Pola dakwah bwerdasarkan objek adalah dakwah yang berfokus pada ma’u
sebagai sasaran dakwah. Pola dakwah berdasarkan objek dakwah ini dapat dibagi
dalam beberapa pola berikut.
- Dakwah
Nafsiyah (Dakwah Intrapersonal)
Dakwah nafsiyah atau disebut juga dakwah intrapersonal adalah dakwah yang
berfokus pada diri sendiri (bukan dakwah kepada orang lain).
Dakwah nafsiyah merupakan hubungan komunikasi antara jiwa seseorang
dengan Allah Swt. Dakwah nafsiyah dapat berbentuk do’a seorang hamba kepada
Tuhannya. Dalam hadits Nabi Muhammad Saw yang berasal dari Abu Sa’id
al-Khudhriyi ra. “… jika kamu tidak
sanggup mencegah kemungkaran dengan tangan dan lisan maka cegahlah dengan
hatimu…”. Menurut penulis mencegah kemungklaran dengan hati termasuk dakwah nafsiyah atau dakwah
intrapersonal karena dalam hati seseorang terjadi tolak tarik antara ajakan
kepada yang baik dan ajakan kepada yang tidak baik. Dalam keadaan tolak tarik
ini hati manusia juga yang akan memutuskan ajakan mana yang akan dituruti oleh
hatinya apakah ajakan kepada kemungkarang atau ajakan kepada yang ma’ruf. Jika
hati seseorang dapat memenangkan kebaikan bearti ia sudah melakukan dakwah
nafsiyah. Wallahu a’lam.
- Dakwah
Fardiyah (Dakwah Interpersonal)
Dakwah fardiyah ajakan atau seruan ke jalan Allah yang dilakukan seorang
da’i kepada orang lain secara perseorangan dengan tujuan memindahkan mad’u pada
keadaan yang lebih baik dan diridhai Allah.
Dalam proses dakwah fardiyah, seorang da’i berusaha lebih dekat mengenal
mad’u, menyertainya dan membina persaudaraan dengannya karena Allah.dalam
persahabatan ini,da’i berusaha membawa mad’u kepada keimanan, ketaatan,
kesatuan dan komitmen pada system kehidupan Islam dan adab-adabnya yang
menghasilkan sikap tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan dan
membiasakannya beramar ma’ruf nahy munkar.
Merujuk kepada ilmu komunikasi, dakwah
fardiyah dapat diidentikkan dengan dakwah interpersonal atau dakwah antar
pribadi. Pemahaman tentang dakwah fardiyah ini dapat dirujuk kepada teori peranan
komunikasi antar pribadi yang ditulis oleh Johnson (1981) yaitu: pertama,
komunikasi antarpribadi dapat membantu perkembangan intelektual dan social
masyarakat. Kedua, komunikasi antar
pribadi dapat membantu adanya identitas dan jati diri seseorang. Ketiga,
melalui komunikasi antar pribadi kita dapat melakukan pembandingan social
terhadap kesan-kesan dan pengertian kita tentang dunia luar kita. Keempat,
kesehatan mental seseorang sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi antar
pribadi yang terjadi di lingkungan tempat tinggal seseorang.
Dakwah fardiyah adalah dakwah seseorang kepada orang lain. Seorang da’i
berdakwah kepada seorang mad’u dengan pendekatan personal atau dari hati ke
hati. Dakwah fardiyah bisa dilakukan dengan dengan cara langsung face to face atau dengan cara tidak
langsung melalui telpon, pesan singkat (SMS), internet dan lain-lain. Merijuk
kepada tulisan Johnson diatas, jika sepakat mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal identik dengan dakwah fardiyah, maka dakwah fardiyah ini sangat
efektif bila dilakukan secara rutin dan berkesinambungan karena seorang da’i
akan lebih terfokus perhatiannya kepada seorang atau beberapa mad’u saja. Da’i
dapat memantau perkembangan pemahaman dan pengalaman agama mad’u yang menjadi
sasarannya mulai dari pemahaman dan pengalaman yang rendah sampai pada
pemahaman dan pengalaman agama yang lebih tinggi.
Dakwah fardiyah dapat dilakukan oleh sebagian besar umat Isla karena
pendekatan dakwah fardiyah dapat dilakukan secara sangat pribadi dari hati ke
hati dan dapat dilakukan di tempat tinggal mad’u tanpa harus melakukan dakwah
secara terbuka di depan banyak orang. Dengan kata lain dakwah fardiyah dapat
dilakukan oleh setiap orang yang mempunyai kemampuan terbatas, keberanian
terbatas dan ruang gerak terbatas. Misalnya da’i dapat menerapkan metode dakwah
bi al-Maw’idah al-Hasanah atau bi al-Lisan. Dalam kondisi ini da’i
cukup hanya dengan bersikap dan berbicara tentang hal-hal baik-baik saja. Pola
dakwah seperti ini sebenarnya sangat mudah dilakukan oleh setiap orang terutama
bagi seorang perempuan. Bagi seorang da’i perempuan, misalnya, ia dapat memilih
calon mad’u seperti tetangga, teman-teman dekat, teman sekantor, teman
sepengajian dan sebagaimya.
