Pendahuluan
Perawatan pasien usia lanjut (usila) berbeda dengan
pasien usia muda. Sebagian dikarenakan adanya perubahan yang terjadi akibat
proses menua, sebagian lagi karena adanya multipatologi dan berbagai keadaan
yang justru diakibatkan oleh tindakan pengobatan (iatrogenic).
Salah satu tantangan yang dihadapi dunia kedokteran
ialah membuka tabir misteri proses menua. Walaupun kita dapat melihat proses
menua dalam kultur jaringan, tetapi masih sulit untuk melihatnya pada organisme
utuh. Proses menua secara tak langsung dipengaruhi oleh akumulasi berbagai
macam penyakit kronik. Bagaimana membedakan perubahan yang hanya disebabkan
oleh proses menua dari keadaan yang merupakan sequele dari suatu penyakit? Apakah sekelompok usila yang bebas
penyakit dapat dijadikan model untuk memahami proses menua?
Membedakan
proses menua normal dengan perubahan patologik merupakan hal yang kritis dalam
mengelola pasien usila. Diharapkan kita tidak hanya mengobati secara berlebihan
proses menua normal karena menganggapnya sebagai perubahan patologik.
Sebaliknya kita juga perlu berhati-hati terhadap suatu yang kita anggap sebagai
keadaan normal pada usila yang justru mungkin merupakan perubahan patologik.
Perubahan yang Berhubungan dengan
Proses Menua “Normal”
Seperti telah disebut di atas, membedakan proses
menua normal dengan perubahan patologik merupakan hal kritis dan sulit. Hingga
saat ini pengetahuan mengenai proses menua normal belumlah dikenal dengan
pasti. Kebanyakan informasi yang ada berasal dari suatu penelitian cross-sectional yang membandingkan suatu
kelompok usia muda dengan kelompok usia lanjut. Hasil penelitian tersebut hanya
menunjukkan adanya perbedaan tanpa memperlihatkan bahwa hal tersebut
diakibatkan usia, sehingga perlu suatu penelitian kohort.
Perubahan yang berhubungan dengan proses menua
normal terutama sebagai akibat kehilangan/penurunan secara bertahap (gradual loss). Kehilangan tersebut
umumnya sudah dimulai sejak awal usia muda. Tetapi pada beberapa sistem organ,
kehilangan tersebut secara fungsional tidak bermakna, sampai terjadi kehilangan
yang ekstensif.
Adapun yang mengakibatkan penurunan tersebut, baik
usia atau penyakit keduanya, bagi seorang klinikus yang terpenting ialah
batas-ambang (threshold). Perubahan
tersebut belum mempunyai makna bila belum melewati batas-ambang. Kinerja
fungsional (functional performance)
suatu organ pada usila tergantung pada 2 prinsip, yaitu kecepatan terjadinya
gangguan dan tingkat kinerja yang dibutuhkan.
Hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan fungsi
yang normal pada sebagian besar usila bukanlah merupakan hal yang aneh.
Perbedaan penting dengan kelompok usia muda bukanlah terletak pada tingkat
kinerja dalam keadaan istirahat (tanpa stress), tetapi bagaimana organ
(organisme) bertahan terhadap stress dari luar. Sebagai contoh seorang usila
yang mempunyai denyut nadi istirahat normal ternyata tidak mampu untuk
meningkatkan curah jantung pada waktu melakukan aktivitas.
Kadang-kadang beberapa perubahan akibat proses menua
saling mempengaruhi, sehingga hasil akhirnya didapat nilai normal pada keadaan
istirahat. Sebagai contoh, adanya penurunan filtrasi glomerulus dan aliran
darah ginjal (renal blood flow), yang
tidak disertai dengan kenaikan kadar kreatinin serum, karena pada saat yang
bersamaan terjadi penurunan lean body
mass dan produksi kreatinin. Pada usia lanjut serum kreatinin bukanlah
suatu indikator fungsi ginjal yang baik.
Pada
tabel 1 dapat dilihat berbagai perubahan penting yang terjadi akibat penuaan.
Pada beberapa keadaan perubahan dimulai pada usia dewasa secara bertahap, pada
keadaan lainnya perubahan baru terjadi pada usia lanjut.
