BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan pre-operatif merupakan tahapan awal dari
perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat
tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini merupakan awalan yang
menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya. Pengkajian secara
integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis
sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Gagal nafas adalah kegagalan
sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dankarbondioksida
dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung
“Harapan Kita”, 2001)
Gagal nafas terjadi bilamana
pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel
tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia)
dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia).
(Brunner & Sudarth, 2001)
BAB II
PEMBAHASAN
ASKEP PRE DAN POST
OPERASI PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS
A. PENGERTIAN
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk
mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida
(PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh masalah ventilasi difusi atau
perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsioksigen dan
pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan
oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001).
B.
PATOFISIOLOGI
Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal
nafas kronik dimana masing masing mempunyai pengertian yang berbeda. Gagal
nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal
secara struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan
gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara). Pasien mengalalmi toleransi terhadap hipoksia dan hiperkapnia yang
memburuk secara bertahap. Setelah gagal nafas akut biasanya paru-paru kembali
kekeasaan asalnya. Pada gagal nafas kronik struktur paru alami kerusakan yang
ireversibel.
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Indikator gagal nafas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Gagal nafas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak
adekuatdimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang
mengendalikan pernapasan terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada
kasus pasien dengan anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis,
meningitis, hipoksia dan hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat
pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat dan dangkal. Pada periode
postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak adekuat karena
terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau dengan
meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit
paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
C. ETIOLOGI
1. Depresi
Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal
nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat pernafasan yang menngendalikan
pernapasan, terletak dibawah batang otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan
lambat dan dangkal.
2.
Kelainan neurologis primer
Akan memperngaruhi
fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam pusat pernafasan menjalar melalui
saraf yang membentang dari batang otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada
otot-otot pernafasan. Penyakit pada saraf seperti gangguan medulla spinalis,
otot-otot pernapasan atau pertemuan neuromuslular yang terjadi pada pernapasan
akan sangatmempengaruhiventilasi.
3. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi
yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini
biasanya diakibatkan penyakti paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma
dan cedera dan dapat menyebabkan gagal nafas.
4. Trauma
Disebabkan oleh
kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab gagal nafas. Kecelakaan yang
mengakibatkan cidera kepala, ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan
mulut dapat mnegarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin
meyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah pada gagal
nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang mendasar.
5. Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan
oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi atau pnemonia diakibatkan oleh
mengaspirasi uap yang mengritasi dan materi lambung yang bersifat asam. Asma
bronkial, atelektasis, embolisme paru dan edema paru adalah beberapa kondisi
lain yang menyababkan gagal nafas.
D. TANDA DAN GEJALA
Ø
Tanda:
a). Gagal nafas total
a). Gagal nafas total
ü Aliran
udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.
ü Pada
gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak
ada pengembangan dada pada inspirasi.
ü Adanya
kesulitasn inflasi parudalam usaha memberikan ventilasi buatan.
b). Gagal nafas parsial
ü Terdenganr
suara nafas tambahan gargling, snoring, Growing dan whizing.
ü Ada retraksi dada
Ø
Gejala:
ü
Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2).
ü
Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah,
berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ü Pemerikasan
gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
Hipoksemia
Ringan : PaO2 < 80 mmHg
Sedang : PaO2 < 60 mmHg
Berat : PaO2 < 40 mmHg
ü Pemeriksaan
rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang tidak diketahui
ü Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
Tipe I : peningkatan PCWP
ü EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia.
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia.
F.
PENGKAJIAN
1)
Airway
ü
Peningkatan sekresi pernapasan
ü Bunyi
nafas krekels, ronki dan mengi
2)
Breathing
ü
Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
ü
Menggunakan otot aksesori pernapasan
ü
Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis,
sianosis.
3). Circulation
ü
Penurunan curah jantung : gelisah, letargi,
takikardia
ü
Sakit kepala
ü
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah,
kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine.
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine.
G. PENTALAKSANAAN MEDIS
a)
Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
b)
Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif
kontinu (CPAP) atau PEEP
c)
Inhalasi nebuliser
d)
Fisioterapi dada
e)
Pemantauan hemodinamik/jantung
f)
Pengobatan
-Brokodilator
-Steroid
-Brokodilator
-Steroid
g)
Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan.
H.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola
pernapasan yang efektif.