- Dakwah Fiah
(Dakwah Kelompok)
Dakwah fiah atau disebut juga dengan dakwah kelompok dapat diidentikkan
dengan komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah subdisiplin dari
komunikasi lisan. Titik berat perhatian komunikasi kelompok adalah pada
kelompok kecil yaitu pada gejala-gejala komunikasi di dalam kelompok-kelompok
kecil. Seorang ahli komunikasi kelompok tertarik dengan cara-cara bagaimana
individu-individu berkomunikasi dalam berbagai situasi kelompok tatap muka. Ia
berusaha untuk lebih memahami proses komunikasi kelompok dan agar dapat
meramalkan hasil-hasil komunikasi kelompok dengan tepat.
Berpijak pada pemikiran tersebut, maka dakwah fiah (dakwah kelompok)
dapat berbentuk dakwah halaqah yaitu dakwah yang dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok kecil. Kelompok-kelompok kecil tersebut dapat diaktifkan secara
rutin dengan jadwal dan materi yang tersusun rapi. Seorang da’i harus memberi
motivasi supaya terjadinya diskusi kelompok yang menyangkut pemahaman,
kesadaran dan pengalaman ibadah para anggota kelompok dakwah tersebut. Pada
hakekatnya, dakwah fiah dapat mengembangkan diri menjadi beberapa kelompok
dakwah yang lain dengan cara setiap anggota dakwah fiah merangkul mad’u yang
lain untuk bergabung dalam kelompok dakwah. Begitu seterusnya sehingga dakwah
fiah berkembang pesat seperti bola salju.
Dakwah fiah dapat dilakukan di rumah para anggota kelompok atau di
mesjid-mesjid. Dakwah fiah dapat terdiri dari anggota perempuan dan dapat juga
terdiri dai anggota laki-laki. Kelebihan dari dakwah fiah ini bagi setiap
anggota, terutama bagi anggota kelompok perempusn, adalah dakwah fiah bisa
menjadi sarana yang dapat mengembangkan kemampuan para anggota melalui diskusi
pendalalman materi agama, melatih kecakapan diskusi dan melatih berbicara
secara sistematis. Dengan demikian diharapkan setiap anggota mampu berdakwah
dalam kelompok-kelompok lain yang lebih besar.
- Dakwak
Jam’iyah (Dakwah Massa)
Konsepsi dan manifestasi dakwah harus bisa merangkul dimensi kerisalahan,
kerahmatan dan kesejahteraan dalam kehidupan umat manusia. Sebagai program
kerja berjangka panjang, gerakan dakwah membutuhkan banyak sarana, metode dan
penunjang yang harus diupayakan berjalan sinergis, integral dan saling
melengkapi dalam rangka mewujudkan kemaslahatan hidup umat manusia. Dakwah
jam’iyah bisa juga disebut dengan dakwah jamaah yaitu gerakan dakwah yang
berbasiskan komunitas atau satuan unit masyarakat untuk menata dan mewujudkan
alam kehidupan yang lebih baik sesuai dengan perintah dan sunah-Nya. Dengan
demikian dakwah jam’iyah dapat dikatakan sebagai dakwah yang berbentuk
organisasi atau pergerakan. Di Indonesia dakwah yang berbentuk organisasi atau
pergerakan sudah lama terbentuk sejak Indonesia merdeka, di antaranya
dakwah organisasi Mumahammaddiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dll.
Organisasi Muhammaddiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan. Menurut pemikiran
beliau Muhammaddiyah merupakan wujud konkrit dari realisasi pesan al-Qur’an untuk berpegang teguh kepada
agama Allah, bersikap dan
memanifestasikan taqwa serta selalu mengajak kepada islam.
Dalam keyakinan K.H Ahmad Dahlan orang yang telah mampu memahami agami
Islam sebagai risalah Allah akan mewujudkan ajaran-ajaran Islam melalui
perjuangan dengan menggunakan seluruh kemampuannya untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sebagai konsep hidup di tengah-tengah masyarakat.
Oleh krena itu umat Islam harus melaksanakan amar ma’ruf nahy munkar.
