehadirannya di dunia dapat dipertanggungjawabkan segala kiprahnya di hadapan Tuhan maupun di hadapan manusia.
Manusia itu tidak hanya harus Sukses tapi juga harus Mulia. Untuk itu diperlukan beberapa kredibilitas agar seseorang bisa menjadi manusia yang tangguh, antara lain :

1.      Kredibilitas IMAN
Iman sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan dan ketangguhan seseorang menghadapi kehidupan. Salah satu contohnya adalah tingginya angka bunuh diri di Jepang – 100 orang per hari – disinyalir ini disebabkan adalah kurangnya religiusitas di negara tersebut. Kehidupan modern yang mengagungkan pencapaian materi menjadikan seseorang rentan terhadap tantangan, sehingga ketika tercapai kesuksesan materi, rasa hampalah yang menerpa. Disinilah perlunya kredibilitas iman agar ketercapaian materi diimbangi dengan rasa syukur yang tinggi terhadap kekuatan Ilahiah yang mendampingi dan “memberi restu” terhadap ketercapaian tadi.
Kredibilitas iman seseorang tidak bisa hanya dilihat dari idiom-idiom verbal yang diungkapkan seseorang tentang kebaikan tapi juga harus mengejawantah dalam kehidupan pribadi dalam tatanan sosial yang menyertainya. Tak cukup hanya pengakuan terhadap keilahian atau kenabian seseorang tapi juga tercermin dalam kontribusinya terhadap masyarakat sekitarnya. Dalam Islam dikatakan bahwa iman itu adalah “pengakuan di dalam hati (ma’rifat bil qolbi), dikatakan dengan lisan (qaulun bil lisan) dan ia dilakukan dengan perbuatan (‘amalun bil arkan)”.
Tak cukup dikatakan beriman seseorang apabila hanya teriak-teriak tentang kebaikan tapi tak ada kontribusi yang nyata bagi masyarakat atau berkelakuan sebaliknya, ataupun kontribusi nyata bagi masyarakat tanpa disertai pengakuan terhadap keilahian. Jadi iman itu bersifat menyeluruh, meliputi aspek horisontal maupun vertikal (hablumminannas wa hablumminallah).

2.      Kredibilitas RUH
Satu kata sederhana ini – RUH – merupakan salah satu misteri yang belum bisa terjawab secara gamblang sampai saat ini. Banyak penelitian modern yang ingin menyingkap tentang ruh ini namun hasilnya tetap membuat manusia bingung. Inilah salah satu bentuk kelemahan manusia di hadapan Ilahi. Dalam kitab suci disebutkan bahwa : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah : Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tiadalah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”(QS.17 : 85)
Bagaimana kaitannya kredibilitas ruh ini dengan menjadi manusia yang tangguh? Ruh ini berkaitan dengan persepsi hati nurani dalam menghadapi tantangan dan hambatan hidup. Sebagai jembatan antara Tuhan dan akal manusia, keberadaan hati nurani menjadi sangat krusial dalam memperjelas kredibilitas ruh seorang manusia tangguh. Keberadaan Tuhan akan sulit diterjemahkan apabila hanya mengandalkan akal manusia yang terbatas itu, namun dengan hati nurani maka keberadaan itu menjadi jelas adanya. Dengan hati nurani juga manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Hubungan yang baik antara manusia dan Tuhannya melalui kedekatan ruh dengan-Nya juga berdampak baik terhadap rasa percaya diri seseorang ketika menghadapi atau menjalani hidup. Hal ini tentu saja berbanding lurus dengan ketahanan orang tersebut dalam menjawab tantangan dan hambatan kehidupan yang harus dihadapi.

