Pendahuluan
Tujuan utama pengobatan hipertensi adalah untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Khusus terhadap jantung,
hipertensi dapat: (a) menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy,
selanjutnya disingkat dengan: LVH) (kondisi ini dinamakan penyakit jantung
hipertensi) dan (b) memudahkan terjadinya iskemia miokard serta penyakit
jantung koroner (PJK). Antara LVH dan PJK terdapat kaitan erat. LVH merupakan
faktor risiko independen terjadinya PJK. Selain itu baik LVH maupun PJK
memudahkan tejadinya gagal jantung, infark jantung serta aritmia termasuk
kematian mendadak. Penyelidikan epidemiologi membuktikan, bahwa pengobatan
hipertensi terbukti dapat mengurangi kekerapan kejadian gagal jantung, bencana
serebrovaskular (stroke), serta gagal
ginjal; walaupun pengaruhnya terhadap kekerapan penyakit jantung koroner masih
jauh dari yang diharapkan. Hal terakhir ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor. Termasuk disini misalnya: (a) pengobatan yang terlalu terlambat, (b)
masa pengamatan yang telalu pendek, (c) tekanan darah yang kurang baik
dikendalikan, (d) adanya interaksi metabolik negative selama pengobatan, dan
selain dari faktor-faktor ini juga, (e) pengaruh pengobatan yang kurang memadai
terhadap LVH, (f) pengaruh pengobatan yang kurang memadai terhadap hipertrofi
vascular dan/atau disfungsi endotel, serta (g) aktivasi sistim neurohormonal.
Obat penghambat ACE merupakan obat yang banyak
dipakai dalam pengobatan berbagai kelainan kardiovaskular. Obat ini jelas
merupakan obat antihipertensi yang amat efektif. Obat ini juga terbukti
bermanfaat untuk pengobatan disfungsi ventrikel kiri, baik yang sudah maupun
yang belum disertai gagal jantung yang telah bermanifestasi klinis; baik pada
pasien dengan penyebab gagal jantung iskemik maupun non-iskemik; serta pula
pada pasien pasca infark atau bukan. Selain itu obat ini juga bermanfaat untuk
mencegah atau menyebabkan regresi LVH dan menghambat kemunduran faal ginjal
pada nefropati diabetik. Obat ini juga mungkin bermanfaat dalam menurunkan
kejadian iskemik/kejadian koroner.
Makalah
ini membahas peran sistim Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA) terhadap
terjadinya LVH/penyakit jantung hipertensi, PJK dan gagal jantung pada pasien
hipertensi serta peranan obat penghambat ACE dalam menurunkan kekerapan
penyulit jantung tersebut di atas.
Kaitan Sistim RAA dengan LVH
Pada
atlit dapat terjadi LVH (jantung atlit). Pada jantung atlit, fungsi jantung
akan meningkat. Hal ini disebabkan karena terjadi penumbuhan yang seimbang
antara kompartemen miosit dan kompartemen non-miosit. Kompartemen non-miosit
ini terdiri dari sel endotel dan otot polos pembuluh darah koroner, sel
endokardium, sel darah putih, fibroblast, dan kolagen fibriler (terutama tipe I
dan III) yang teranyam sebagai matriks kerangka struktural jantung. Sebaliknya
pada LVH akibat hipertensi, hipertrofi miosit disertai dengan pertumbuhan yang
tak seimbang dari kompartemen non-miosit, terutama penumbuhan kolagen fibriler
(fibrosis miokardium). Karena itu LVH pada hipertensi bersifat patologis.
Terdapat dua pola fibrosis miokardium. “Fibrosis reaktif” terjadi tidak
tergantung dari adanya nekrosis miokardium dan terjadi mula-mula di sekitar
pembuluh darah (fibrosis perivaskular) dan lalu menjalar ke jaringan
interstisial (fibrosis interstisial). “Fibrosis reparatif” terjadi akibat
adanya nekrosis miokardium. Hipertrofi sel otot polos media dan penebalan
intima terjadi pada pembuluh koroner resistensi, tetapi kapiler koroner tidak
dapat tumbuh cukup untuk mengkompensasi penambahan massa miosit. Proses yang
sama, seringnya disertai dengan dilatasi ventrikel kiri, terjadi pula pada
pasien gagal jantung dan pada pasca infark miokard. Perubahan struktur
miokardium seperti ini dinamakan remodeling
dan akan disertai kemunduran fungsi miokardium walaupun massa miosit bertambah.
