Showing posts with label KISAH TENTANG SEBUAH CERITA. Show all posts
Showing posts with label KISAH TENTANG SEBUAH CERITA. Show all posts

Monday, May 6, 2013

MENGAPA HARUS KARTINI?


Mengapa setiap 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan ...dan diteladani dibandingkan Kartini?

Pada dekade 1980-an, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsya W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik pengkultusan R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1988, masalah ini kembali menghangat, menjelang peringatan hari Kartini 21 April 1988. Ketika itu akan diterbitkan buku Surat-Surat Kartini oleh F.G.P. Jacquet melalui penerbitan Koninklijk Institut voor Tall-Landen Volkenkunde (KITLV).

Tulisan ini bukan untuk menggugat pribadi Kartini. Banyak nilai positif yang bisa kita ambil dari kehidupan seorang Kartini. Tapi, kita bicara tentang Indonesia, sebuah negara yang majemuk. Maka, sangatlah penting untuk mengajak kita berpikir tentang sejarah Indonesia. Sejarah sangatlah penting. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, kata Bung Karno. Al-Quran banyak mengungkapkan betapa pentingnya sejarah, demi menatap dan menata masa depan.

Banyak pertanyaan yang bisa diajukan untuk sejarah Indonesia. Mengapa harus Boedi Oetomo, Mengapa bukan Sarekat Islam? Bukankah Sarekat Islam adalah organisasi nasional pertama? Mengapa harus Ki Hajar Dewantoro, Mengapa bukan KH Ahmad Dahlan, untuk menyebut tokoh pendidikan? Mengapa harus dilestarikan ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani sebagai jargon pendidikan nasional Indonesia? Bukankah katanya, kita berbahasa satu: Bahasa Indonesia? Tanyalah kepada semua guru dari Sabang sampai Merauke. Berapa orang yang paham makna slogan pendidikan nasional itu? Mengapa tidak diganti, misalnya, dengan ungkapan Iman, Ilmu, dan amal, sehingga semua orang Indonesia paham maknanya.

Kini, kita juga bisa bertanya, Mengapa harus Kartini? Ada baiknya, kita lihat sekilas asal-muasalnya. Kepopuleran Kartini tidak terlepas dari buku yang memuat surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabat Eropanya, Door Duisternis tot Licht, yang oleh Armijn Pane diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang. Buku ini diterbitkan semasa era Politik Etis oleh Menteri Pengajaran, Ibadah, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr. J.H. Abendanon tahun 1911. Buku ini dianggap sebagai grand idea yang layak menempatkan Kartini sebagai orang yang sangat berpikiran maju pada zamannya. Kata mereka, saat itu, tidak ada wanita yang berpikiran sekritis dan semaju itu.

Beberapa sejarawan sudah mengajukan bukti bahwa klaim semacam itu tidak tepat. Ada banyak wanita yang hidup sezamannya juga berpikiran sangat maju. Sebut saja Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (terakhir pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita.

Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.

Kalau Kartini hanya menyampaikan Sartika dan Rohana dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang ber inisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).

Kalau saja ada yang sempat menerbitkan pikiran-pikiran Rohana dalam berbagai surat kabar itu, apa yang dipikirkan Rohana jauh lebih hebat dari yang dipikirkan Kartini. Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pocut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama wanita.

Di Aceh kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati. Aceh juga pernah dipimpin oleh Sultanah (sultan wanita) selama empat periode (1641-1699). Posisi sulthanah dan panglima jelas bukan posisi rendahan.

Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.

Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan, begitu kata Rohana Kudus.

Bayangkan, jika sejak dulu anak-anak kita bernyanyi: Ibu kita Cut Nyak Dien. Putri sejati. Putri Indonesia..., mungkin tidak pernah muncul masalah Gerakan Aceh Merdeka. Tapi, kita bukan meratapi sejarah, Ini takdir. Hanya, kita diwajibkan berjuang untuk menyongsong tak dir yang lebih baik di masa depan. Dan itu bisa dimulai dengan bertanya, secara serius: Mengapa Harus Kartini?
Ditulis oleh Tiar Anwar Bachtiar (INSISTS)/insistnetdotcom

Tuesday, April 30, 2013

NEGARA INDONESIA TIDAK PUNYA AHLI WARIS?