3.      Kredibilitas AKHLAK
Menurut Imam Ghazali, akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menam-pilkan perbuatan dengan senang tanpa memerlukan penelitian dan pemikiran. Akhlak merupakan buah dari pohon yang terbangun dari akidah yang kuat, yang bercabang syariah dan berdaun ibadah. Suatu perbuatan dikatakan telah menjadi akhlak apabila perbuatan tersebut dilakukan berulang-ulang dan timbul dengan sendirinya, tanpa ditimbang-timbang sehingga menjadi suatu kebiasaan hidupnya.
Akhlak terbagi dua yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk. Baik dan buruk dalam pandangan siapa? Tentu saja dalam pandangan Tuhan yang tertulis dalam kitab suci yang dicontohkan oleh para Nabi. Seorang Muslim harus mengikuti akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW karena Nabi Muhammad SAW mendapatkan legitimasi dari Allah SWT sebagai contoh akhlak yang baik sebagaimana tertuang dalam HR. Bukhari, Baihaqi dan Hakim : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Dalam riwayat lain diceritakan: seorang lelaki menemui Rasulullah SAW dan bertanya,”Ya Rasulullah, apakah agama itu?”. Rasulullah SAW menjawab,”Akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kanannya dan bertanya,”Ya Rasulullah, apakah agama itu?”. Nabi SAW menjawab,”Akhlak yang baik”. Kemudian ia mendatangi Nabi dari sebelah kiri dan bertanya,”Apakah agama itu?”. Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda,”Belum jugakah engkau mengerti? Agama itu akhlak yang baik”. (al-Targhib wa al-Tarhib 3:405)
Bagaimana hubungannya akhlak yang baik dengan menjadi seorang manusia yang tangguh? Ketangguhan seorang manusia terlihat dari “kekenyalan” dia terhadap rintangan dan cobaan hidup yang menerpa. Seseorang yang berakhlak baik akan memandang tantangan dan cobaan hidup itu adalah sebuah batu loncatan untuk melompat lebih tinggi daripada sebuah rintangan yang akan menghambat hidupnya. Seorang yang berkredibilitas akhlak akan memandang dunia ini adalah lahan yang subur untuk menyebarkan benih-benih kebaikan bagi sesama dalam rangka menabung energi positif (epos) yang pasti akan kembali kepada masing-masing individu, dan sebagai bahan pertanggungjawaban di hadapan Yang Maha Kuasa.

4.      Kredibilitas ILMU
Imam Asy Syahid Syekh Hasan Al Banna (pendiri pergerakan Ikhwanul Muslimin Mesir) pernah memberikan petunjuk kepada pengikutnya untuk membaca buku minimal 2 jam/minggu diluar bacaan yang berhubungan dengan keilmuannya atau pekerjaannya. Hal ini disarankan agar anggota Ikhwanul Muslimin selalu meng-upgrade keilmuannya di berbagai bidang, diluar bidang yang dikuasai, dan dapat berpendapat yang obyektif terhadap perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Qoute dari Tom MC Ifle berikut ini cukup menggambarkan urgensi tingkat keilmuan seseorang akan biaya yang harus dikeluarkan apabila tidak berilmu : “berapa biaya yang akan anda tanggung dari kegagalan, akibat TIDAK berpengetahuan? So Stay Hunger and Stay Foolish for Knowledge”.
Perkembangan teknologi dewasa ini membuat manusia begitu mudah untuk mendapatkan ilmu. Allah SWT menganugrahkan ilmu kepada Jack Dorsey dengan twitter-nya sehingga setiap hari orang-orang bisa mendapatkan curahan ilmu dari mentor-mentor – yang belum tentu pernah bertemu sebelumnya – cukup dengan mem-follow orang tersebut. Tidak perlu seperti Imam Bukhari pada jaman dahulu yang harus menempuh ratusan kilometer demi untuk menelusuri keabsahan suatu hadist. Dengan adanya telepon pintar (smartphone), orang bisa berbagi ilmu hanya dalam waktu hitungan detik, yang penting koneksinya internetnya bagus.
Kredibilitas ilmu seseorang juga perlu diasah agar dapat menghantarkan orang tersebut menjadi seorang expert. Dalam buku DNA SuksesMulia karya trio SuksesMulia (Jamil Azzaini, Indrawan Nugroho, Farid Poniman) dituliskan bahwa seseorang bisa menjadi expert apabila telah berlatih selama 10.000 jam dengan kondisi latihan yang terancang dengan baik atau disebut juga deliberate practice, bukan pengulangan latihan yang sama, tapi latihan yang semakin meningkat kapasitas kesulitannya.
Dengan kredibilitas ilmu yang dimiliki, seseorang akan dapat menemukan berbagai jawaban akan pertanyaan-pertanyaan hidupnya, baik dalam dunia pekerjaan, hubungan sosial masyarakat maupun yang berkaitan dengan keluarga dan lain-lain.