Fibrosis miokardium akan menyebabkan dinding ventrikel menjadi lebih kaku dan distensibilitas
ventrikel pada fase diastolik terganggu. Dengan demikian terjadi disfungsi
diastolik. Selain itu beban hemodinamik, serta perubahan transport ion kalsium
dalam miosit juga berperan disini. Remodeling
dari pembuluh koroner intramural menyebabkan daya cadangan (vasodilatasi)
koroner menurun dan iskemia lebih mudah terjadi. Fibrosis miokardium juga
berpengaruh terhadap pembuluh koroner dan mengganggu fungsi vaskular serta
menurunkan daya cadangan koroner. Pada biopsi pasien hipertensi dan LVH, otot
polos pembuluh koroner juga mengalami hipertrofi dan derajat hipertrofi disini
sebanding dengan derajat LVH. Selain itu pada pasien hipertensi, walaupun
pembuluh darah koroner secara angiografi masih normal, sering ditemui gangguan
fungsi endotel. Pada keadaan yang lanjut, baik fungsi diatolik maupun fungsi
sistolik akan terganggu. Hal ini akan menyebabkan gagal jantung. Fibrosis
jaras-jaras konduksi memudahkan terjadinya aritmia. Jadi remodeling dapat menerangkan mengapa kekerapan kejadian
kardiovaskular meningkar pada pasien hipertensi dengan LVH.
Karena
itu dalam pengobatan LVH pada hipertensi, pada infark jantung dan gagal jantung
seyogyanya perhatian tidaklah ditujukan hanya pada pengendalian tekanan darah
atau gangguan hemodinamik, akan tetapi juga pada proses remodeling. Tindakan memperbaiki proses remodeling ini dinamakan “kardio-reparasi”. Dalam proses ini
tersirat pengertian regresi dari hipertrofi miosit, fibrosis miokardium,
pebaikan dari kekakuan miokardium, serta peningkatan daya cadangan koroner.
Dengan memperbaiki struktur serta fungsi ke arah normal, maka proses
kardioreparasi diharapkan dapat memperbaiki prognosis pasien. Konsep lain yang
berkaitan dengan ini adalah pencegahan remodeling,
yang dinamakan “kardioproteksi”. Penyelidikan membuktikan bahwa sistem RAA
berperan besar pada semua proses tersebut tadi. Pada penyelidikan dengan tikus
dengan hipertensi renovaskular dan iskemia renal unilateral, peningkatan
tekanan darah diikuti oleh peningkatan angiotensin II (A-II) dan aldosteron.
Akibat dari ini akan terjadi LVH dan LVH disini diikuti pula dengan peningkatan
pembentukan jaringan kolagen (fraksi volume kolagen) di ventrikel. Fibrosis,
tetapi tanpa mengalami hipertrofi miosit, juga terjadi pada ventrikel kanan,
yang tidak mengalami beban tekanan darah. Fibrosis ini dapat dihambat oleh obat
penghambat ACE, sehingga mengesankan bahwa angiotensin berperan dalam
terjadinya remodeling pada hewan
penyelidikan tersebut. Bila dilakukan pengikatan aorta infrarenal pada tikus,
maka tekanan darah akan naik, tetapi A-II dan aldosteron dalam sirkulasi darah
akan tetap normal. Pada keadaan ini akan terjadi hipertrofi miosit tanpa
pengikatan fraksi volume kolagen pada kedua ventrikel jantung. Dengan demikian
A-II dapat menyebabkan LVH melalui pengaruhnya pada: (a) peningkatan tekanan
darah/beban hemodinamik (hal ini akan menyebabkan hipertrofi miosit), (b) efek
langsung menyebabkan hipertrofi miosit, (c) peningkatan aldosteron (hal ini
akan menyebabkan fibrosis interstisial), dan (d) ada kemungkinan A-II juga
dapat langsung merangsang terjadinya fibrosis interstisial.
Efek Obat Penghambat ACE Terhadap
LVH
Semua obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan
darah dengan baik dan mengurangi beban jantung. Akan tetapi ternyata tidak
semua obat antihipertensi mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam mencegah
atau menyebabkan regresi LVH. Hal ini membuktikan bahwa terdapat faktor lain
yang berperan di luar penurunan tekanan darah itu sendiri.
Penyelidikan hewan dan manusia membuktikan, bahwa
obat penghambat ACE dapat mencegah (kardioproteksi) dan menyebabkan regresi
(kardioreparasi) LVH. Beberapa studi metaanalisis melaporkan, bahwa obat
penghambat ACE lebih superior dibanding obat antihipertensi lain dalam
menyebabkan regresi LVH. Walaupun hal ini tidak ditemui pada penyelidikan lain.