Sulit dipungkiri kalau sejarah menyatakan bahwa asal usul Indonesia sama sekali tidak dapat dibuktikan seperti negara Aceh. Ia merupakan sebuah negara ciptaan penjajah yang dikemas dalam berkas nasionalisme dan diklaim wilayahnya mengikut bekas wilayah jajahannya. Sebelum terjadinya penjajahan tersebut dunia tidak mengenal negara yang namanya Republik Indonesia apalagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Yang ada adalah Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Ngurah Rai, Kerajaan Mojapahit, Kerajaan Sriwijaya dan sebagainya. Tidak pernah ada Kerajaan Indonesia atau negara Indonesia sebelum terjadinya penjajahan terhadap kerajaan-kerajaan tersebut.

Dari segi kepercayaan, Pulau Jawa yang pernah di Islamkan oleh Ulama Aceh asal Pasei; Fatahillah atau  Falatehan atau Sunan Gunung Jati, penduduknya menganut agama Hindu sebagaimana juga penduduk Aceh dahulu. Namun yang membedakan keduanya adalah ketika Islam datang ke Aceh masyarakat di sana menerima dengan senang hati dan tidak melawan penyebar Islam di Aceh. Sementara ketika Islam dibawa ke Pulau Jawa, penghuni Hindu di sana melawannya dan malah ada yang lari ke Pulau Bali ketika mereka tidak sanggup mempertahankannya. Mengikut sejarah yang ada, para pengikut hindu lapisan bawah di Jawa senang dan menerima kedatangan Islam ke sana karena mereka tidak sanggup lagi dikuras dan dihina oleh kasta yang lebih tinggi dari mereka. Sebaliknya dari kalangan kasta yang merasa dirinya tinggi tidak mau menerima Islam karena Islam menyamaratakan kehidupan ummah, tidak ada yang tinggi dan tidak ada yang rendah kecuali yang lebih taqwa di antara mereka yang mulia di sisi Allah.

Oleh karenanya, dari sisi agama Jawa berasal dari Hindu dan karena Indonesia juga didominasi oleh Jawa maka mayoritas penghuni Indonesia juga berasal dari Hindu, hanya ulama asal Acehlah yang meng-Islamkan mereka. Dari segi negara, Indonesia sama sekali tidak punya fondasi kecuali ciptaan Belanda yang diteruskan oleh Soekarno, Soeharto dan presiden-presiden berikutnya. Dari sisi pandang sejarah ia sama sekali tidak punya latar belakang sebuah negara seperti negara Aceh, Sriwijaya, Mojapahit, Ngurah Rai dan sebagainya.

Untuk itu Indonesia dapat dikatakan sebagai sebuah negara yang tidak punya wali. Karena tidak punya wali maka ia juga tidak punya ahli waris. Dengan demikian kalau Indonesia jatuh sakit maka tidak ada yang mengurusnya dari talian darah ahli waris. Apa lagi kalau Indonesia meninggal maka tidak ada yang dapat mewarisi peninggalannya kecuali pihak lain yang merebut peninggalannya. Barangkali pihak lain inilah yang bakal muncul dalam fersi lama seperti Kerajaan Aceh Darussalam, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mojapahit, Kerajaan Ngurah Rai dan sebagainya.

Dari sisi kajian historis sosiologis hal itu wajar terjadi mengingat Indonesia yang tidak punya wali. Kalau dalam kehidupan seorang manusia yang tidak punya ahli waris boleh jadi ia tidak punya saudara kandung atau tidak punya paman dan seumpamanya, ini menjadi persoalan biasa. Tapi kalau seseorang itu dikatakan tidak punya wali maka orang tersebut boleh dikatakan anak haram yang tidak punya ayah yang sah menurut agama. Kalau falsafah ini mengenai negara Indonesia maka susah juga menjadi warga negara Indonesia karena takut dituduh seperti itu.

Yang jelas sejarah membuktikan bahwa dari segi kehidupan beragama Indonesia berasal dari kehidupan agama Hindu, dan dari segi asal usul kenegaraan Indonesia merupakan negara ciptaan yang tidak punya latarbelakang sejarah yang menguatkan. Disebabkan faktor ini maka semua klaim yang diatasnamakan Indonesia bukanlah milik Indonesia seperti Adat dan Budaya Indonesia, Sejarah Indonesia, Bangsa Indonesia, Bahasa Indonesia, Orang Indonesia dan sebagainya.

