Saturday, March 30, 2013

THAHARAH (BERSUCI)


Persoalan  thaharah tidak lepas dari thaharah. Thaharah adalah syarat pertama sahnya shalat seseorang.

A.    Arti Thaharah
Menurut bahasa makna thaharah adalah bersuci, dan menurut istilah Syara’ makna thaharah adalah suci dari hadats dan najis.
1.    Hadats; adalah najis yang melekat di batin, missal nkarena kentut, jimak, terjamah antara kulit laki-laki dan perempuan tanpa penghalang. Cara membersihkan dengan wudhu’ (hadats kecil) dan dengan mandi jinabat bila hadats besar.
2.    Najis; ialah najis yang bmelekat di bagian dhahir seperti badan kena kotoran hewan, air kencing, darah dan hal yang menjijikkan.

a.    Alat-Alat Untuk Bersuci
Pandangan yang umum mengenai alat untuk bersuci ada dua, yaitu air dan debu.

1)   Macam-macam dan Pembagian Air
Air untuk bersuci ada beberapa syarat dan ketentuan, sebab ada jenis air yang bersih tapi tidak memenuhi syarat ketentuan untuk bersuci. Lebih jelasnya diberikan beberapa pembagian air dan air macam apa yang bisa dibuat bersuci dan air bersih yang tidak sah digunakan bersuci.

a)    Air Suci Mensucikan
Disebut air mutlak, artinya mutlak dan sah untuk bersuci, belum bercampur dengan macam-macam zat, najis maupun yang tidak najis. Air ini masih asli dari sumbernya, contoh beberapa air yang suci dan mensucikan:
·      Air sumur
·      Air sungai
·      Air hujan
·      Air embun
·      Air laut
·      Air salju
Bilamana air tersebut sudah mengalami perubahan warna, bau, rasa dan aslinya, karena barang najis atau barang suci, maka air ini sudah tidak mensucikan.

b)   Air Suci Mensucikan Tapi Makruh Digunakan
Lahan air musammas. Musammas adalah air mutlak bersih tapi kena sinar matahari sampai terlalu panas. Air in makruh digunakan bersuci seperti wudhu’.

c)    Air Bersih Yang Tidak Mensucikan
Seperti air musta’mal, ialah air yang bekas wudhu’ atau mandi jinabat. Ringkasnya air musta’mal adalah air bekas dibuat bersuci, dan air tidak sah untuk bersuci.

d)   Air Mutanajis
ialah air yang kejatuhan najis. Ada beberapa ketentuan mengenai air mutanajis.
·      Disebut air mutanajis bla air yang kejatuhan najis kurang dari dua kullah, sekalipun air itu tidak berubah warnanya, baunya, dan rasanya, tetapi hukumnya mutanajis dan tidak sah untuk bersuci.
·      Bila air yang kejatuhan najis lebih dari 2 kullah, ketentuan mutanajis sekiranya air yang kejatuhan itu sampai berubah warna, baud an rasa. Air seperti ini sudah tidak sah untuk bersuci sekalipun 2 kullah. Dan air lebih dari dua kullah itu tidak berubah warna, baud an rasa ketika kejatuhan najis, maka hukumnya ttap sui mensucikan.
·      Sekalipun yang mencampuri air barang tidak najis, tapi warna, bau, dan rasa air sudah bercampur jadi satu dalam air, maka air tersebut tidak bisa dibuat bersuci.

e)    Pengecualian Air Suci Mensucikan
Air suci mensucikan yang tidak bisa untk bersuci adalah air mutlak yang berasal dari curian.

2)   Debu
Debu adalah alat bersuci (kecuali air) yang biasanya digunakan tayammum dan membersihkan najis mughaladzah dengan tata cara tertentu. Debu itu sah untuk tayammum bilamana memenuhi syarat sebagai berikut:
a)  Tidak kena dan kecampuran najis
b)  Tidak basah
c)  Debu yang tidak musta’mal (tidak sisa dari tayammum)
d)  Tidak bercampur dengan pasir atau gamping, tapi menurut Imam Nawawi, debu   
      yang bercampur dengan pasir atau gamping tetap sah dibuat tayammum.