Tabel
1. Perubahan yang Berhubungan dengan
Proses Menua
Hal
|
Morfologi
|
Fungsi
|
Keseluruhan
|
Tinggi
badan berkurang (perubahan postur akibat kifosis bertambah)
Berat
badan berkurang
Rasio
lemak berbanding lean body mass
meningkat
Jumlah
cairan tubuh berkurang
|
|
Kulit
|
Bertambah
keriput
Atrofi
kelenjar keringat
|
|
Sistem
kardiovaskular
|
Elongasio
dan tortuositas arteri, termasuk aorta
Peningkatan
penebalan lapisan intima arteri
Peningkatan
fibrosis lapisan media arteri
Penurunan
kecepatan hipertrofi jantung
Sklerosis
katup jantung
|
Curah
jantung turun
Respons
denyut jantung terhadap stress turun
Penurunan compliance pembuluh darah perifer
|
Ginjal
|
Jumlah glomerulus
abnormal meningkat
|
Bersihan
kreatinin turun
Aliran
darah ginjal turun
Osmolaritas
maksimum urin turun
|
Paru
|
Elastisitas
turun
Aktivitas
silia turun
|
Kapasitas
vital turun
Ambilan
oksigen maksimum turun
Reflex
batuk turun
|
Saluran
gastro intestinal
|
Asam
lambung turun
Air
liur turun
Tonjol
perasa kurang
|
|
Skeletal
|
Osteoarthritis
Substansi
tulang berkurang
|
|
Mata
|
Arkus
senilis
Ukuran
pupil berkurang
Lensa
keruh
|
Daya
akomodasi turun
Hiperopia
Aktivitas
turun
Sensitivitas
warna turun
Persepsi
dalam turun
|
Pendengaran
|
Perubahan degeneratif
tulang pendengaran
Peningkatan obstruksi
tuba eustachi
Atrofi meatus
auditorius eksternal
Atrofi sel rambut
kohlea
Berkurangnya neuron
auditori
|
Persepsi tehadap
frekuensi tinggi turun
Penurunan
diskriminasi nada tinggi
|
Sistem
imun
|
|
Aktivitas
sel T turun
|
Sistem
saraf
|
Berat
otak turun
Jumlah
sel kortikal turun
|
Waktu respons motorik
memanjang
Kinerja intelektual
turun
Kompleks pembelajaran
turun
Waktu tidur berkurang
Waktu tidur REM
berkurang
|
Endokrin
|
Triiodotironin
(T3) turun
Testosteron
bebas turun
Insulin
meningkat
Norepinefrin
naik
Parathormon
naik
Vasopresin
naik
|
|
Implikasi Klinik
Seperti disebut di atas, data yang ada merupakan
studi cross sectional yang
membandingkan kelompok individu dalam berbagai usia, hasilnya menunjukkan
adanya penurunan fungsi organ secara gradual yang dimulai pada awal usia
pertengahan.
Beberapa penelitian lain secara kohort menunjukkan
hasil yang agak berbeda, beberapa parameter justru menunjukkan kinerja yang
meningkat dengan usia, misalnya fungsi kognitif, sedangkan fungsi
kardiovaskular pada mereka yang bebas penyakit jantung tidak menunjukkan adanya
penurunan yang nyata.
Seorang dokter harus berhati-hati dalam mengambil
data dari berbagai studi untuk digunakan pada seorang individu, seorang dokter
harus selalu menyadari adanya variasi individual. Prediktor yang baik bagi
kinerja seorang usila ialah kinerja individual sebelum yang bersangkutan
memasuki usia lanjut dan bukan memperkirakannya dari hasil suatu studi cross sectional. Seoran usila berusia 75
tahun mungkin saja mempunyai fungsi kardiovaskular yang lebih baik dari seorang
dokter berusia 50 tahun yang dalam hidupnya lebih banyak duduk (sedentary).
Proses menua bukanlah suatu urutan perubahan
biologik yang sederhana. Penuaan merupakan kehilangan: Kehilangan peran sosial
(pensiun), kehilangan penghasilan, kehilangan teman dan kerabat (meninggal atau
imobilitas).
Penuaan juga merupakan rasa takut: takut untuk
keamanan pribadi, takut untuk keamanan finansial dan takut ketergantungan.
Penyakit pada warga usia lanjut umumnya sangat
kompleks, yang paling penting gangguan yang diakibatkannya tidak hanya pada
fisik saja, tetapi juga mempengaruhi faktor psikik, sosio-ekonomi dan secara
keseluruhan mempengaruhi kemampuan fungsional.
Masalah
kesehatan pada usia lanjut meliputi:
1. Munculnya
penyakit baru, baik kronis maupun akut,
2. Morbiditas
dan komorbiditas penyakit yang sebelumnya diderita.
3. Akibat
penyakit kronik yang meliputi gangguan kemampuan fungsional, disabilitas,
ketergantungan, perawatan di rumah sakit dan perawatan di panti werdha.
4. Kecelakaan
dan segala akibatnya.