Penyelidikan hewan membuktikan, bahwa obat penghambat ACE dapat menyebabkan
regresi LVH dan mengurangi fibrosis miokardium bahkan pada dosis yang masih
terlalu rendah untuk menurunkan tekanan darah. Hal ini dikaitkan dengan
pengaruhnya pada ACE pada jaringan jantung sendiri. Demikian pula pada
penyelidikan infark eksperimental pada tikus, dibuktikan adanya peningkatan ACE
jaringan jantung pada semua ruang jantung walaupun demikian aktivitas terbesar
adalah pada jaringan parut (scar tissue)
di ventrikel kiri. Peningkatan aktivitas ACE jaringan ini dapat dihambat dengan
obat penghambat ACE. Penjelasan mengapa obat penghambat ACE dapat lebih baik
dari obat antihipertensi lain dalam regresi LVH adalah karena obat ini dapat:
(a) mengurangi produksi A-II (lokal dan sistemik), (b) mengurangi fibrosis
interstisial, (c) memperbaiki komplians pembuluh darah besar, (f) memperbaiki daya
cadangan koroner.
Kebanyakan
penyelidikan memperlihatkan, bahwa fungsi ventrikel kiri membaik dengan
terjadinya regresi (kardioreparasi) setelah penggunaan obat penghambat ACE.
Walaupun obat penghambat ACE dapat menyebabkan regresi LVH, masih belum jelas
apakah kekerapan kardiovaskular dapat ditekan. Beberapa penyelidikan seperti
penyelidikan di Cornell, Framingham Heart
Study dan penyelidikan Yurenev dkk
melaporkan penurunan kekerapan kardiovaskular dengan pebaikan LVH.
Kaitan Sistim RAA dan PJK
Penyelidikan epidemiologi dan genetik mengesankan,
bahwa terdapat kaitan antara RAA dan PJK. Penyelidikan epidemiologi terbaik
adalah dari Alderman dkk, yang
melibatkan 1717 pasien hipertensi ringan dan sedang dan dipantau selama 8.3
tahun. Risiko infark jantung meningkat 5.3 kali lipat pada pasien dengan kadar
rendah tinggi dibanding dengan mereka yang mempunyai kadar rennin rendah (95%
CI, 3.4 sampai 8.3). Pengaruh ini tidak tergantung pada faktor-faktor risiko
yang lazim diketahui, seperti: usia, jenis kelamin, ras, merokok, kadar
cholesterol dan gula darah, serta tekanan sistolik atau diastolik. Penyelidikan
lain oleh Meade dkk, pada pasien
normotensif tidak didapatkan adanya kaitan kadar rennin pada pasien dimana
tekanan darah sistoliknya berada pada tertil tertinggi pada distribusi pasien,
maka ditemui kaitan antara aktivitas rennin plasma dan kejadian koroner.
Penyelidikan Cambien
dkk, membuktikan bahwa genotip ACE-DD, yang merupakan genotip pasien yang
mempunyai kadar ACE dalam sirkulasi yang tinggi, lebih sering ditemui pada pria
usia pertengahan dengan riwayat infark jantung dibanding kelompok kelola.
Genotip ACE-DD dianggap merupakan faktor risiko independen terjadinya infark
jantung setelah dilakukan penyesuaian terhadap faktor risiko koroner lain seperti
merokok, dislipidemia dan hipertensi. Pada analisis subkelompok pasien yang
tidak mempunyai faktor risiko koroner lain, risiko infark jantung naik dengan
menyolok (odds ratio 3,2). Karena itu
pasien yang homozigot terhadap polimorfisme delesi (deletion poly-morphism, DD) mempunyai risiko tinggi terhadap infark
jantung walaupun tidak ditemui faktor risiko koroner lain. Hal ini dapat
menerangkan mengapa kadang-kadang ditemui pasien infark jantung dimana tidak
atau sangat sedikit ditemui faktor-faktor risiko konvensional. Penyelidik yang
sama juga membuktikan adanya peningkatan genotip ACE-DD (odds ratio 2,6, p= 0.02) dan ACE-ID (odds ratio 1,9, p= 0.08) pada yang mempunyai riwayat orang tua
dengan infark jantung dibandingkan kelompok kelola usia sama.
Genotip ACE-DD juga berkaitan dengan kardiomiopati
hipertrofik dan kematian mendadak pada keluarga dengan kelainan ini.
