Pendahuluan
Di Negara industri, prevalensi hipertensi pada
kelompok pasien yang berusia 65 tahun ke atas lebih besar dari 50%. Di
Indonesia kami mendapatkan prevalensi hipertensi pada kelompok pasien yang
berusia 60 tahun ke atas sekitar 30%.
Dahulu,
kenaikan tekanan darah yang terjadi dengan bertambahnya usia dianggap normal
dan merupakan konsekuensi hemodinamik yang tidak dapat dihindari dengan
bertambahnya usia. Anggapan ini menimbulkan pendapat bahwa hipertensi pada usia
lanjut tidak perlu diobati. Akan tetapi, data terbaru menunjukkan bahwa
kenaikan tekanan darah pada usia lanjut menyebabkan peningkatan risiko
terjadinya komplikasi kardiovaskular, dan pemberian obat untuk menurunkan
tekanan darah akan memberikan manfaat.
Prevalensi
Pada
studi epidemiologi secara potong lintang, tekanan darah diastolik meningkat
dengan bertambahnya usia, sampai usia sekitar 45-55 tahun. Akan tetapi, tekanan
darah sistolik dan tekanan nadi (tekanan darah sistolik dikurangi tekanan darah
diastolik) terus meningkat dengan bertambahnya usia. Selain itu, angka kejadian
dan prevalensi hipertensi meningkat secara berkelanjutan dengan bertambahnya
usia. Oleh karena itu, prevalensi hipertensi diastolik dan sistolik cukup
tinggi pada kelompok usia lanjut. Hasil survey pemeriksaan kesehatan dan
nutrisi di Amerika Serikat, yang dianggap dapat menggambarkan populasi Amerika
Serikat, menunjukkan bahwa 63% penduduk yang berusia 65-74 tahun mempunyai
tekanan darah sistolik atau diastolik > 140/90 mmHg.
Hubungan Antara Tekanan Darah
dengan Penyakit Kardiovaskular
Risiko terjadinya penyakit kardiovaskular-ginjal
berkorelasi positif dengan tingginya tekanan darah dan meningkat secara lebih
cepat dengan bertambahnya usia setelah usia lima puluh tahun. Morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan tingginya tekanan darah pada derajat tekanan
darah sistolik dan diastolik tertentu lebih tinggi pada kelompok usia lanjut
dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda.
Hipertensi sistolik terisolasi adalah jenis hipertensi
yang juga menurunkan harapan hidup. Cardiovascular
Health Study menunjukkan bahwa pada kelompok pasien yang berusia 65 tahun
ke atas tanpa penyakit kardiovaskular dan tidak dalam pengobatan hipertensi,
hipertensi sistolik terisolasi berkorelasi dengan peningkatan risiko terjadinya
infark miokard, peningkatan masa ventrikel kiri, dan penebalan tunika intima
dan media arteri karotis. Yang terakhir ini merupakan manifestasi dini
aterosklerosis. Selain itu, studi ini juga menunjukkan bahwa tekanan darah
sistolik berkorelasi kuat dengan tebal tunika intima dan media arteri karotis.
Individu dengan hipertensi sistolik terisolasi menunjukkan kemungkinan
terjadinya stenosis lumen arteri karotis paling sedikit 25% lebih tinggi.
Stenosis lumen arteri karotis tersebut terjadi pada 38% pria dan 26% wanita
dengan hipertensi sistolik terisolasi dibandingkan dengan pada 17% pria dan 12%
wanita tanpa hipertensi sistolik terisolasi.
Pada
Framingham Study, morbiditas dan
mortalitas 20 tahun akibat penyakit kardiovaskular pada individu dengan
hipertensi sistolik terisolasi dua sampai lima kali lebih tinggi dibandingkan
dengan individu normotensi dengan umur yang sama. Selain itu, risiko relatif
komplikasi kardiovaskular yang fatal dan tidak fatal lebih tinggi pada individu
dengan hipertensi sistolik terisolasi dibandingkan dengan individu dengan
hipertensi sistolik dan diastolik. Multiple
Risk Factor Intervention Trial menunjukkan bahwa pada pria risiko penyakit
kardiovaskular dan mortalitas adalah dua kali lebih tinggi pada individu dengan
hipertensi sistolik dan diastolik.
Dasar Rasional Terapi
Sampai sekarang masih banyak dokter yang enggan
untuk mengobati hipertensi pada individu usia lanjut, karena peninggian tekanan
darah pada kelompok usia ini dianggap normal sebagai akibat bertambahnya usia
yang mengakibatkan arterosklerosis progresif dan penurunan elastisitas pembuluh
darah. Terapi antihipertensi dianggap lebih banyak merugikan daripada
menguntungkan. Tekanan darah sistolik 100 ditambah dengan usia dianggap normal
pada individu usia lanjut. Akan tetapi, sekarang ini kebanyakan pakar
berpendapat bahwa tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih tinggi dan/atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi pada individu dengan usia
berapapun menunjukkan bahwa individu tersebut menderita hipertensi.
