Monday, July 8, 2013

MASA KEMAJUAN ISLAM

A.      KHALIFAH RASYIDAH
Nabi Muhammad SAW. Meninggal dunia pada pada tahun 632 M setelah sebagian besar Arabia masuk Islam. Wafatnya Nabi Muhammad menghadapkan masyarakan Muslim yang masih bayi itu pada sesuatu yang berwujud krisis konstitusional. Nabi Muhammad tidak menunjuk penggantinya, bahkan tidak pula membentuk suatu dewan menurut garis-garis majelis suku yang mungkin bisa melaksanakan kekuasaan selama masa peralihan yang sangat gawat itu. Segera setelah wafatnya Nabi, tiga golongan yang bersaing yaitu, Anshar, Muhajirim, dan Hasyim terlibat di dalam permasalahan kekhalifahan (khilafah).
Kaum Anshar menuntut bahwa mereka adalah orang-orang yang memberi tempat kepada Nabi pada saat-saat krisis. Oleh karena itu, seorang penerus Nabi harus dipilih di antara mereka. Kaum muhajirin menuntut bahwa Abu Bakar adalah orang yang terbaik untuk menggantikan Nabi. Sebagai pemimpin umat Islam setelah rasul, Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (Pengganti Rasul) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut khalifah saja. Khalifah adalah pemimpin yang diangkat sesudah nabi wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama dan kepala pemerintahan.

1.        Abu Bakar (11-13 H / 632-634 M)
Abu bakar lahir pada 573 M. Lebih muda sekitar tiga tahun dari Nabi Muhammad. Setelah Abu Bakar lahir dan besar ia diberi nama lain: Atiq. Nama ini di ambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya menjadi Abdullah. Namun Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal. Sepeninggal Rasulullah, kaum Muslimin mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah. Tak mengherankan, karena sebelum Rasulullah diangkat pun Abu Bakar telah menjadi orang kedua setelah beliau.

v  Pencapaian Abu Bakar
   Setelah menjadi khalifah, yang pertama-tama menjadi perhatian Abu Bakar adalah melaksanakan keinginan Nabi yang hampir tidak bisa terlaksana, yaitu mengirimkan suatu ekspedisi dibawah pimpinan Usamah ke perbatasan Siria untuk membalas pembunuhan ayah Usamah, yaitu Zaid, dan kerugian yang di derita oleh umat Islam di dalam perang Mut;ah. Ekspedisi itu ada pengaruhnya. Keberanian Abu Bakar untuk melanjutkan pengiriman ekspedisi meyakinkan orang-orang Badui akan keadaan kekuatannya di dalam negeri.

v  Memerangi Kemurtadan
Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalifah ibn Al-Walid adalah jenderal yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini. Tampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirimkan kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai Al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirik ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah, Amr ibn ‘Ash, Yazid ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria selama dua tahun.
  
v  Wafatnya Abu Bakar
Abu Bakar jatuh sakit dalam musim panas tahun 634 M, dan selama 15 hari dia berbaring di tempat tidur. Khalifah ingin sekali menyelesaikan masalah penggantian dan mencalonkan seorang pengganti, kalau-kalau hal itu akan melibatkan rakyatnya ke dalam suatu perang saudara. Meskipun dari pengalamannya Abu Bakar benar-benar yakin bahwa tidak ada seorang pun kecuali Umar bin Khatab yang dapat mengambil tanggung  jawab kekhalifahan yang berat itu, karena masih ingin menggembleng pendapat umum, dia bermusyawarah dengan para sahabatyang terpandang. Abu Bakar memanggil Usman dan mendiktekan teks perintah yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Dia meninggal dunia pada hari Senin tanggal 23 Agustus 624 M. Shalat jenaza dipimpin oleh Umar, dan dan dia dikuburkan drumah Aisyah di samping makam Nabi. Dia berusia 63 tahun ketika meninggal dunia, dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan dan 11 hari.

2.        Umar bin Khathab (13-25 H / 634-644 M)
            Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian, mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihab dan perpecahan di kalangan umat Islam. Umar menyebut dirinya Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin (Komandan orang-orang yang beriman).

v  Penaklukan Syria dan Irak
Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi, ibu kota syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M Dan setahun kemudian. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr ibn ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad ibn Abi Waqqash. Iskandar, ibu kota Mesir, ditaklukkan t5ahun 641 M. Serangan dim lanjutkan ke ibu kota Persia, Al-Maidan yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Mosul dapat di kuasai.
v  Penaklukan Persia
Pada masa kepemimpinan Umar, wilayah kekuasaan Islamsudah meliputi Jazirah Arabia, Pelestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur dministrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan di atur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian di bentuk. Umar mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan menciptakan tahun hijrah.
Akan tetapi, kekhalifahan Umar tidak kurang pula mencoloknyadalam pembaruan-pembaruan pemerintahannya. Untuk itu dia di anggap sebagai pendiri yang sebenarnya dari pemerintahan Islam. “Selama 30 tahun berdirinyarepublik itu,” kata Amir Ali “Kebijakannya memperoleh cirinya terutama dari Umar, baik selama masa hidupnya maupun setelah wafatnya.

v  Wafatnya Khalifah Umar
Wafatnya Umar sangat tragis, suatu hari seorang budak bangsa Persiayang bernama Feroz datang kepada Umar dengan pengaduan bahwa majikannya telah membebankan atasnya pajak yang sangat berat. Umar berjanji untuk memeriksa masalah itu. Hari berikutnya, ketika orang-orang berkumpul di Masjid Madinahuntuk shalat, Feroz menyelinap masuk dan berkumpul dengan mereka. Baru saja Umar melakukan shalat, Feroz tiba-tiba menyerang dari belakang dan menusuk Umar. Umar meninggal dunia tiga hari kemudian dan dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 1 Muharram tahun 23 H atau 644 M. Kekhalifahannya berlangsung selama 10 tahun 6 bulan 4 hari.