Karakteristik
penyakit pada warga usia lanjut mempunyai keunikannya tersendiri bila
dibandingkan dengan kelompok usia muda, yang secara garis besar dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel
2. Perbedaan Karakteristik Penyakit pada
Usia Muda dan Tua
Karakteristik
|
Usia Muda
|
Usia Tua
|
Etiologi
|
Eksogen
Jelas,
nyata
Spesifik
(tunggal)
Recent
(baru terjadi)
|
Endogen
Tersembunyi
(occult)
Kumulatif,
multipel
Telah
lama terjadi
|
Awitan
(onset) penyakit
|
Florid
(jelas sekali)
|
Insidious
(asimtomatik)
|
Perjalanan
penyakit
|
Akut
(mendadak)
Self-limited
Memberikan
kekebalan
|
Kronik
(menahun)
Progresif
(menyebabkan cacat lama sebelum mati)
Tidak
memberikan kekebalan, justru menjadi rentan terhadap penyakit lain.
|
Variasi
individual
|
Kecil
|
Besar,
aneka ragam bentuk
|
Masalah Geriatri
Pada pasien geriatri menyebutkan diagnosis saja
belum menggambarkan keseluruhan problem yang ada. Agar mudah diingat maka
problem geriatri dapat dibuat dalam sederajat daftar yang diawali huruf I, yaitu:
Immobility Isolation
(depression)
Instability Inanition (malnutrition)
Incontinence Impecunity
Intellectual
impairment Iatrogenesis
Infection Insomnia
Impairment
of vision and hearing Immune
deficiency
Irritable colon Impotence
Daftar di atas mempunyai arti sangat penting satu
problem di atas mungkin saja merupakan akibat dari berbagai keadaan, sebaliknya
penampilan satu problem mungkin etiologinya tidak spesifik.
Sebagai contoh imobilisasi dapat diakibatkan oleh
fraktur panggul, angina berat atau akibat arthritis, tetapi pasien dapat imobil
oleh karena rasa takut, takut akan jatuh lagi. Rasa takut ini juga dapat
diakibatkan oleh lingkungan yang tidak mendukung, sehingga penderita tidak mau
bergerak aktif bukan karena akibat masalah fisik, tetapi oleh karena takut
dianiaya.
Dalam
daftar di atas termasuk pula iatrogenesis yang merupakan salah satu masalah
yang sebenarnya dapat dihindarkan. Perhitungan risiko keuntungan pemberian
suatu obat atau suatu tindakan medik harus dipertimbangkan dengan masak,
sebelum mengambil keputusan untuk memberikan atau tidak memberikannya.
Status Fungsional dan Kognitif
Status fungsional adalah tingkat kinerja seseorang
untuk melakukan aktivitas atau fungsi hidup sehari-hari yang biasa dilakukan
manusia secara rutin dan universal.
Status kognitif atau mental merupakan kemampuan
intelektual seseorang dan meliputi komponen-komponen daya ingat (memory),
bahasa, membaca, orientasi waktu, tempat dan orang.
Status fungsional pasien usila yang dirawat, seperti
kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari, dan status
mental/kognitif merupakan faktor penting dalam menentukan penyembuhan dan
pemulangan pasien. Walaupun status fungsional jarang merupakan pusat perhatian
dalam perawatan medik yang konvensional, namun status fungsional mungkin
merupakan penentu utama terhadap kualitas hidup, kemandirian, biaya perawatan
dan prognosis pasien usila. Pasien dengan fungsional yang buruk memerlukan
perawatan yang lebih lama dan biaya lebih besar.
Bagi sebagian besar pasien geriatri, hendaya
fungsional merupakan masalah yang lebih penting dalam kehidupan sehari-hari
dibanding penyakit-penyakit kronik yang sudah lama mereka alami. Menurunnya
kapasitas fungsional seluruh organ tubuh dapat dianggap sebagai penyakit
tersendiri yang mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas normal.
Diagnosis medik saja belum dapat menggambarkan status fungsional secara akurat
pada pasien geriatri dengan berbagai penyakit kronik.
Pengukuran status fungsional dan mental memiliki
peran penting sebagai indikator untuk menilai besarnya hendaya yang terjadi dan
lama perawatan yang diperlukan. Pasien dengan status fungsional dan atau mental
yang rendah tentu memiliki hendaya yang berat dan mengakibatkan perlunya
perawatan yang lama dan mungkin lebih sulit dipulangkan dari rumah sakit, walau
penyakit primernya sudah teratasi.