Penyelidikan lain membuktikan adanya kaitan genotip ini dengan yang harus
menjalani transplantasi jantung untuk kardiomiopati iskemik atau idiopatik.
Penyelidikan-penyelidikan
itu semua member kesan adanya kaitan aktivasi sistem RAA dan hipertrofi
jantung, hipertrofi vaskular, pembentukan ateroma dan ruptura. Karena itu
mungkin obat penyekat jantung ACE akan dapat dipakai untuk mengurangi kekerapan
koroner.
Efek Obat Penghambat ACE Terhadap
PJK
Obat penghambat ACE mempunyai efek kardioprotektif
dan vaskuloprotektif. Efek kardioprotektif obat ini disebabkan karena obat ini
dapat: (a) menurunkan beban preload
dan afterload, (b) memperbaiki
keseimbangan antara pemberian oksigen dan kebutuhan oksigen miokardium (supply dan demand ratio), (c) mengurangi LVH, (d) mempunyai efek-efek
neurohormonal, (e) dan pada binatang percobaan dilaporkan dapat menghambat
kerusakan akibat reperfusi (reperfusion
injury). Seperti diketahui A-II merupakan vasokonstriktor sangat kuat,
sehingga bila dihambat maka beban preload
dan afterload akan menurun. Pengaruh
obat penghambat ACE dalam mencegah dilatasi progresif LV (LV remodeling) akan menurunkan tegangan dinding
(wall stress) dan dengan demikian
kebutuhan oksigen miokardium juga menurun. Angiotensin-II juga dapat
menyebabkan vasokonstriksi koroner, sehingga bila dihambat maka aliran darah
koroner akan meningkat. Efek baik obat penghambat ACE terhadap LVH juga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokardium. Pengaruh obat penghambat ACE pada
sistim neurohormonal tampak nyata pada pasien gagal jantung dan peranannya pada
pasien tanpa gagal jantung masih belum jelas.
Obat penghambat ACE juga bersifat vaskuloprotektif
karena obat ini: (a) menurunkan tekanan darah, (b) memperbaiki komplians dan
tonus pembuluh darah, (c) mempunyai efek antiproliferatif dan antimigrasi sel
otot polos, neutrofil dan sel mononuklear, (d) mempunyai efek antitrombosit,
(e) memperbaiki fungsi endothel. Selain itu pada hewan percobaan obat ini
dilaporkan mempunyai efek: (f) antiaterogenik langsung, (g) melindungi terhadap
ruptura plak, dan (h) meningkatkan fibrinolisis endogen.
Berbagai penyelidikan klinis obat penghambat ACE
pada pasien dengan fungsi ventrikel rendah/fraksi ejeksi rendah, seperti pada
SAVE dan SOLVD, melaporkan adanya penurunan kekerapan infark jantung, angina
tak stabil, serta kebutuhan tindakan revaskularisasi. Pada banyak penyelidikan
lain pasca infark hal ini tidak tampak secara bermakna, akan tetapi harus
disadari bahwa penyelidikan-penyelidikan lain tersebut dilaksanakan dengan
waktu pemantauan yang relatif pendek dan pemberian obat penghambat ACE
kadang-kadang juga hanya dalam waktu singkat dihentikan (4-6 minggu). Penyelidikan
pada pasien angina stabil masih belum banyak dilakukan sehingga tidak
memberikan kesimpulan jelas.
Pada
saat ini masih dilaksanakan penyelidikan-penyelidikan untuk menilai efek obat
penghambat ACE terhadap progresi proses aterosklerosis atau kejadian iskemik
pada pasien tanpa gagal jantung atau fraksi ejeksi rendah/disfungsi ventrikel.
Termasuk di sini adalah penyelidikan HOPE (ramipril), SECURE (ramipril), QUIET
(quinapril), SCAT (enalapril), PART (ramipril), ALLHAT (lisinopril), PEACE
(trandolapril), TREND (quinapril). Hasilnya masih kita tunggu.
Efek Obat Penghambat ACE Terhadap
Gagal Jantung
Obat penghambat ACE saat ini sudah merupakan obat
standar pengobatan gagal jantung berat (penyelidikan Cooperative North Scandi-navian Enalapril Survival Study/CONSENSUS
I). Manfaatnya pada pasien gagal jantung ringan-sedang kemudian dibuktikan pada
penyelidikan V-HelFT II, dan Study of
Left Ventricular Dysfunction (SOLVD, treatment
arm). Setelah itu lebih jauh terbukti, bahwa obat ini juga bermanfaat pada
pasien disfungsi ventrikel kiri asimtomatis, seperti yang dilaporkan pada
penyelidikan SOLVD (prevention arm).