3.        Usman bin Affan (24-36 H / 644-656 M)
Usman bin affan, khalifah islam ketiga yang saleh itu, dilahirkan pada tahun 573 M di dalam marga Umayah dari keluarga besar Quraisy. Nabi sangat mengaguminya karena kesederhanaan, kesalehan, dan kedermawaannya, dan memberikan dua putrinya untuk dinikahi oleh secara berurutan, yaitu setelah yang meninggal dunia. Ketika putrinya yang kedua meninggal, dia berkata bahwa seandainya dia mempunyai putri yang lain, pasti dia telah menikahkannya dengan usman.
Dimasa pemerintahan usman (644-655 M), Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi islam pertama berhenti sampai disini.
Pemerintahan usman berlangsung selama 12 tahun. Pada paroh terakhir masa kekhalifahannya, muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat islam terhadapnya. Kepemimpinan Usman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya, pada tahun 35 H / 655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa itu.
Salah satu yang menyebabkan banyak rakyat yang kecewa terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masanya tidak ada kegiatan-kegiatan yang penting. Usman berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, mesjid-mesjid, dan memperluas mesjid nabi di Madinah.

4.        Ali bin Abi Thalib (35–40 H / 655-660 M)
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki  jabatan khalifah, Ali memecat para gubernur  yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Tidak lama setelah itu Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama “Perang Jamal (Unta)” karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta. Ali berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim ke Madinah.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah. Ali bergerak bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan, menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij.

B.       KHALIFAH BANI UMAYYAH
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun). Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan pemilihan tau suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun, dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota negara dipindahkan Muawiyah dari madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya. Khalifah-khalifah besar dinasti Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd Al-Malik (705-715 M), Umar bin Abd al-Aziz (717-720 M), dan Hasyim bin Abd Al-Malik (724-743 M).
Ekspansi yang terhenti pada masa khalifah Usman dan Ali dilanjutkan kembali oleh dinasti ini. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat ditaklukkan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul.
Ekspensi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran, dan ketertiban. Umat islam merasa bahagia.
Di zaman Umar bin Abd Al-Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd Al-Rahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Di samping daerah-daerah tersebut, pulau-palau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah ini.
Disamping ekspansi kekuasaan islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Muawiyah mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap serta peralatannya di sepanjang jalan. Khalifah Abd Al-Malik juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan dan memberlakukan bagasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Khlifah Abd Al-Malik diikuti oleh putranya Al-Walid bin Abd Al-Malik (705-715 M) seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kapada gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia kepadanya. Pada tahun 680 M. Ia pindah dari Makkah ke Kufah atas permintaan golongan Syi’ah yang ada di Irak. Umat Islam di daerah ini tidak mengakui Yazid. Mereka mengangkat Husein sebagai khalifah.
Hubungan pemerintah dengan golongan oposisi membaik pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz (717-720 M). Ketika dinobatkan sebagai khlifah, dia menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada dalam wilayah Islam lebih baik dari pada menambah perluasannya.
Sepeninggal Umar bin Adb Al-Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada di bawah khalifah Yazid bin Abd Al-Malik (720-724 M). Penguasa yang satu ini terll\alu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya, Hisyam bin Abd Al-Malik (724-743 M). Dalam perkembangan berikutnya, kekuasaan baru ini mampu menggulingkan dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas.
Pada tahun 750 M, daulat Umayyah digulingkan Bni Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim Al-Khurasani. Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke mesir ditangkap dan dibunuh di sana.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lamah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
1.        Sistem pergantian khalifah melalui garis krturunan adalah sesuatu yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek senioritas.
2.        Latar belakang terbentuknya Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik di masa Ali.
3.        Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
4.        Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sika hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan.
5.        Penyabab langsung tergulingnya kekuasaan dinasyi Bani Umayyah adalah munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan Al-Abbas bin Abd Al-Muthalib.

C.      KHALIFAH BANI ABBAS
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah, sebagaimana disebutkan, malanjutkan kekuasaan dinasti Bani Umayyah. Dinamakan khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah Al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda  sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode:
1.        Periode Pertama (132 H/750M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.        Periode Kedua (232 H/847 M – 334H/945 M), disebut masa pengaruh turki pertama.
3.        Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.        Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.        Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad.

Masa pemerintahan Abu Al-Abbas pendiri dinasti ini, sangat singkat, yaitu dari tahun 750 M sampai 754 M. Karena itu pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far Al-Manshur (754-775 M).
Khalifah Al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Di antara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppalocia, dan Cicilia pada tahun 756-758 M.
Pada masa Al-Manshur, pengertian khalifah kembali berunah. Dia berkata,” Innama ana Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya)”.dengan demikian konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya yang merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekadar pelanjut nabi sebagaimana pada masa al-Khulafa’ al-Rasyadun.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu Al-Abbas dan Abu Ja’far Al-Manshur, maka, puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu Al-Mahdi (755-785 M), al-Hadi (755-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al-Mu’tashim (833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M),dan Al-Mutawakkil (847-861 M).
Ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.
1.        Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdag, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab.
2.        Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas dan jabatan wasir, yang membawahi kepala-kepala departemen.
3.        Ketenteraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.

Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
1.        Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitung-hitung dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti: tafsir, hadis, fiqih, dan bahasa.
2.        Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seseorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing.

 Pengaruh dari  kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidanh astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan sejarah.

Demikian kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kjemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan, dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama. Namun sayang, setelah periode ini berakhir, Islam mengalami masa kemunduran.

No comments:

Post a Comment