Muktamar Muhammaddiyah ke-38 tahun 1971 di Makassar menetapkan keputusan
yaitu dalam membina masyarakan dengan dakwah slam amar ma’ruf nahy munkar,
untuk mencapai maksud dan tujuannya yang paling tepat adalah mengadakan gerakan
jamaah dan dengan dakwah jamaah (GJDJ).berikut beberapa prinsip Gerakan Jamaah
dan Dakwah Jamaah (GJDJ) yaitu:
1.
Fokus utama GJDJ harus diarahkan untuk memperkuat
kemampuan masyarakat local (komunitas) dalam mebobilisasi sumber-sumber lokal.
Satuan lokal ini dapat berupa RT, kelompok pengguna air (irigasi), kelompok
tani kelompok arisdan, kelompok pengajian dan organisasi organisasi yang
menjadi tempat tumbuhnya pengembangan dar interaksi pribadi maupun masyarakat.
2.
Pengembangan kegiatan dan dakwah jamaah harus mengakui
adamya variasi dan perbedaan baik antar orang yang terlibat maupun variasi
potensi dan permasalahn lokal yang tidak sama. Pengambil keputusan bukanlah
sosok yang tunggal melainkan plural yang mencakup individu, keluarga, birokrsi
lokal, dll.
3.
Cara mencapai tujuan bersama program pengembangan
jamaah dilakukan melalui proses pembelajaran sosial (social learning).
4.
Untuk menjamin efektifitas program berbagai bentuk
kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus terorganisasikan,
terkoordinasikan dan terintegrasikan dengan rapi, cermat dan berkelanjutan.
- Dakwah
Umurah (Dakwah Lintas Budaya)
Bapak antropologi budaya, E. B.Taylor, mendefinisikan “budaya sebagai
keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan-kamapuan atau kebiasaan-kebiasaan lain yang
diperoleh angggota-anggota suatu masyarakat”. Untuk memahami dakwah umurah atau disebut juga dengan
dakwah intas budaya, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan komunikasi lintas budaya, karena dakwah
umurah diindintikkan dengan komunikasi lintas budaya. Komunikasi lintas
budaya bisa juga disebut komunikasi antar budaya yaitu komunikasi yang terjadi
antar orang-orang yang berbeda budaya. Artinya communicator dan comunican
berasal dari budaya yang berbeda. Dalam proses komunikasi antar budaya tersebut
terlibat peranan dan fungsi budaya. Budaya sangat mempengaruhi orang-orang yang
sedang berkomunikasi.
Berpijak pada pemikiran tersebut, dalam proses dakwah lintas budaya,
seorang da’i harus memperhitungkan peranan dan fungsi budaya. Ketika berdakwah,
da’i harus mengetahui terlebih dahulu calon mad’unya berasal dari budaya apa.
Oleh karena itu, da’i harus mempelajari ilmu antropologi sehingga da’i lebih mudah menghadapi mad’unya yang datang
dari berbagai latar belakang budaya yang maksimum dan perbedaan budaya yang
minimum antara budaya yang satu dengan budaya yang lain bahkan antar sub-sub
budaya. Kita dapat mengambil contoh perbedaan budaya yang sangat mencolok
seperti perbedaan maksimum antara budaya Barat dan Budaya Timur, khususnya
Asia, seperti penampakan fisik, agama, filsafat, sikap-sikap social, bahasa,
pusaka, konsep-konsep dasar tentang diri dan alam semesta dan derajat
perkembangan teknologi. Sementara itu, perbedaan minimum dapat dilihat pada
budaya Indonesia dan Malaysia .
Perbedaan kedua budaya ini sangat sedikit. Dari segi fisik serupa, bahasa
serupa, filsafat dan agama serupa dan lain hamper serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah; Metode Membentuk Pribadi
Muslim, terj. As’ad Yasin, (Jakarta :
Gema Insani, 2004), Hal. 29.
Alvin A. Goldbertg dan Carl
E. Larsson, Komunikasi Kelompok, Terj. Koesdarini Soemiati dan Gary R. Yusuf,
(Yakarta: UI – Press, 1985), Hal. 11
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (Editor), Komunikasi Antar Budaya, Cet. Ke-9 (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 56.
Pimpinan Pusat
Muhammadiyah, Dakwah Kultural Muhammadiyah, (Yogyakarta :
Suara Muhammadiyah, 2005), hal 100.
Supratiknya. A, Komunikasi
Antar Pribadi; Tijauan Psikologis, (Yogyakarta :
Kanisius, 19950 Hal. 9.
Do you want to know the casino games you play at - TrickToAction
ReplyDeleteWhat is the best and most popular online slots 일문공 우회접속 games? A 토토 갤러리 casino game offers you the 벨라가르텐 chance to try your luck at 안전 사이트 one of the most exciting slots games on the 토토사이트 소스 샤오미 market