Pendahuluan
Falsafah dasar dari kemoprofilaksis adalah keyakinan
bahwa antibiotika suatu antimikroba dapat menyembuhkan penyakit infeksi serta
dapat mencegah perkembangan penyakit bila diberikan saat atau beberapa saat
pemajanan terhadap agen penyebab.
Waktu
pemajanan, agen penyebab dan kepekaannya terhadap obat yang digunakan untuk
profilaksis harus diketahui. Secara umum, makin banyak spesies organisme yang
akan ditekan, makin kurang efektif, makin toksik, dan biaya untuk regimen
profilaksis tersebut semakin tinggi. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam pemberian kemoprofilaksis adalah:
1. Adanya
kemungkinan pasien akan mengalami infeksi bila tidak diberikan kemoprofilaksis.
2. Beratnya
penyakit yang harus dicegah.
3. Efektivitas
pertahanan nonspesifik pejamu.
4. Lama
pemajanan terhadap agen infeksius.
5. Efektivitas
obat dalam pencegahan penyakit.
6. Dapat
diterimanya obat tersebut oleh pasien, dokter dan masyarakat, berdasarkan efek
samping toksifitas dan dampak ekologi obat tersebut.
7. Harga
dan tersedianya resimen profilaksis.
8. Konsekuensi
terjadinya tesistensi.
Adanya
obat-obat baru dan pengertian yang lebih baik mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan penyakit setelah pemajanan terhadap agen infeksius
dapat memperluas indikasi kemoprofilaksis.
Kemoprofilaksis yang Efektif
I.
Pencegahan
Terhadap Infeksi Spesifik
1. Influenza
Amantadin hidroklorida 75% efektif dalam pencegahan
terhadap influenza A bila diberikan per oral, dengan dosis 100 mg, tiap 12 jam
untuk dewasa normal kurang dari 65 tahun, atau dosis tunggal, 100 mg per hari
untuk dewasa dengan disfungsi ginjal atau lebih dari 65 tahun. Kemoprofilaksis
harus diberikan pada orang yang tak divaksinasi, atau pada orang rentan yang
menderita penyakit kronis pada saat terjadinya outbreak atau pada orang yang serumah dengan tersangka influenza A,
dan orang-orang yang merawat pasien tersebut.
2. Cacar
Air (Chicken Pox)
Pemberian methiazone 3 gram per oral, tiap 12 jam,
mencegah cacar air bila diberikan sebelum hari ke tujuh inkubasi.
3. Scrub Typhus
Pemberian 1 gram kloramfenikol, selang sehari, dapat
mencegah scrub typhus. Proteksi yang
sama juga didapatkan bila diberikan kloramfenikol 3 gram tiap minggu, selama
pemajanan dan 5 minggu setelah pemajanan.
4. Infeksi
Meningokok
Satu-satunya pejamu bakteri Neisseria Meningitidis adalah manusia. Mereka yang mempunyai risiko
tinggi adalah, petugas kesehatan yang kontak dengan secret pasien. Pemberian
sulfadiazine 1 gram, 2x/hari pada orang dewasa, 500 mg 2x/hari untuk anak-anak
1 sampai 12 tahun, dan 500 mg 1 kali sehari untuk anak-anak kurang dari 1
tahun, selama dua atau tiga hari cukup efektif untuk eradikasi meningokokus.
Bila resisten, dapat diberikan rifampisin dengan dosis 500 mg, tiap 12 jam
untuk orang dewasa, 10 mg/kg berat badan/hari tiap 12 jam untuk anak umur 1
bulan sampai dengan 12 tahun, atau 5 mg/kg berat badan/hari tiap 12 jam untuk
bayi kurang dari 1 tahun, diberikan selama 2 hari. Minoksiklin 2 mg/kg berat
badan/hari, 2 kali sehari, selama 5 hari sama efektif dengan rifampisin.
5. Tuberkulosis
Faktor risiko: infeksi
HIV, kontak terus-menerus dengan pasien tuberkulosis aktif, konversi dari
non-reaktif ke reaktif fase PPD, foto toraks abnormal (awal tuberkulosis),
imunosupresi lama, penatalaksanaan obat secara intravena, dan lain-lain.
Sedangkan yang termasuk insidens tinggi, sosial-ekonomi rendah, orang yang tak
terjangkau pelayanan kesehatan, orang yang tinggal di fasilitas perawatan untuk
waktu lama. Kemoprofilaksis tuberkulosis diberikan kepada:
a. Pasien
dengan ≥ 1 faktor risiko dengan indurasi ≥ 10 mm pada tes PPD 5 U, atau ≥ 5 mm
pada pasien yang kontak dengan pasien tuberkulosis aktif, yang terinfeksi HIV,
pada foto terdapat lesi tuberkulosis lama.
b. Kurang
dari 35 tahun, dengan indurasi ≥ 10 mm, dan termasuk dalam kelompok insidens
tinggi.
c. Kurang
dari 35 tahun, indurasi ≥ 15 mm, faktor risiko tidak ada, kelompok insidens
tinggi tidak ada. Obat yang diberikan adalah INH 300 mg/hari per oral dan
piridoksin 10-100 mg/hari, selama 9-12 bulan. Bila intoleransi INH atau
diketahui resistensi INH, digunakan rifampisin dan etambutol dosis terapeutik.