Satu uji yang sudah dilakukan, teruji kesahilan dan
dipercaya untuk menilai status fungsional adalah pengkajian atau pengukuran
terhadap Activities of daily living
(ADL) standar, yakni pengukuran terhadap kemampuan seseorang untuk merawat diri
sendiri. ADL standar ini mengkaji kemampuan dasar seseorang untuk merawat diri
sendiri, biasanya disusun secara berurutan dari fungsi manusia yang paling
dasar (menggunakan toilet dan makan) sampai pada fungsi yang lebih tinggi
(berpakaian dan berjalan). Pasien dengan skor ADL yang rendah akan mengalami
kesulitan untuk mandi, buang air besar, buang air kecil, berpakaian, makan,
berpindah tempat dan lain-lain. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah
fungsi-fungsi dasar yang diperlukan untuk melanjutkan hidup. Pasien yang
mengalami gangguan pada fungsi-fungsi tersebut, berisiko menjalani perawatan
yang lebih lama dan bahkan mengalami kematian. Demikian pula status mental yang
buruk seperti demensia dan depresi dapat menyebabkan malnutrisi, deconditioning, inkontinensia urin dan
sebagainya. Pasien dengan pneumonia disertai delirium akan menggunakan
pelayanan kesehatan lebih banyak dibandingkan pasien pneumonia tanpa delirium.
Demikian pula, pasien dengan demensia akan lebih sulit direhabilitasi dan
dipulangkan dari rumah sakit pada pasien dengan fungsi kognitif yang normal.
Ada
beberapa instrument yang lebih teruji kesalihannya yang dapat digunakan untuk
mengkaji status fungsional dan mental/kognitif pasien usila. Indeks ADL Barthel merupakan salah satu tes yang
direkomendasikan oleh perkumpulan geriatri Inggris untuk mengkaji kemampuan
ADL. Indeks ini telah digunakan secara luas di dalam dunia riset. Perubahan
skor ADL berkorelasi dengan kemajuan fisik, kematian dan lama perawatan.
Sedangkan untuk status kognitif disarankan untuk menggunakan Abbreviated Mental Test (AMT), karena
format AMT ini sederhana, mudah menggunakannya dan paling banyak digunakan.
Namun demikian, perlu diberikan pedoman dalam penggunaan AMT tersebut.
Kesimpulan
Proses menua merupakan proses yang masih penuh
misteri. Dalam praktek sukar menentukan kelainan yang ditemukan pada usila
apakah akibat proses menua normal atau akibat kelainan patologis.
Perubahan yang berhubungan dengan proses menua
normal terutama terjadi sebagai akibat kehilangan/penurunan secara bertahap (gradual loss).
Apapun yang mengakibatkan penurunan tersebut, baik
akibat usia atau penyakit atau akibat keduanya, bagi seseorang klinikus yang
terpenting ialah batas ambang (thresholds).
Perubahan tersebut belum mempunyai makna bila belum melewati batas ambang.
Kinerja fungsional (functional
performance) suatu organ pada usila tergantung pada dua prinsip, yaitu
kecepatan terjadinya gangguan dan tingkat kinerja yang dibutuhkan.
Penyakit pada warga usia lanjut umumnya sangat
kompleks, yang paling penting gangguan yang diakibatkannya tidak hanya pada
fisik saja, tetapi juga mempengaruhi faktor psikik, sosio-ekonomi dan secara
keseluruhan mempengaruhi kemampuan fungsional.
Pada pasien geriatri menyebutkan diagnosis saja
belum menggambarkan keseluruhan problem yang ada. Agar mudah diingat maka
problem geriatri dapat dibuat dalam sederet daftar yang diawali huruf I.
Bagi sebagian besar pasien geriatri, hendaya
fungsional merupakan masalah yang lebih penting dalam kehidupan sehari-hari
dibanding penyakit-penyakit kronik yang sudah lama mereka alami. Menurunnya
kapasitas fungsional seluruh organ tubuh dapat dianggap sebagai penyakit
tersendiri yang mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas normal.
Pengukuran status fungsional dan mental memiliki
peran penting sebagai indikator untuk menilai besarnya hendaya yang terjadi dan
lama perawatan yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo BR. Pola
Penyakit pada Usia Lanjut di Indonesia. Medika 1991;2:138-43.
Kane
RL, Ouslander JG, Abrass IB. Essential of Clinical Geriatrics. Third Edition.
McGraw-Hill, New York, 1994:1-17.
Kennie
DC. Preventive Care for Elderly People. First Edition. Cambridge University
Press, New York, 1993.
Hijkman
W. Ageing of Man. Naskah Lengkap Kursus Geriatri. PPKIB dan Pokja Gerontologi
FKUI, Jakarta, 9-11 November 1992:1-9.
Medalie
JH. An Approach to Common Problems in The Elderly. Dalam: Calkins ed. The
Practice of Geriatrics. WB Saunders Co, Philadelphia, 1986:47.
No comments:
Post a Comment