5.      Kredibilitas SOSIAL
Ada sebuah ungkapan yang menarik dari Ali Akbar @pakarseo tentang keberhasilan seseorang saat ini. Beliau mengungkapkan bahwa salah satu syarat untuk sukses pada masa kini adalah harus hidup di 2 dunia yaitu “dunia nyata” dan “dunia maya”. Hal ini terkait dengan cara interaksi manusia masa kini. Perkembangan teknologi – khususnya internet – telah mengubah cara bermasyarakat atau interaksi sosial manusia masa kini. Hal ini terkadang membuat interaksi “dunia nyata” seperti terabaikan. Sering kita lihat di tempat-tempat umum, banyak orang lebih asyik “berinteraksi” dengan HP-nya daripada berbicara dengan teman sebelahnya. Seorang Ibu mengeluh karena ketika arisan keluarga, anaknya tidak bisa berinteraksi dengan anggota keluarga lain malah asyik BBM-an.
Lalu kredibilitas sosial seperti apa yang diperlukan guna menjadi seorang manusia tangguh? Apakah harus eksis di 2 dunia? Atau cukup dengan eksis di salah satu dunia tersebut? Tentu saja yang palingafdol adalah harus eksis dunia akhirat. Di awal tulisan disampaikan bahwa seseorang tidak hanya harus Sukses tapi juga harus Mulia. Pemaknaan Mulia disini adalah bagaimana ia dapat bermanfaat bagi sesama. Dalam hadist diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “sebaik-baik kalian adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”. Ketika seseorang mempunyai harta yang banyak, apakah hartanya itu dapat memberi manfaat bagi khalayak atau masyarakat sekitarnya? Ketika seseorang mempunyai ilmu, apakah ilmunya tersebut dapat membuat orang lain lebih berdaya? Ibu Tri Mumpuni malah memaknai bahwa orang kaya itu bukan karena hartanya, tetapi karena hasil karyanya mampu membuat lebih banyak orang berdaya sehingga lebih banyak orang yang mampu memberi kepada sesama. Ibu Tri Mumpuni ini telah mempunyai kredibilitas sosial yang tinggi dengan cara membuat pembangkit listrik tenaga air sederhana yang beliau buat bersama suami agar desa mereka bisa “melek” listrik. Bapak Jamil Azzaini ketika di Dompet Dhuafa berhasil membuat ribuan Baitul Mal wat Tamwil di berbagai belahan bumi Nusantara guna mengangkat perekonomian yang kurang beruntung dan sekarang telah mempunyai aset triliyun rupiah.
Contoh diatas adalah sebagian kecil orang-orang yang mempunyai kredibilitas sosial yang tinggi dan hasilnya memberi manfaat yang banyak bagi orang lain.

6.      Kredibilitas FISIK
Kredibilitas terakhir yang harus dimiliki guna menjadi manusia tangguh selanjutnya adalah kredibilitas fisik. Ketika seseorang mempunyai iman yang kokoh, ruh yang selalu terjaga, akhlak yang baik,ilmu yang tinggi, berdaya guna bagi sesama maka untuk melengkapi itu semua seseorang tersebut harus mempunyai fisik yang sehat. Apa jadinya seorang trainer ketika di tengah presentasi dia pingsan karena kehabisan energi akibat tingginya jam tayang? Asy Syahid Syekh Hasan Al Bannaberpesan bahwa dalam sehari semalam harus disisihkan waktu sekitar 30 menit untuk berolahraga agar kesehatan fisik selalu terjaga.
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti syaraf dari Rush University Medical Center yang diterbitkan dalam edisi online Neurology, menyebutkan bahwa aktifitas fisik harian – termasuk olahraga, memasak, mencuci dan lain-lain – dapat mengurangi resiko penyakit Alzheimer dan penurunan kemampuan kognitif, bahkan pada orang yang berusia di atas 80 tahun.
Bagaimana dengan orang-orang yang mempunyai kekurangan fisik? Apakah hilang kesempatan mempunyai manusia yang tangguh? Kekurangan fisik tidak bisa menjadi halangan untuk menjadi seorang yang tangguh. Sejarah mencatat orang-orang berkekurangan secara fisik namun berdaya guna bagi orang lain. Ada Helen Keller (tuna rungu dan tuna netra) yang mampu menginspirasi dunia karena dengan keterbatasannya ia mampu menjadi seorang aktifis politik, penulis dan dosen, adaStephen Hawking yang dalam keterbatasannya bisa menjadi profesor fisika kuantum yang paling disegani di dunia, di Indonesia ada Habibi Afsyah yang mempunyai penghasilan yang lumayan melalui dunia maya meskipun untuk memakai baju pun harus dipakaikan karena kelumpuhan hampir 80% tubuhnya.

So...bagi kita yang “normal”, adakah alasan untuk tidak menjadi pribadi yang tangguh?
Keep fighting!!!

No comments:

Post a Comment