The
Fifth Report of The Joint National Committee,
seperti terlihat pada table 1, bahkan mengemukakan klasifikasi baru mengenai
peninggian tekanan darah sistolik. Tekanan darah sistolik antara 140 dan 159
mmHg dimasukkan ke dalam klasifikasi hipertensi derajat satu atau hipertensi
ringan.
Table
1.
Klasifikasi Tekanan
Darah untuk Individu Dewasa yang Berusia 18 Tahun ke Atas
|
Tekanan Darah
Sistolik
(mmHg)
|
Tekanan Darah
Diastolik
(mmHg)
|
Normal
|
<
130
|
<
85
|
Normal
Tinggi
|
130-139
|
85-89
|
Hipertensi
Derajat 1 (ringan)
Derajat 2 (sedang)
Derajat 3 (berat)
Derajat 4 (sangat berat)
|
140-159
160-179
180-209
≥
210
|
90-99
100-109
110-119
≥
120
|
Dari The
Fifth Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure.
Laporan ini menekankan pentingnya pencegahan primer
hipertensi, termasuk hipertensi sistolik, dengan cara penatalaksanaan
nonfarmakologik. Bila tekanan darah sistolik tetap 140 mmHg atau lebih walaupun
sudah menjalani modifikasi gaya hidup selama periode 3 sampai 6 bulan,
pemberian obat antihipertensi dapat dimulai. Sebagai akibatnya, sebagian besar
individu dengan hipertensi pada usia lanjut di Amerika Serikat mendapat
pengobatan antihipertensi.
Dasar
rasionil daripada perubahan pendapat ini berasal dari hasil beberapa studi
terkontrol yang telah menunjukkan bahwa pengobatan hipertensi pada populasi
usia lanjut menghasilkan penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Australian National Blood Pressure Study,
Hypertension Detection and Follow-up Program, European Working Party on High
Blood Pressure in the Elderly, Swedish Trial in Old Patients, dan Systolic Hypertension in the Elderly Program
menunjukkan manfaat pengobatan hipertensi pada usia lanjut.
Evaluasi Sebelum Pengobatan
Pasien hipertensi pada usia lanjut sering mengalami
penurunan tekanan darah pada posisi tegak dan penurunan tersebut cenderung
makin besar bila tekanan darah pada posisi berbaring makin tinggi. Oleh karena
itu, sebelum mulai pengobatan tekanan darah harus selalu diukur pada posisi
berbaring dan setelah pasien berdiri 1-2 menit. Pasien yang mengalami penurunan
tekanan darah pada posisi tegak lebih dari 20 mmHg mungkin memerlukan
perlindungan terhadap penurunan tekanan darah lebih lanjut akibat pemberian
obat antihipertensi dangan memakai kaus kaki elastis, obat simpatomimetik,
seperti kafein, peninggian bagian kepala tempat tidur, dan melakukan latihan
isometrik, seperti handgrip. Beberapa
pasien juga dapat mengalami hipotensi setelah makan, yang dapat dikurangi
dengan cara makan dengan porsi yang lebih kecil dan lebih sering.
Bila hipertensi terjadi mendadak dan tekanan darah
makin tinggi secara cepat setelah usia 60 tahun, kemungkinan besar disebabkan
oleh penyakit renovaskular akibat stenosis aterosklerotik. Pemeriksaan
penyaring yang non-invasif dapat dilakukan seperti tes kaptopril, pemeriksaan
aktivitas rennin plasma dan pemeriksaan perfusi ginjal dengan pencitraan
radioisotope setelah pemberian dosis tunggal obat penghambat angiotensin-converting enzym.
Pseudohipertensi
yang disebabkan oleh arteri yang mengalami klasifikasi harus dipertimbangkan
bila tekanan darah yang terbaca sangat tinggi yang tidak sesuai dengan kelainan
yang didapatkan pada jantung, mata dan ginjal. Pseudohipertensi ini dapat
ditunjukkan dengan Manuver Osler.