3.    Najis
Najis menurut bahasa ialah segala benda yang kotor dan menjijikkan. Dan najis menurut Syara’ (undang-undang Islam) ialah segala sesuatu yang haram, yang menjijikkan dan membawa kesengsaraan badan, akal, fisik maupun psikis.

a)    Macam-macam Najis
Contoh benda-benda yang najis:
·      Semua bangkai, kecuali bangkai manusia, ikan dan belalang.
·      Segala cairan yang keluar dari faraj dan anus, kecuali mani. Mani tidak najis tapi tidak suci , yang najis adalah madzi (cairan yang keluar sebelum mani dan warnanya bening).
·      Bagian anggota binatang yang terpotong dari tubuhnya, sementara binatangnya masih hidup.
·      Binatang halal seperti ayam, kambing, sapi, yang di potong tidak menyebut nama asma Allah.
·      Minum-minuman keras.
·      Anjing dan babi, baik bulunya, kulitnya, liurnya atau sesuatu yang dikeluarkan dari badannya seperti anak.
·      Darah dan nanah.

b)   Pembagian Najis
Najis di bagi 3 bentuk:
·      Najis Mukhafafah
Ialah najis ringan, seperti air kencing bayi laki-laki yang tidak makan apapun kecuali minum Air Susu Ibu (ASI), dan air kencing bayi perempuan tidak masuk najis mukhafafah tapi najis mutawasithah sekalipun ia masih makan dan minum ASI.
·      Najis Mutawasithah
Ialah najis sedang (tidak ringan tidak berat). Jadi selain barang najis Mukhafafah dan najis Mughaladzah adalah mutawasittah.
·       Najis Mughaladzah
Ialah najis berat. Najis berat terletak pada seluruh badan anjing dan babi dan sesuatu yang dikeluarkan darinya.

c)    Cara-cara Mensucikan Najis
Najis mukhafafah : caranya cukup memercikkan air pada tempat yang kena najis.
Adapun najis mutawasithat : caranya membersihkan sesuai pembagian najis tersebut.
Pembagian najis mutawasithah:
·      Najis Ainiyah ialah najis yang masih nampak kotorannya. Cara membersihkan harus hilang kotoran tersebut, baik baunya, warna dan rasa najis.
·      Najis Hukmiyah ialah najis yang tidak kelihatan tapi dihukum najis, sebab tempat itu bekas najis yang hilnag wujudnya karena terlalu lama. Dan cara membersihkan cukup memercikkan air saja.
Adapun najis mughaladzah : cara membersihkan ialah:
·      Dibasuh 7 kali dan salah satu diantaranya dicampur dengan debu.
·      Cara membersihkan 7 kali, terlebih dulu dibasuh kotoran-kotoran yang tampak sampai ntidak kelihatan dan secara lahiriah sudah bersih, kemudian beru di hitung 1 kali, kemudian dibasuh lagi 5 kali dan terakhir satu kali (atau tidak diletakkan terakhir) dengan tanah yang dicampur dengan air.

d)   Najis Ma’fu
Najis Ma’fu ialah yang dimaafkan dan diampuni, karena najis itu sulit menghilangkan, tidak tahu atau terlalu kecil.
Contoh-contoh najis yang ma’fu:
·      Najis bangkai yang tidak mengalir darahnya seperti nyamuk atau lalat.
·      Bilamana makanan atau minuman kena bangkai yang tidak mengalir darahnya seperti nyamuk, hukumnya tidak najis, tapi bila bangkai itu terlalu banyak dan menjijikkan maka hukumnya tetap najis walaupun nyamuk sejenis binatang yang tidak mengalir darahnya.
·      Kotoran dalam ikan yang terlalu kecil dan sulit mengambilnya juga dimaafkan, seperti ikan teri.
·      Darah atau nanah bekas penyakit seperti bisul-bisul atau lainnya yang sulit membersihkan dan sulit menghindari, hukumnya dimaafkan.
·      Jadi segala bentuk najis yang menyengsarakan cara penyuciannya hukumnya ma’fu.