6. Malaria
Untuk P.vivax,
atau P.falcifarum yang sensitif
terhadap klorokuin bisa diberikan klorokuin fosfat 500 mg/minggu per oral,
diberikan 2 minggu sebelum kontrol sampai dengan 6 minggu setelahnya. Bila P.falcifarum resisten terhadap
klorokuin, bisa diberikan meflokuin, 500 mg/minggu per oral, diberikan 4
minggu, kemudian selang seminggu, dimulai 1 minggu sebelum kontak. Untuk P.vivax bisa juga diberikan primakuin
fosfat 26,3 mg (~ 15 mg basa) per oral, tiap hari, selama 14 hari, dimulai
setelah kembali dari daerah malaria, atau kombinasi klorokuin fosfat 500 mg dan
primakuin fosfat 79 mg per minggu selama kontak sampai 8 minggu setelah kembali
dari daerah endemik.
7. Demam
Rematik
Penisilin adalah obat pilihan untuk pencegahan
kekambuhan demam rematik. Resimennya adalah: Penisilin benzatin G, dengan dosis
1,2 juta U/bulan, untuk yang berat badannya > 25 kg. Regimen lain adalah
penisilin V, dengan dosis 2x125 mg untuk anak dan 2x250 mg untuk dewasa.
Diberikan sampai pasien berumur lebih dari 20 tahun atau tidak ada kekambuhan
selama 5 tahun pengobatan kemoprofilaksis. Bila hipersensitif terhadap
penisilin, bisa diberikan sulfonamide, sefaleksin, eritromisin atau
klindamisin. Profilaksis untuk pencegahan endokarditis pada pasien dengan
penyakit jantung rematik yang menjalani prosedur yang menyebabkan bakteremia
jangan dikacaukan dengan profilaksis jangka panjang untuk mencegah kekambuhan
demam rematik.
8. Infeksi
Hemofilus
-
Imunisasi yang diberikan pada anak usia
2 bulan, bisa menurunkan angka kesakitan sebesar 95%.
-
Adanya kontak dengan pasien dengan
hemofilus influenza tipe B (HIB) adalah kandidat untuk kemoprofilaksis, obat
pilihannya adalah rifampisin 20 mg/kg berat badan (maksimal 600 mg), per oral,
sekali sehari, untuk 4 hari.
9. Infeksi
Gonokokal
Kemoprofilaksis terhadap infeksi gonokokal cukup
aktif setelah pemajanan terhadap Gonnorhoea,
dan secara rutin diberikan untuk mencegah infeksi gonokokus opthalmikus pada
neonatus. Obat yang digunakan: seftriakson 250-500 mg, intra muscular,
spektinomisin 2 gram, intra muscular atau ofloksasin, 400 mg per oral,
diberikan dalam 3 sampai 4 jam setelah pemajanan terhadap Neisseria gonorrhoea.
10. Sifilis
Injeksi benzatin penisilin 2-4 juta unit
intramuskular, dosis tunggal, efektif untuk sifilis pada masa inkubasi.
Alternatif lain: tetrasiklin hidroklorida atau eritromisin estolat, 15 mg/kg
BB/hari, per oral, 4 kali sehari, selama 15 hari. Bagi pasien yang alergi
penisilin, doksisiklin oral 200 mg/hari, 2 kali sehari, selama 15 hari juga
efektif walaupun harganya lebih mahal.
11. Shigellosis
Profilaksis dengan resimen subterapeutik
tetrasiklin, ampisilin, TMP-SMZ (Trimetoprim-Sulfometoksazo), atau
fluorokuinolon bisa digunakan untuk profilaksis.
II.
Pencegahan
Infeksi pada Lokasi Tertentu
1. Infeksi
Saluran Kemih Berulang
Obat yang digunakan TMP-SMZ 240 mg dengan
nitrofurantoin 100 mg per hari saat mau tidur, selama 6 bulan sampai satu
tahun. Atau nitrofurantoin, sefaleksin, asam nalidiksat, penisilin G dosis
tunggal pasca hubungan seksual, pada wanita dimana infeksi berhubungan dengan
hubungan seksual.
2. “Travelers Diarrhoea”
Regimen ini biasa diberikan, bila pemajanan tidak
bisa dihindari, yaitu: norfloksasin 400 mg, siprofloksasin 500 mg, ofloksasin 400
mg, doksasiklin 100 mg per hari, TMP-SMZ 960 mg atau TMP 200 mg/hari, selama
3-5 hari.