Pengobatan Nonfarmakologik
Pengobatan
nonfarmakologik atau modifikasi gaya hidup yang dianjurkan pada pasien yang
lebih muda juga dapat bermanfaat bagi pasien hipertensi usia lanjut. Termasuk
dalam modifikasi gaya hidup misalnya penurunan berat badan pada pasien dengan
obesitas, pembatasan asupan natrium, dan latihan aerobic dan isotonik yang
teratur. Pasien hipertensi usia lanjut biasanya lebih sensitif terhadap
pembatasan asupan natrium atau terhadap dosis kecil obat diuretik. Apabila
pasien hipertensi usia lanjut tersebut juga adalah peminum alkohol sangat
dianjurkan untuk membatasi konsumsi alkohol per hari, sehingga tidak lebih dari
30 ml yang setara dengan dua gelas bir atau anggur.
Pedoman Pengobatan Farmakologik
Apabila modifikasi gaya hidup tidak berhasil
menurunkan tekanan darah atau derajat tekanan darah cukup tinggi yang
mengharuskan untuk memulai pemberian obat antihipertensi dengan segera, perlu
diperhatikan beberapa hal di bawah ini:
1. Mulai
dengan dosis kecil satu jenis obat dan mengenal berbagai faktor yang dapat
meninggikan risiko pengobatan seperti terlihat pada table 2.
2. Berusaha
menurunkan tekanan darah secara perlahan-lahan, tidak lebih dari 10 mmHg setiap
bulan, agar memungkinkan terjadinya otoregulasi yang akan memelihara perfusi
berbagai organ vital.
Table
2.
Faktor
yang Dapat Meninggikan Risiko pada Pemberian Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi Usia Lanjut
Faktor
|
Komplikasi Potensial
|
Penurunan aktivitas baroreseptor
Penurunan volume intravascular
Sensitivitas terhadap hipokalemia
Penurunan fungsi hati dan ginjal
Polifarmasi
Kelainan sistem saraf pusat
|
Hipotensi ortostatik
Hipotensi artostatik, dehidrasi
Aritmia, kelemahan otot
Akumulasi obat
Interaksi Obat
Depresi, konfusi
|
3. Sebagai
sasaran pengobatan adalah tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah
diastolik 90 mmHg. Harus hati-hati bila akan menurunkan tekanan darah di bawah
nilau tersebut. Pada pasien dengan hipertensi sistolik terisolasi, biasanya
penurunan tekanan darah sistolik akan diikuti dengan penurunan sedikit tekanan
darah diastolik.
4. Diusahakan
agar jumlah tablet dan dosis harian sesedikit mungkin, diberikan sekali sehari,
dan bila mungkin dengan pemberian obat yang bekerja secara perlahan-lahan.
5. Antisipasi
terjadinya efek samping dengan cara anamnesis yang teliti dan pemeriksaan laboratorium
yang memang diperlukan. Pemeriksaan profil kimia darah seperti elektrolit,
kreatinin dan gula darah dilakukan dalam enam minggu setelah mulai pengobatan.
Bila tidak terdapat kelainan, pemeriksaan tersebut dapat diulang setelah enam
bulan atau satu tahun.
6. Sebaiknya
dilakukan pengukuran tekanan darah di rumah untuk memastikan bahwa pengobatan
yang diberikan memadai tetapi tidak berlebihan. Bila mungkin diukur dengan alat
pengukuran tekanan darah 24 jam secara ambulator.
Table
3.
Berbagai
Penyakit Penyerta pada Pasien Hipertensi Usia Lanjut dan Pilihan Berbagai Obat
Antihipertensi
Obat
|
Indikasi
|
Kontraindikasi
|
Diuretik
|
Gagal
jantung kongestif,
Retensi
volume
|
Diabetes,
gout, hiperkolesterolemia
|
Agonis-α
sentral
|
Gejala
withdrawal pascaadiksi
|
Penyakit
hati, otoimun, dan depresi
|
Penghambat-α
|
Hiperlipidemia
|
Hipotensi
postural
|
Penghambat-β
|
Penyakit
arteri koroner, takiaritmia, migren, ansietas
|
Asma,
diabetes tergantung insulin, bradiaritmia, gagal jantung kongestif, penyakit
pembuluh darah perifer, hipertrigliseridemia
|
Penghambat-ACE
|
Payah
jantung kongestif, penyakit pembuluh darah perifer
|
Gagal
jantung, hipertensi renovaskular, deplesi volume
|
Antagonis
kalsium
|
Penyakit
arteri koroner, takiaritmia, penyakit pembuluh darah perifer
|
Bradiaritmia
|
7. Harus
diingat bahwa penyakit penyerta lebih sering dijumpai pada pasien usia lanjut
yang dapat merupakan indikasi atau kontra-indikasi obat tertentu seperti
terlihat pada tabel 3. Pasien usia lanjut sering mengidap penyakit paru
obstruksi menahun dengan spasme bronkus, angina, gagal jantung kongestif,
hipertrofi ventrikel kiri dengan ekstrasistol ventrikel, dan penyakit pembuluh
darah perifer yang disertai klaudikasi. Obat antihipertensi yang diberikan
sebaiknya harus dapat mengatasi, atau paling tidak, tidak akan memperberat
penyakit penyerta tersebut. Pemakaian obat antiinflamasi nonsteroid yang tidak
jarang dipakai pada pasien usia lanjut juga dapat mengurangi efektivitas
berbagai obat antihipertesi.