Karena tidak ada dasar negara maka Indonesia juga tida punya adat dan budaya, tidak punya sejarah, tidak punya bangsa, tidak punya bahasa dan tidak ada orang ndonesia. Yang ada adalah kumpulan adat budaya bangsa-bangsa di Sumatera, di Jawa, di Bali, di Kalimantan, di Sulawesi, di Maluku, di Irian Jaya dan seterusnya yang kemudian dinamakan adat budaya Indonesia. Ia juga tidak punya sejarah melainkan sejarah bangsa-bangsa tersebut, tidak punya bangsa melainkan bangsa-bangsa tersebut, tidak punya bahasa melainkan salah satu bahasa dari bangsa-bangsa tersebut dan seterusnya.

Kebetulan saja bahasa yang diklaim sebagai Bahasa Indonesia hari ini menurut pakar sejarah Indonesia Ibrahim Alfian berasal dari Bahasa Melayu Pasai di Aceh yang dahulu ditulis dalam ejaan Arab latin dan juga sering disebut Bahasa Jawi. Disebut bahasa Jawi karena dikawinkan antara bahasa Melayu Pasai dengan tulisan dalam ejaan Arab. Ia sama sekali tidak bermakna Bahasa Jawi itu adalah Bahasa Jawa atau bahasa dari Jawa sebagaimana yang pernah ditulis oleh seorang sarjana Aljazair Malik Bin Nabi.

Namun demikian karena secara hukum dunia hari ini Indonesia sudah diakui sebagai sebuah negara dan sudah memiliki persyaratan sebuah negara maka baik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) maupun Hukum Internasional (International Law) sudah mengakui bahwa Indonesia merupakan sebuah negara dengan nama Negara Republik Indonesia. Ini berarti sesuatu wilayah yang tidak berdasar sebuah negara boleh saja jadi negara asalkan mendapat pengesahan dan pengakuan dengan acara apasaja dari lembaga yang berhak untuk itu.

Tulisan Ini di Adobsi dari Tuisannya Hasanuddin Yusuf Adan “Antara Islam-Aceh dan Indonesia”.

Saturday, April 27, 2013

SEBUAH KISAH NYATA, "TRUE LOVE"


Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Kisah ini terjadi di beijing Cina, seorang gadis bernama Yo Yi Mei memiliki cinta terpendam terhadap teman karibnya di masa sekolah.
Namun ia tidak pernah mengungkapkannya, Ia hanya selalu menyimpan di dalam hati dan berharap temannya bisa mengetahuinya sendiri. Tapi sayang temannya tak pernah mengetahuinya, hanya menganggapnya sebagai sahabat, tak lebih.

Suatu hari Yo Yi Mei mendengar bahwa sahabatnya akan segera menikah hatinya sesak, tapi ia tersenyum “Aku harap kau bahagia“. Sepanjang hari Yo Yi Mei bersedih, ia menjadi tidak ada semangat hidup, tapi dia selalu mendoakan kebahagiaan sahabatnya.

12 Juli 1994 sahabatnya memberikan contoh undangan pernikahan yang akan segera dicetak kepada Yi mei, ia berharap Yi Mei akan datang, sahabatnya melihat Yi Mei yang menjadi sangat kurus & tidak ceria bertanya“Apa yang terjadi dengamu , kau ada masalah?

Yi mei tersenyum semanis mungkin ” Kau salah lihat, aku tak punya masalah apa apa, wah contoh undanganya bagus, tapi aku lebih setuju jika kau pilih warna merah muda, lebih lembut …” Ia mengomentari rencana undangan sahabatnya tesebut.

Sahabatnya tersenyum “ Oh ya, ummm aku kan menggantinya, terimakasih atas sarannya Mei, aku harus pergi menemui calon istriku, hari ini kami ada rencana melihat lihat perabotan rumah … daag“. Yi Mei tersenyum, melambaikan tangan, hatinyayang sakit.

18 Juli 1994 Yi Mei terbaring di rumah sakit, Ia mengalami koma,Yi Mei mengidap kanker darah stadium akhir. Kecil harapan Yi Mei untuk hidup, semua organnya yang berfungsi hanya pendengaran, dan otaknya, yang lain bisa dikatakan “Mati“ dan semuanya memiliki alat bantu, hanya muzizat yang bisa menyembuhkannya.

Sahabatnya setiap hari menjenguknya, menunggunya, bahkan ia menunda pernikahannya. Baginya Yi Mei adalah tamu penting dalam pernikahannya.Keluaga Yi Mei sendiri setuju memberikan “Suntik Mati“ untuk Yi Mei karena tak tahan melihat penderitaan Yi Mei.