Obat penghambat ACE bermanfaat pada gagal jantung
karena selain menurunkan beban preload
dan afterload, juga dapat menekan
aktivasi sistim neurohormonal (termasuk sistim rennin-angiotensin-aldosteron,
sistim simpatis, sistim arginin-vasopresin). Dianggap bahwa aktivasi sistim
neurohormonal ini yang sangat berpengaruh terhadap harapan hidup pasien. Pada
penyelidikan CONSENSUS-I dan V-HeFT II, enalapril menurunkan mortalitas
terutama pada pasien yang lebih banyak mengalami aktivasi neurohormonal pada
permulaan terapi. Enalapril tidak banyak memperbaiki prognosis pasien dengan
kadar norepinefrin atau angiotensin sebelum terapi yang rendah, walau obat ini
secara hemodinamik tetap bermanfaat. Pada V-HeFT II, enalapril lebih menekan
mortalitas dibandingkan kombinasi hidralazin-nitrat.
Obat
penghambat ACE juga dipakai pada masa pasca infark jantung. Penyelidikan hewan
membuktikan bahwa obat ini dapat mencegah LV remodeling. Kecuali pada penyelidikan CONSENSUS II dimana dipakai
enalapril intravena pada hari pertama infark, hasil baik dilaporkan pada
penyelidikan-penyelidikan lain. Penyelidikan CONSENSUS II dihentikan setelah 6
bulan oleh Komite Keamanan Obat karena efek samping hipotensi yang banyak dan
kecenderungan peningkatan mortalitas. Penyelidikan-penyelidikan lain memberikan
hasil yang konsisten baik. Hasil yang menyolok baik dalam kaitan dengan
morbiditas dan mortalitas dilaporkan pada penyelidikan yang dilaksanakan pada
pasien infark dengan gagal jantung yang klinis manifest (penyelidikan Acute Infarction Ramipril Efficacy/AIRE
dengan ramipril), dan penyelidikan yang melibatkan pasien dengan faal ventrikel
menurun, seperti pada penyelidikan Survival
and Ventricular Enlargement/SAVE dengan kaptopril dan Trandolapril Cardiac Evaluation/TRACE dengan trandolapril. Pada
ketiga penyelidikan terakhir ini obat penghambat ACE diberikan setelah hari
kedua atau ketiga pasca infark. Hasil baik juga dilaporkan pada penyelidikan Survival of Myocardial Infarction Long-term
Evaluation/SMILE dengan zofenopril dimana obat ini diberikan pada hari
pertama infark anterior yang tidak mendapat terapi trombolisis. Penyelidikan
skala besar lain yang juga melaporkan hasil baik obat penghambat ACE dalam
menurunkan mortalitas adalah Gruppo
Italiano per lo Studio della Sopravvivenza nell’infarcto miocardico/GISSI-3
(lisinopril), Fourth Intenational Study
of Infarct Survival/ISIS-4 (kaptopril), dah The Chinese Cardiac Study/CCS-I (captopril) yang mengikutsertakan
semua pasien infark pada hari pertama bahkan tanpa memperhatikan bagaimanakah
faal ventrikel atau apakah gagal jantung ada atau tidak. Semua penyelidikan
tersebut paling tidak menunjukkan, bahwa obat penghambat ACE mempunyai efek
kardioprotektif (atau kardio-reparatif) yang mempengaruhi proses remodeling.
Kesimpulan
Sistim rennin-angiotensin amat berperan terhadap
terjadinya hipertrofi ventrikel kiri, penyakit jantung koroner dan gagal
jantung. Karena itu penggunaan obat penghambat ACE seyogyanya mendapat tempat
yang luas di sini. Obat penghambat ACE mempunyai sifat kardioprotektif dan
vaskuloprotektif. Obat penghambat ACE telah banyak dipakai bukan hanya untuk
pengobatan hipertensi, tetapi juga untuk pengobatan gagal jantung. Obat ini
juga dapat menyebabkan regresi hipertrofi ventrikel kiri. Akhir-akhir ini
penggunaannya untuk menghambat proses aterosklerosis dan menurunkan kekerapan kejadian
koroner menarik perhatian dan mulai banyak diselidiki.
DAFTAR PUSTAKA
Kannel
WB. Epidemiological Implications of Left Ventricular Hypertrophy. Dalam:
Cruickshanck JM, Messerli FH (editor): Left Ventricular Hypertrophy and Its
Regression. London. Science Press, 1992: 1-12.