B.       Istinjak
Istinjak adalah membersihkan najis dari bekas buang hajat besar atau kecil. Alat istinjak ada dua, yaitu dengan air dan dengan batu, dua alat ini mempunyai tata cara beda dalam menggunakannya.

1.      Istinjak Dengan Air
Dibersihkan dengan beberapa kali basuhan sampai bersih dan di rasa hilang bekas-bekas istinjak. Cara membersihkan hilang dan tidaknya boleh dilihat atau jemarinya dicium masih berbau atau tidak. Cara ini tidak bertata krama dsan hukumnya makruh, dan yang terbaik adalah memakai kebiasaan yang bersih itu bagaimana, dengan mengandalkan perasaan.

2.      Istinjak Dengan Batu
Sabda Rasulullah SAW.
“Apabila kalian beristinjak dengan batu, hendaklah dengan bilangan ganjil”. (HR. Imam Muslim, darei Jabir bin Abdullah ra)
Cara membersihkan dengan olesan pertama, kedua dan sampai tidak kelihatan wujud kotoran tersebut, yang demikmian ini baru dihitung satu kali. Kemudian baru kedua dan ketiga.
a.       Pilih batu yang halus.
b.      Jangan dengan barang-barang najis, seperti tulang, kotoran hewan yang mengeras.
c.       Ketika beristinjak dengan batu, pada saat buang hajat besar tidak boleh pindah-pindah tempat karena dimungkinkan kotorannya lebih besar sekitar anus, sehingga cara istinjak batu sangat menyulitkan.
d.      Orang yang terlalu tua seharusnya tidak istinjak dengan batu, karena kulit-kulit sekitar anus sudah berkeriput, sehingga menyulitkan bagi kotoran yang terjepit didalam bila dibersihkan dengan batu.

3.      Adab Istinjak
a.       Bila Didalam WC
1). Dhulukan kaki kiri disertai doa masuk WC.
2). Dahulukan kaki kana bila keluar disertai doa keluar WC.
3). Sebainya tidak menghadap dan membelakangi kiblat sekalipun didalam WC diperbolehkan, kecuali tempat menghadap kesana.
4). Jangan bercakap-cakap.
b.      Diluar WC
1). Bila ditempat terbuka, carilah tempat yang jauh dan tersembunyi.
2). Tidak boleh pada tempat yang biasanya ramai orang.
3). Jangan menghadap kiblat atau membelakangi kecuali membuat penghalang.
4). Jangan diatas pohon atau dibawah pohon yang berbuah.
5). Jangan buang air kecil ditempat air yang tergenang atau lobang-lobang, sebab kekhawatiran di dalamnya ada makhluk hidup.
c.       Didalam atau diluar WC.
1). Jangan mustaf atau Al-Qur’an.
2). Jangan membawa Asma Allah atau Muhammad atau Lafadz-lafadz dzikir lainnya.
3). Jangan membawa ayat-ayat Allah kecuali dalam hati, atau menjawab adzan kecuali dalam hati.
4). Bercakap-cakap kecuali terpaksa.

C.      BERWUDHU’
Sabda Rasulullah saw:
“Tidak diterima shalat seseorang diantara kalian bila berhadats, sebelum dia melakukan wudhu’ lebih dulu”. (HR. Imam Muslim, dari Abu Hurairah ra).

1.      Pengertian Wudhu’
Wudhu’ menurut bahasa ialah bersih, dan menurut istilah syara’ ialah membersihkan bagian-bagian anggota badan untuk menghilangkan hadats kecil dengan ketentuan dan tata cara tertentu.