3. Infeksi
Pasca Bedah
Tiga hal yang mempengaruhi, yaitu jenis operasi,
faktor risiko pasien dan keterampilan ahli bedah. Secara umum, golongan
sefalosporin biasa digunakan untuk profilaksis.
III.
Pencegahan
Infeksi pada Penurunan Kekebalan Tubuh
1. Sepsis
pada Luka Bakar
Pada hari-hari pertama serangan disebabkan oleh S.pyogenes atau Streptococcus pneumoniae. Pengobatan dengan penisilin G 2-5 juta
unit perhari dalam dosis terbagi 4-6 kali per hari, menurunkan mortalitas. Pada
hari berikutnya sering disebabkan oleh bakteri gram negatif, terutama Pseudomonas aeroginosa atau S.aureus. Obat yang digunakan Silver nitrat topical, cream mafenide atau salep Silver sulfadiazine 1%. Kemoprofilaksis
sistemik dipilih berdasarkan bakteri yang dominan yang didapatkan pada eschar.
2. Pneumoniae Pneumocystis Carinii
pada Pasien AIDS
TMP-SMZ 160 mg/800 mg per oral,
tiap 12 jam, efektif, tetapi bila didapatkan granulositopenia atau ruam kulit,
harus dihentikan. Pentamidin isetionat
(inhalasi aerosol) tiap 2-4 minggu juga menurunkan insiden Pneumoniae Pneumocystis carinii. Dosis optimal adalah 300 mg tiap 4
minggu.
Kemoprofilaksis yang Diragukan
Kegunaannya
I.
Pencegahan
Penyakit Khusus
Pada beberapa penyakit infeksi,
pemberian antimikroba profilaksis diragukan kegunaannya walaupun dokter sering
tetap memberikannya. Pilihan obat dan cara penggunaannya bergantung pada
perkiraan mikroorganisme apa yang berperan dan penyakit dasarnya.
1. Glomerulonefritis
Pasca Streptokokus
Semua pasien dengan glomerulonefritis akut harus
diobati, dianggap mengidap infeksi streptokokus aktif, oleh karena semua sumber
yang menstimulasi antigen streptokokus harus dieliminasi. Pilihan terbaik
adalah penisilin benzatin G, dengan dosis total 1,2 juta unit intramuskular,
untuk berat badan kurang dari 25 kg, dosis total 600.000 unit. Bila ingin
dipilih pengobatan peroral, bisa digunakan penisilin V, 15 mg/kgBB/hari, dibagi
4 dosis, selama 10 hari. Alternatif lain untuk yang resisten, sefradin dan
eritromisin (dosis sama dengan penisilin V).
2. Infeksi
Klostridial
Pencegahan utama adalah
pembersihan luka yang adekuat. Clostridium
spp, mengkontaminasi luka dengan sporanya. Spora tidak bisa dipengaruhi
oleh antimikroba sistemik. Klostridia vegetative, menghasilkan eksotoksin dan
peka terhadap penisilin G. Kemoprofilaksis lebih efektif bila diberikan dalam
1-2 jam setelah luka. Obat pilihan adalah penisilin G, dengan dosis 150 mg
(240.000 unit)/kgBB/hari intravena, tiap 4 jam, paling sedikit 4 hari.
II.
Pencegahan
Infeksi pada Lokasi Tertentu
1. Endokarditis
Infektif
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pemberian
antimikroba profilaksis, yaitu jenis kelainan jantung. Risiko terjadinya
endokarditis infektif berhubungan dengan beratnya kelainan atau perubahan
endokardium, turbulensi aliran darah di daerah lesi, deposit fibrin atau
trombosit, dan faktor jaringan atau darah lain yang meningkatkan perlekatan
bakteri pada tempat tersebut. Faktor kedua adalah mikroorganisme yang terlibat,
tersering adalah streptokokus viridans dan streptokokus positif koagulasi.
Pilihan antimikroba yang digunakan bergantung pada sumber bakteremia,
farmakokinetik obat, riwayat alergi pasien, dan beratnya lesi jantung. Sangat
penting memberikan penyuluhan kepada pasien dengan lesi jantung risiko tinggi
untuk mendapatkan profilaksis, bila dilakukan suatu prosedur yang bisa
menimbulkan bakteremia.
2. Penyakit
Paru Obstruksi Kronik
Antimikroba profilaksis sering digunakan untuk
mencegah komplikasi infeksi bakteri. Beberapa resimen yang digunakan antara
lain: tetrasiklin 2 kali 500 mg, untuk 10-14 hari, ampisilin 4 kali 250-500 mg,
10-14 hari, TMP-SMZ 160-800 mg per hari, 10-14 hari.