Dunn
FG, McLenachan JM, Pringle SD. Left Ventricular Hypertrophy, Ventricular
Arrhythmias and Sudden Dealth, Dalam: Cruickshanck JM, Masserli FH (editor):
Left Ventricular Hypertrophy and Its Regression, London: Science Press, 1992:
41-8.
Collins
R, Peto R, MacMahon S, cs. Blood Pressure, Stroke and Coronary Heart Disease,
Part 2. Short-term Reductions in Blood Pressure: Overview of Randomized Drug
Trials in Their Epidemiological Context. Lancet 1990; 335: 827-38.
Dahlof
B. Effects of ACE Inhibitor on The Hypertrophied Hert Implications for Reversal
and Prognosis: An Updated Review. Clin Cardiol 1995; 18 (Suppl II): II-12-22.
Veterans
Administration Cooperative Study Group on Antihypertensive Agents. Low dose
Captopril for the Treatment of Mild to Moderate Hypertension. Arch Intern Med
1984; 144: 1974-53.
Zusman
RM. Rennin and Non-Renin-Mediated Antihypertensive Actions of Converting Enzyme
Inhibitors. Kidney Int 1984; 25: 96-83.
The
CONSENSUS Trial Group. Effect of Enalapril on Mortality in Severe Congestive
Heart Failure: Results of The Cooperative North Scandinavian Enalapril Survival
Study (CONSENSUS). N Engl J Med 1987;316: 1429-35.
The
SOLVD Investigators. Effect of Enalapril on Mortality and Development of Heart
Failure in Asymptomatic Patients with Reduced Left Ventricular Ejection
Fractons. N Engl J Med 1992; 327: 685-91.
Preffer
MA, Braunwald E, Moye LA; cs. Effect of Captopril on Mortality and Morbidity in
Patients with Left Ventricular Dysfunction After Myocardial Infarction. N Engl
J Med 1992; 327: 669-77.
Reynolds
G, Hall AS, Ball SG. What Have The ACE Inhibitor Trials in Postmyocardial
Infarcion Patients with Left Ventricular Dysfunction Taught Us? Eur J Clin
Pharmacol 1996; 49 (Suppl 1): S35-S40.
Lonn
EM, Yusuf S, Jha P, cs. Emerging Role of Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitors in Cardiac and Vascular Protection. Circulation 1994; 90: 2056-69.
Weber
KT, Anversa P, Amstrong PW. Remodeling and Reparation of The Cardiovascular
System. J Am Coll Cardiol, 1992; 20:3-16.
Fouad
FM, Slominiski JH, Tarazi RC. Left Ventricular Diastolic Function in
Hypertension: Relation to Left Ventricular Mass and Systolic Function. J Am
Coll Cardiol 1984; 3: 1500-6.
Katz
AM. Influence of Altered Inotropy and Lusitropy on Ventricular Pressure Volume
Loops. J Am Coll Cardiol 1988; 11:438-445.
Strauer
BE, Schwartzkopff B, Motz W, Vogt M. Coronary Vascular Changes in The
Progression and Regression of Hypertensive Heart Disease. J Cardiovasc
Pharmacol 1991; 19 (Suppl 3): S20-27.
Motz
W, Vogt M, Rabenau O, cs. Evidence of Endothelial Dysfunction in Coronary
Resistance Vessels in Patients with Angina Pectoris and Normal Coronary
Angiograms. Am J Cardiol 1991;68:996-1003.
Antony
I, Nitenberg A, Foult JM, cs. Coronary Vasodilatator Reserve in Untreated and
Treated Hypertensive Patients with and Without Left Ventricular Hypertrophy. J
Am Coll Cardiol 1993;22: 514-20.
Treasure
CB, Klein JL, Vita JA, cs. Hypertension and Left Ventricular Hypertrophy are
Associated with Impaired Endothelium Mediated Relaxation in Human Coronary
Resistance Vessels. Circulation 1993; 87: 86-93.
Brilla
CG, cs. Cardioreparative Effects of Lisinopril in Rats with Genetic
Hypertension and Left Ventricular Hypertrophy. Circulation 1991; 83: 1771-9.
Brilla
CG, Pick R, Tan LB, cs. Remodeling of The Rat Left and Right Ventricles in
Experimental Hypertension Circ Res 1990; 67: 1355-64.
Weber
KT, Janicki JS, Pick R, et al.
Myocardial Fibrosis and Pathologic Hypertrophy in the Rat with Renovascular
Hypertension. Am J Cardiol 1990; 65: IG-7G.