10 Desember 1994 Semua keluarga setuju besok 11 Desember 1994 Yi Mei akan disuntik matidan semua sudah ikhlas, hanya sahabat Yi Mei yang mohon diberi kesempatan berbicara yang terakhir, sahabatnya menatap Yi Mei yang dulu selalu bersama.

Ia mendekat berbisik di telinga Yi Mei“ Mei apa kau ingat waktu kita mencari belalang, menangkap kupu kupu?...kau tahu, aku tak pernah lupa hal itu, dan apa kau ingat waktu disekolah waktu kita dihukum bersama gara gara kita datang terlambat,kita langganan kena hukum ya? “

“Apa kau ingat juga waktu aku mengejekmu, kau terjatuh di lumpur saat kau ikut lomba lari, kau marah dan mendorongku hingga aku pun kotor ?...Apakah kau ingat aku selalu mengerjakan PR di rumahmu? ...Aku tak pernah melupakan hal itu … “

“Mei, aku ingin kau sembuh, aku ingin kau bisa tersenyum seperti dulu, aku sangat suka lesung pipitmu yang manis, kau tega meninggalkan sahabatmu ini ?....”Tanpa sadar sahabat Yi Mei menangis, air matanya menetes membasahi wajah Yi Mei

“ Mei...kau tahu, kau sangat berarti untukku, aku tak setuju kau disuntik mati, rasanya aku ingin membawamu kabur dari rumah sakit ini, aku ingin kau hidup, kau tahu kenapa ?...karena aku sangat mencintaimu, aku takut mengungkapkan padamu, takut kau menolakku “

“ Meskipun aku tahu kau tidak mencintaiku, aku tetap ingin kau hidup,Aku ingin kau hidup, Mei tolonglah, Dengarkan aku Mei … bangunlah …. !! “Sahabatnya menangis, ia menggengam kuat tangan Yi Mei“ Aku selalu berdoa Mei, aku harap Tuhan berikan keajaiban buatku, Yi Mei sembuh, sembuh total.Aku percaya, bahkan kau tahu?.. aku puasa agar doaku semakin didengar Tuhan “

“ Mei aku tak kuat besok melihat pemakamanmu, kau jahat ... !!kau sudah tak mencintaiku, sekarang kau mau pergi, aku sangat mencintaimu…aku menikah hanya ingin membuat dirimu tidak lagi dibayang-bayangi diriku sehingga kau bisa mencari pria yang selalu kau impikan, hanya itu Mei … “

“Seandainya saja kau bilang kau mencintaiku, aku akan membatalkan pernikahanku, aku tak peduli … tapi itu tak mungkin, kau bahkan mau pergi dariku sebagai sahabat“

Sahabat Yi mei mengecup pelan dahi Yi Mei, ia berbisik” Aku sayang kamu, aku mencintaimu ” suaranya terdengar parau karena tangisan.Dan apa yang terjadi ?....Its amazing !! ” CINTA “ bisa menyembuhkan segalanya.

7 jam setelah itu dokter menemukan tanda tanda kehidupan dalam diri Yi Mei,jari tangan Yi Mei bisa bergerak, jantungnya, paru parunya, organ tubuhnya bekerja, Sungguh sebuah keajaiban !!Pihak medis menghubungi keluarga Yi Mei dan memberitahukan keajaiban yang terjadi. Dan sebuah mujizat lagi … masa koma lewat ….pada tgl 11 Des 1994

14 Des 1994 Saat Yi Mei bisa membuka mata dan berbicara, sahabatnya ada disana, ia memeluk Yi Mei menangis bahagia, dokter sangat kagum akan keajaiban yang terjadi.“ Aku senang kau bisa bangun, kau sahabatku terbaik “ sahabatnya memeluk erat Yi Mei

Yi Mei tersenyum “ Kau yang memintaku bangun, kau bilang kau mencintaiku,tahukah kau aku selalu mendengar kata-kata itu, aku berpikir aku harus berjuang untuk hidup ““Lei, aku mohon jangan tinggalkan aku ya, aku sangat mencintaimu ”Lei memeluk Yi Mei “ Aku sangat mencintaimu juga “

17 Februari 1995 Yi Mei & Lei menikah, hidup bahagia dan sampai dengan saat ini pasangan ini memiliki 1 orang anak laki laki yang telah berusia 14 tahun. Kisah ini sempat menggemparkan Beijing.

.~ o ~

Sumber : ceritainspirasiku, blogspot. Com
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...