3. Rinorea
dan Otorea Cairan Serebrospinal
Trauma serangan menyebabkan kebocoran cairan
serebrospinal. Akibatnya bisa timbul meningitis bacterial. Streptokokus
pneumoniae sering menjadi organisme penyebab. Obat yang digunakan penisilin
prokain G 2 kali 600.000 unit intra muscular sampai satu minggu, atau sampai
kebocoran cairan serebrospinal tidak ada lagi.
III.
Pencegahan
Infeksi pada Pasien dengan Kekebalan Tubuh Utuh
1. Fibrosis
Kistik
Tetrasiklin, penisilin resisten penisilinase,
sefalosporin, TMP-SMZ, rifampisin, kloramfenikol, dan fluorokuinolon sering
diberikan.
2. Keganasan
Pasien yang mendapat kemoterapi untuk keganasan,
bila terjadi granulositopenia memiliki risiko tinggi untuk mendapatkan infeksi.
Infeksi bakteri adalah yang tersering. Berbagai kombinasi antimikroba per oral
dan injeksi diberikan, biasanya dalam dosis besar untuk beberapa waktu. TMP-SMZ
sering diberikan kombinasi dengan antimikroba per oral yang tak absorpsi dan
digunakan untuk mengurangi bakteremia basil gram negatif. Kuinolon per oral
juga mengurangi frekuensi sepsis oleh akibat bakteri gram negatif pada pasien
granulositopenia.
3. Pasca
Splenektomi
Pengangkatan limpa meninggikan kemungkinan
terjadinya infeksi oleh pneumokokus, meningokokus atau H. Influenzae. Pemberian
penisilin per oral jangka panjang masih kontroversi. Dosisnya 7-10 mg/kgBB/hari
per oral, diberikan 2 kali per hari. Vaksin pneumokokus sebaiknya diberikan
untuk mengoptimalkan respons antibodi, pada pasien yang akan menjalani
splenektomi.
Kemoprofilaksis yang Tidak Efektif
Contoh pemberian antimikroba profilaksis yang tidak
efektif adalah pemberian antimikroba pada pasien morbili, influenza,
poliomyelitis, common cold, gagal
jantung atau intubasi yang lama pada pasien gagal nafas, untuk mencegah infeksi
pneumonia bacterial, atau mencegah infeksi saluran kemih pada penggunaan
kateter yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Peterson
PK, Verhoef J. The Antimicrobial Agent. Amsterdam, New York-Oxford, Annual I.
Elsevier, SRBV, 1986.
Lambert
PH, O’Grady FW. Antibiotic and Chemotherapy, 6th Edition, Edinburgh
London, Madrid, Melbourne, New York and Tokyo. Churchill Livingstone, 1992.
Begerow
HG. 19th International. Congress of Chemotherapy. Am J Med. 1995:99.
Hoeprich
TD, Jordan MC, Ronald AR. Infectious Diseases, a Treatise of Infectious, Processes.
5th Edition. JB. Lippincott Company, 1994.
Tauchnitz
R. Antibacterial Chemotherapy. Kunst-und Werbedruck GMBH & Co, 1993.
Cluff
LE, Johnson JE. Clinical Cconcepts of Infectious Disease. Third Edition.
London. Williams & Wilkins, 1982.
Nelwan
RHH, Warsa UC, Uci R, Josodiwondo S, Muchtar A. 3th Western Pacific
Congress on Chemotherapy and Infectious Diseases, Bali, Indonesia, Dec 1992.
Archer
GL, Polk RE. Treatment and Prophylaxis of Bacterial Infectious. In: Wilson JD,
Braunwald E, Isselbacher KJ, Petersdorf RG, Martin JB, (ed). Harrison’s
Principles of Internal Medicine. 21th. New York. Mc Graw Hill Inc,
1994:593-606.
Conte
JE. Manual of Antibiotics and Infectious Diseases. 8th Edition.
Baltimore. Williams & Wilkins, 1995: 92-127.
American
Society of Hospital Pharmacists Commision on Therapeutics Task Force on
Antimicrobial Prophylaxis in Surgery. Clin Pharm 1992;11: 483-513.
Bauer
DJ, St Vincent L, Kempe CH, Downie AW. Prophylaxis Treatment of Smallpox
Contacts With N-methylisatin B-thiosemicarbasone (Compound 33T57, Marboran).
Lancet 1963;2:494-6.
Brumfitt
W, Hamilton-Miller JMT. Prophylaxis Antibiotics for Recurrent Urinary Tract
Infections. J Antimicrob Chemother 1990;25:505-12.
Classen
DC, Evans RS, Pestotnik SL, Horn SD, Menlove RL, Burke JP. The Timing of
Prophylactic Administration of Antibiotics and The Risk of Surgical-Wound
Infection. N Engl J Med 1992;326:281-6.
No comments:
Post a Comment