Weber
KT, Brilla CG. Pathological Hypertrophy and Cardiac Interstitium; Fibrosis and
Renin-Angiotensin-Aldosterone System. Circulation 1991; 83: 1849-65.
Ventura
HO, Frohlich ED, Masserli FH, cs. Cardiovascular Effects and Regional Blood
Flow Distribution Associated with Angiotensin Converting Enzyme Inhibition
(Captopril) in Essential Hypertension. Am J Cardiol 1985; 55: 1023-6.
Mujais
SK, Fouad FM, Tarazi RC. Reversal of Left Ventricular Hypertrophy with
Captopril: Heterogenicity of Response Among Hypertensive Patients. Clin Cardiol
1983; 6: 595-602.
Garavaglia
GE, Messerli FH, Nunez BD, cs. Immediate and Short Term Cardiovascular Effects
of a New Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor (lisinopril) in Essential
Hypertension Am J Cardiol 1988; 912-6.
Dahlof
B, Pennert K, Hansson L. Reversal of Left Ventricular Hypertrophy in
Hypertensive Patients. A Metaanalysis od 109 Treatment Studies. Am J Hypertens
1992; 5: 95-110.
Cruickshank
JM, Lewis J, Moore V, cs. Reversibility of Left Ventricular Hypertrophy by
Differing Types of Antihypertensive Therapy. J Human Hypertens 1992; 6: 85-90.
Psatty
B, Herbert SR, cs. Risk of Myocardial Infarction Associated with
Antihypertensive Therapies. JAMA 1995; 274: 620-5.
Liebson
PR, Grandits GA, Dianzumba S, cs. Comparison of Five Antihypertensive
Monotherapis and Placebo for Change in Left Ventricular Mass in Patients
Receiving Nutritional-hygienic Therapy in The Treatment of Mild Hypertension
Study (THOMS) Circulation 1995; 91: 698-706.
Tan
LB, Brilla C, Weber KT. Prevention of Structural Changes in the Heart in
Hypertension by Angiotensin Converting Enzyme Inhibition J Hypertens 1992; 10
(suppl.1): S31-S33.
Johnston
CI, Mooser V, Sun Y, cs. Changes in Cardiac Angiotensin Converting Enzyme After
Myocardial Infarction and Hypertrophy in Rats. Clin Exp Pharmacol Physiol 1991;
18: 107-110.
Muiesan
ML, Agabiti-Rossei E, Romanelli G, cs. Left Ventricular Systolic Function in
Relation to Withdrawal of Different Pharma Cological Treatment in Hypertensive
with Left Ventricular Hypertrophy. J Hypertens 1988 (suppl 4); S97-S100.
Esper
RJ, Burrieza OH, Cacharron JL, cs. Left Ventricular Mass Regression and
Diastolic Function Improvement in Mild and Moderate Hypertensive Patients
Treated with Lisinopril. Cardiology 1993;83:76-81.
Koren
MJ, Ulin RJ, Laragh JH, Devereux RB. Reduction in Left Ventricular Mass During
Treatment of Essential Hypertension is Associated with Improved Prognosis. Am J
Hypertens 1991; 4: 1A.
Kannel
WB, D’Agostino RB, Levy D, cs. Prognostic Significance of Regression of Left
Ventricular Hypertrophy. Circulation 1988, 78 (suppll II): II-89.
Yurenev
AP, Dyakonova HG, Novikov ID, cs. Management of Essential Hypertension in
Patients with Different Degrees of Left Ventricular Hypertrophy. Am J Hypertens
1992; 5: S182-S189.
Alderman
MH, Madhavan SH, Ooi WL, cs. Association of Renin Sodium Profile with The risk
of Myocardial Infarction in Patients with Hypertension. N Engl J Med 1991; 324:
1098-1104.
Meade
TW, Cooper JA, Peart WS. Plasma Renin Activity and Ischemic Heart Disease. N
Engl J Med 1993; 329: 616-9.
Cambien
F, Poirier O, Lecerf L, cs. Deletion Polymorphism in The Gene for Angiotensin
Converting Enzyme is a Potent Risk Factor for Myocardial Infarction. Nature
1992;359: 641-4.
Tiret
L, Kee F, Poirier O, cs. Deletion Polymorphism in the Gene Associated with
Parental History of Myocardial Infarction. Lancet 1993;341: 991-2.
Marian
AJ, Yu QT, Workman R, cs. Angiotensin Converting Enzyme Polymorphism in
Hypertrophic Cardiomyopathy and Sudden Cardiac Dealth. Lancet 1993; 342:
1085-6.