2.      Fardhu Wudhu’
a.       Niat
b.      Membasuh wajah
c.       Membasuh tangan kanan dan kiri
d.      Mengusap sebagian rambut
e.       Membasuh kedua kaki
f.       Tertib

3.      Syarat-syarat
a.       Islam
b.      Tidak sedang haid
c.       Tidak nifas
d.      Tidak ada yang menghalangi antara kulit dan air wudhu’, seperti cat kering
e.       Tidak ada benda yang melekat dikulit, yang mana benda tersebut bisa mengubah warna air suci mensucikan bila mngenai badan yang menempel itu.
f.       Paham atau mngerti fardhu-fardhu wudhu’
g.      Airnya suci mensucikan
h.      Tidak menanggung hadats besar
i.        Tamyiz.
4.      Sunnat-sunnat Wudhu’
a.       Membaca basmalah
b.      Mencuci kedua telapak tangan sebelim wudhu’
c.       Berkumur-kumur
d.      Istinsyaq
e.       Mengusap-usap seluruh kepala dengan air
f.       Mengusap daun telinga dan bagian dalamnya
g.      Membasuh sela-seka jenggot yang tumbuh banyak
h.      Mem,basuh sela jari-jari kaki atau tangan bila jari ada cincinnya sebaiknya cincin itu diputar-putar agar kemasukan air
i.        Mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri
j.        Tidak berlebihan menggunakan air
k.      Membasuh atau mengusap dengan tiga kali
l.        Membaca doa selesai wudhu’

5.      Yang Membatalkan Wudhu’
a.       Keluarnya sesuatu dari jalan depan dan belakang
b.      Hilangnya akal karena tidur atau lainnya
c.       Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang sudah baliqh tanpa ada kain penghalang
d.      Telapak tangan menyentuh dzakar atau farajnya sendiri.

D.      TAYAMMUM
Tayammum adalah mengusapkan debu kewajah dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat tertentu.

1.    Sebab-sebab diperbolehkan tayammum
a.       Betul-betul tidak ada air
b.      Karena sakit (dilarang menyentuh air)
c.       Telah masuk waktu shalat
d.      Dengan debu yang suci
2.    Fardhu Tamayammum
a.       Niat
b.      Mengusap muka dengan debu atau tanah, dengan dua kali usapan
c.       Mengusap dua belah tangan hingga siku-siku dengan debu atau tanah dua kali
d.      Memindahkan debu kepada anggota yang diusap
e.       Tertib

3.    Sunnat Tayammum
a.        membaca basmalah
b.      Mendahulukan anggota yang kana dari yang kiri
c.       Mendahulukan bagian atas wajah dari pada bawah
d.      Jarak antara mengusap wajah dan kedua tangan tidak berselang terlalu lama
e.       Sunnat melepas cincin bila memakai cincin
f.       Menepiskan debu

4.    Yang Membatalkan Tayammum
a.       Segala yang membatalkan wudhu’
b.      Melihat air sebelum shalat, kecuali yang bertayammum karena sakit
c.       Murtad, keluar dari islam

E.       MANDI

1.    Perkara Yang Menyebabkan Mandi
a.    Pertemuan dua faraj atau bersenggama baik sampai keluar mani atau bersentuhan ujung sama ujug.
b.    Keluar mani karena apapun, sekalipun yang keluar sampai darah.
c.    Mati, kecuali mati syahid
d.   Selesai haid
e.    Selesai melahirkan, mengeluarkan dsarah wiladah walaupun hanya setetes
f.     Selesai nifas

2.    Fardhu-fardhu Mandi
a.    Niat dalam hati yang diletakkan pada basuhan pertama
b.    Wajib membersihkan najis dibadan
c.    Wajib meratakan air keseluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki

3.    Sunnat-sunnat Mandi
a.    Membaca basmalah
b.    Wudhu’ sebelum mandi
c.    Mengusap-usap kulit sebelum disiram
d.   Mengungkap-ungkap rambut atau yang sulit dijangkau oleh air
e.    Mendahulukan yang kanan kemudian yang kiri
f.     Berturut-turut setiap basuhan (tidak terlalu lama antara basuhan.

No comments:

Post a Comment