Hanya
dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang disebutkan di atas, pemberian obat
antihipertensi pada pasien usia lanjut dapat mencapai hasil yang optimal dengan
risiko yang minimal.
Kesimpulan
Dengan modifikasi gaya hidup dan
pengobatan antihipertensi yang seksama dan hati-hati, peninggian tekanan darah pada
pasien hipertensi usia lanjut dapat diturunkan sampai ke derajat yang aman
tanpa menimbulkan efek samping yang bermakna. Obat antihipertensi yang ada
sekarang dapat dipakai untuk menurunkan tekanan darah secara efektif pada
hipertensi usia lanjut dengan memperhatikan penyakit penyerta yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Susalit E, Sidabutar RP. Haemodynamic
and Humoral Profiles of Indonesian Elderly Hypertensive Patients. Med J Indones
1995; 4(1): 48-52
Flack JM, McVeigh G, Grimmy RH.
Hypertension Therapy in the Elderly Curr Opin Nephrol Hypertens 1993; 2:
386-94.
Ostfeld AM, Shekelle RB, Klawans H, Tufo
HM. Epidemiology of Stroke in An Elderly Welfare Population. Am J Public Health
1974; 64: 450-8.
Pearce KA, Furberg CD. Hypertensive
Cardiovascular Disease and the Treatment of Hypertension in the Elderly. Curr
Opin Nephrol Hypertens 1994; 3: 213-7.
Freis ED. Prognosis in Elderly
Hypertensive Patients. Medical Progress 1995; 22: 14-8.
Tjoa HI, Kaplan NM. Treatment of
Hypertension in the Elderly. JAMA 1990; 264(8): 1015-8.
MacMahon S, Peto R, Cutler J, et al.
Blood Pressure, Stroke, and Coronary Heart Disease: Part I: Prolonged
Differences in Blood Pressure: Prospective Observational Studies Correlated for
Regression Dilution Bias. Lancet 1990; 335: 765-74.
Veterans Administration Cooperative
Study Group on Antihypertensive Agents: Effects of Treatment on Morbidity in
Hypertension: III: Influence of Age, Diastolic Blood Pressure, and Prior
Cardiovascular Disease: Further Analysis of Side Effects. Circulation 1972; 45:991-1004.
Pasty BM, Furberg CD, Kuller LH, et al.
Isolated Systolic Hypertension and Subclinical Cardiovascular Disease in the
Elderly. JAMA 1992; 268: 1287-91.
Kannel WB, Dawber TR, McGee DL.
Perspectives on Systolic Hypertension. Circulation 1980; 61: 1179-87.
Rutan GH, Kuller LH, Neaton JD, et al.
Mortality Associated with Diastolic Hypertension and Isolated Systolic
Hypertension Among Men Screened for Multiple Risk Factor Intervention Trial.
Circulation 1988; 77: 504-14.
Bauer GE. Treatment of Hypertension in
the Elderly. Drugs 1974; 7:310-8.
The Fifth Report of the Joint National
Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
V). Arch Intern Med 1993; 153-83.
Caird FI, Andrews GR, Kennedy RD. Effect
of Posture on Blood Pressure in the Elderly. Br Heart J 1973; 35: 527-30.
Goldstein IB, Sharpiro D. Cardiovascular
Response During Postural Change in the Elderly. J Gerontol 1990; 45: M20-M25.
Peitzman SJ, Berger SR. Postprandial
Blood Pressure Decrease in Well Elderly Persons. Arch Intern Med 1989; 149:
286-8.
Wilcox CS, Williams CM, Smith TB, et al.
Diagnostic Uses of Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors in Renovascular
Hypertension. Am J Hypertens 1988; 1: 344S-349S.
Niarchos AP, Laragh JH, Effects of
Diuretic Therapy in Low-, Normal-, and High-Renin Isolated Systolic Systemic
Hypertension. Am J Cardiol 1984; 53: 797-801.
West LJ, Maxwell DS, Noble EP, Solomon
DH. Alcoholism and Aging. Ann Intern Med 1984; 100: 405-16.
Evans CE, Haynes RB, Goldsmith CH,
Hewson SA. Home Blood Pressure-Measuring Device: A Comparative Study of
Accuracy. J Hypertens 1989; 7: 133-42.
No comments:
Post a Comment