Raynolds
MV, Bristow MR, Bush EW, cs. Angiotensin Converting Enzyme DD Genotype in
Patients with Ischemic or Idiopathic Dilated Cardiomyopathy. Lancet 1993; 342:
1073-5.
Pepine
CJ. Ongoing Clinical Trials of Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor for
Treatment of Coronary Artery Disease in Patients with Preserved Left
Ventricular Function. J Am Coll Cardiol 1996; 27: 1048-52.
The
CONSENSUS Trial Study Group. Effects of Enalapril on Mortality in Severe
Congestive Heart Failure: Result of The Cooperative North Scandinavian
Enalapril Survival Study (CONSENSUS). N Engl J Med 1987; 316: 1429-35.
Cohn
J, Johnson G, Ziesche S, et al. A Comparison of Enalapril with
Hydralizine-isosorbide Dinitrate in The Treatment of Chronic Congestive Heart
Failure N Engl J Med 1991; 325: 303-10.
The
SOLVD Investigators. Effect of Enalaprilon Survival in Patients with Reduced
Left Vintricular Ejection Fraction and Congestive Heart Failure. N Engl J Med
1991; 325: 293-382.
Swedberg
K, Eneroth E, Kjekhus J, Wilhelmiren L for The The CONSENSUS Trial Study Group.
Hormones Regulating Cardiovascular Function in Patients Ith Severe Congestive
Heart Failure and Their Relation to Mortality. Circulation 1990; 82: 1730-36.
Cohn
J, Francis G, Simon A et al. Response of Plasma Norepinephrine to Long Term
Administration of Enalapril or Hydralazine-isosorbide Dinitrate in Heart
Failure: V-HeFT II. J Am Coll Cardiol 1992; 19 (suppl A): 216A.
Pfeffer
MA, Lamas GA, Vaughan DE, cs. Effects of Captopril on Progressive Left
Ventricular Dilatation After Anterior Myocardial Infarction. N Engl J Med 1988;
319: 80-6.
Swedberg
K et al on Behalf of The CONSENSUS II Study Group. Effects of The Early
Administration of Enalapril on Mortality in Patients with Acute Myocardial
Infarction. N Engl J Med 1992; 327: 678-84.
The
Acute Infarction Ramipril Efficacy (AIRE) Investigators. Effects of Ramipril on
Morbidity and Mortality of Survivors of Acute Myocardial Infarction with
Clinical Evidence of Heart Failure. Lancet 1993; 342: 821-8.
Pfeffer
MA, Braunwald E, Moye LA, cs. On Behalf of The SAVE Investigators. Effect of
Captopril on Mortality and Morbidity in Patients with Left Ventricular
Dysfunction After Myocardial Infarction. Result of The Survival and Ventricular
Enlargement. Trial, N Engl J Med 1992; 327: 669-77.
The
TRACE Study Group. The Trandolapril Cardiac Evaluation (TRACE) Study:
Rationale, Design and Baseline Characteristics of The Screened Population. Am J
Cardiol 1994; 73: 44C-50C.
Kober
L, Torp-Pedersen C. Clinical Characteristics and Mortality of Patients Screened
for Entry Into The Trandolapril Cardiac Evaluation (TRACE) Study. Am J Cardiol
1995; 76: 1-5.
Ambrosioni
E, Borghi C, Magnani MD. The Effect of the Angiotensin Converting Enzyme
Inhibitor Zofenopril on Mortality and Morbidity After Myocardial Infarction. N
Engl J Med 1995; 332: 80-5.
Third
Gruppo Italiano per Lo Studio Della Sopravvivenza nel’infarcto miocardio.
GISSI-3. Effects of Lisinopril and Transdermal Glyceryl Trinitrate Singularly
and Together on Six Week Mortality and Ventricular Function After Myocardial
Infarction. Lancet 1994; 343: 1115-22.
ISIS-4.
(Fourth International Study of Infarct Survival) Collaborative Group. ISIS-4: A
Randomized Factorial Trial Assessing Early Captopril, Oral Mononitrate and
Intravenous Magnesium Sulphate in 58,050 Patients with Suspected Acute
Myocardial Infarction. Lancet 995; 345; 990-5.
Chinese
Cardiac Study Collaborative Group. Oral Captopril Versus Placebo Among 13634
Patients with Suspected Acute myocardial Infarction: Interim Report From the
Chinese Cardiac Study (CCS-I). Lancet 1995; 345: 686-7.
No comments:
Post a Comment