Friday, June 7, 2013

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

B.     Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa (i) mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah.

2.      Tujuan Khusus.
-          Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan anak usia sekolah.
-          Agar mahasiswa (i) mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah.
-          Agar mahasiswa (i) mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak usia sekolah.
-          Agar mahasiswa (i) mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan anak usia sekolah.
-          Agar mahasiswa (i) mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN 
I.       KONSEP DASAR
A.    Definisi
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri:
1.      Label yang digunakan oleh orangtua
a.       Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga lain.
b.      Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.
c.       Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
2.      Label yang digunakan pendidik/guru
a.       Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.
b.      Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.
3.      Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a.       Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b.      Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara, dan perilaku.
c.       Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d.      Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.

B.     Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak
Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust:
1.      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum.
2.      Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh.
3.      Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
4.      Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
5.      Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung.
6.      Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
7.      Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
8.      Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga.
9.      Mencapai kebebasan pribadi.

C.    Perkembangan Usia Sekolah 
1.      Perkembangan Biologis
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm per tahun untuk tinggi badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya daripada otot.

2.      Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui media.
Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap industri vs inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang merupakan tahap industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.

3.      Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannya.

4.      Perkembangan Kognitif
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpainya.

5.      Perkembangan Moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya.

6.      Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk neraka.

7.      Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar.

8.      Perkembangan Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.

9.      Perkembangan Seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.

10.  Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.

D.    Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:
1.      Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
2.      Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3.      Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4.      Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola basket dan sepak bola) dan senang pada permainan yang bersaing.
5.      Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk membaca, mendengar radio, menonton, atau melamun.
Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan anak dengan lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan berkelompok dengan teman sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis, dan memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).

E.     Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan psikologis. 
   1.      Bahaya Fisik
a.       Penyakit
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan diulang pada kelas satu atau enam, tetapi berbahaya adalah penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubugan dengan keberhasilan diri anak.
b.      Kegemukan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “gendut” atau sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.
c.       Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik,  kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.
d.      Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri. 
e.       Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.
   2.      Bahaya Psikologis
a.       Bahaya dalam berbicara
Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia sekolah: kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain, kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
b.      Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c.       Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d.      Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
e.       Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak:
-          Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
-          Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku.
-          Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan.
-          Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
-          Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
-          Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
f.       Bahaya yang menyangkut minat
Ada dua bahaya yang umum dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak: pertama, tidak berminat pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya, dan kedua, mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
g.      Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks: kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang pertama cenderung berkembang bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharapkan melakukan peran-peran tradisional.
h.      Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan rasa penting diri yang palsu.
i.        Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.

II.    ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
a.       Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga:
-          Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, seks, hubungan keluarga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan), tipe keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama, status sosial, aktivitas keluarga.
-          Riwayat dan tahap perkembangan keluarga : tahap perkembangan keluarga saat ini, tugas perkembangan yang sudah pernah dilakukan, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga suami istri.
-          Lingkungan : karakteristik rumah, karakteristik lingkungan, mobilitas keluarga, hubungan keluarga dengan lingkungan, sistem sosial yang mendukung.
-          Struktur keluarga : pola komunikasi, pengambil keputusan, peran anggota keluarga, nilai-nilai yang berlaku di keluarga.
-          Fungsi keluarga.
-          Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga.
b.      Pengkajian yang berhubungan dengan anak usia sekolah
-          Identitas anak.
-          Riwayat kehamilan sampai kelahiran.
-          Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini.
-          Kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari).
-          Pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai).
-          Pemeriksaan fisik.

B.     Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah antara lain:
1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak dengan ISPA.
Tujuan Umum             :  Bersihan jalan nafas kembali efektif pada anak.
Tujuan Khusus            :  Keluarga mampu mengenal masalah ISPA pada anggota keluarga dengan cara:
-          Menyebutkan pengertian ISPA.
-          Menyebutkan penyebab ISPA.
-          Menyebutkan tanda dan gejala ISPA.
-          Menyebutkan cara mencegah ISPA.
-          Mengidentifikasi masalah ISPA yang terjadi pada anggota keluarga.
Intervensi:
-          Diskusikan bersama keluarga tentang pengertian ISPA dengan menggunakan lembar balik.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab ISPA dengan menggunakan lembar balik.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala ISPA.
-          Dorong keluarga untuk menyebutkan cara pencegahan ISPA.
-          Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila ISPA tidak diobati.
-          Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil yang telah didiskusikan.
-          Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapainya.

2.      Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan malnutrisi.
Tujuan Umum             :  Gangguan pemenuhan nutrisi pada anak tidak terjadi.
Tujuan Khusus            :  Keluarga mampu mengenal masalah malnutrisi yang terjadi pada anak dengan cara :
-          Menyebutkan pengertian malnutrisi.
-          Menyebutkan penyebab malnutrisi.
-          Menyebutkan tanda dan gejala malnutrisi.
-          Menyebutkan cara pencegahan malnutrisi.
Intervensi:
-          Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian malnutrisi.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab malnutrisi.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala malnutrisi.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan malnutrisi.
-          Motivasi keluarga untuk mengulang kembali hasil yang telah didiskusikan.
-          Berikan reinforcement atas hasil yang dicapai keluarga.

3.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan diare.
Tujuan Umum             :  Tidak terjadinya kekurangan volume cairan pada anak.
Tujuan Khusus            :  Keluarga mampu mengenal masalah diare yang terjadi pada anak dengan cara:
-          Menyebutkan pengertian diare.
-          Menyebutkan penyebab diare.
-          Menyebutkan tanda dan gejala diare.
-          Menyebutkan cara pencegahan diare.
-          Menyebutkan akibat dari tidak dirawatnya diare.
Intervensi:
-          Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian diare.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab terjadinya diare.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang tanda dan gejala diare.
-          Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan diare.
-          Diskusikan dengan keluarga tetang akibat tidak dirawatnya diare.
-          Motivasi keluarga untuk menyebutkan kembali hasil yang telah didiskusikan.
-          Berikan reinforcement atas hasil yang telah dicapai. 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan 
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakay terdiri atas kepala keluarga, serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada keluarga dengan anak usia sekolah adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, Struktur keluarga, fungsi keluarga, penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga, identitas anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat kesehatan bayi sampai saat ini, kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari), pertumbuhan dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai), dan pemeriksaan fisik.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada anak usia sekolah adalah: Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak dengan ISPA, Resiko tinggi terhadap gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan malnutrisi, Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan pada anak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga khususnya pada anak dengan diare.

B.     Saran 
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
-       Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan keluarga.

-       Untuk perawat diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan mampu memahami tentang masalah yang sedang dialami/terjadi pada anak usia sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC. Jakarta.

No comments:

Post a Comment