Kriteria
Hasil :
·
Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal
·
Adanya penurunan dispneu
·
Gas-gas darah dalam batas normal
Intervensi
:
·
Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas
pernapasan serta pola pernapasan.
·
Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap
jam dan prn
·
Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg
atau PaO2< 60 mmHg.
·
Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan
humidifier sesuai dengan pesanan
·
Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi :
kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2
·
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas
setiap 1 jam
·
Pertahankan tirah baring dengan kepala tempat
tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasan
·
Berikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam,
bantu pasien untuk mebebat dada selama batuk
·
Instruksikan pasien untuk melakukan pernapasan
diagpragma atau bibir
·
Berikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO >
60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat
dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan
atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas
ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi.
Tujuan
: Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan
pertukaran gas yang adekuat.
Kriteria
Hasil :
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan.
Pasien mampu menunjukkan :
• Bunyi paru bersih
• Warna kulit normal
• Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan.
Intervensi
:
·
Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan
hiperkapnia
·
Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran
setiap jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
·
Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya
kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2
·
Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai
indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.
·
Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas
setiap jam
·
Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian,
perhatikan peningkatan atau penyimpangan
·
Pantau irama jantung
·
Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
·
Berikan obat-obatan sesuai pesanan :
bronkodilator, antibiotik, steroid.
·
Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan
kebutuhan oksigen.
3. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
Tujuan
: Setelah diberikan tindakan perawatan pasien tidak terjadi kelebihan
volume cairan.
Kriteria
Hasil :
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema.
Pasien mampu menunjukkan:
• TTV normal
• Balance cairan dalam batas normal
• Tidak terjadi edema.
Intervensi
:
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
• Timbang BB tiap hari
• Monitor input dan output pasien tiap 1 jam
• Kaji tanda dan gejala penurunan curah jantung
• Kaji tanda-tanda kelebihan volume : edema, BB , CVP
• Monitor parameter hemodinamik
• Kolaburasi untuk pemberian cairandan elektrolit
1. Gangguan
perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mampu mempertahankan
perfusi jaringan.
Kriteria
Hasil :
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Pasien mampu menunjukkan
• Status hemodinamik dalam bata normal
• TTV normal
Intervensi
:
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
• Kaji tingkat kesadaran
• Kaji penurunan perfusi jaringan
• Kaji status hemodinamik
• Kaji irama EKG
• Kaji sistem gastrointestinal
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
ASKEP KLIEN PRE DAN POST
OPERASI GANGGUAN
PERNAFASAN
A. Askep Klien Pre Operasi
- Pengertian
Keperawatan Pre operasi adalah
dimulai ketika klien masuk/pindah kebagian bedah dan berakhir saat klien
dipindahkan keruang pemulihan. Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah
segala macam aktivitas yang dilakukan oleh perawat diruang operasi.
- Persiapan klien Pre Operasi
a)
Status kesehatan fisik secara
umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting
dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap.
b)
Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur tinggi badan, lingkar lengan atas, kadar protein, darah dan
keseimbangan nitrogen.
c)
Keseimbangan cairan dan
elektrolit
Cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output.
d)
Kebersihan lambung dan Kolon
Lambung dan kolon harus dibersihkan
terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah
pasien dipuasakan.
e)
Personal Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat
penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber
kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.
- Proses Keperawatan
- Pengkajian
ü Pengontrolan TTV
ü Melakukan auskultasi dada
ü Pola pernafasan
- Diagnosa
ü Resiko infeksi
ü Resiko cedera
- Implementasi
ü Memberikan dukungan emosional
ü Mengukur posisi yang sesuai
ü Mempertahankan keadaan aseptis
ü Menjaga kestabilan temperature pasien
ü Memonitor hiperglikemi
ü Membantu penutupan luka operasi
ü Membantu penutupan luka operasi
ü Memindahkan pasien keruang pemulihan
- Intervensi
ü Memperbaiki jalan nafas
ü Pendidikan pasien
ü Menghilangkan ansietas
B. Askep Klien Post-Operasi
- Pengertian
Keperawatan Post-Operasi adalah dimulai dengan masuknya
klien keruang pemulihan (Recovery Room)
dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau dirumah.
- Yang harus diperhatikan pada Post-operasi
a.
Pernafasan
b.
Sirkulasi
c.
Pengontrolan suhu
d.
Fungsi Nurologis
e.
Fungsi Genitrourinaria
f.
Fungsi Gastroinfestinal
g.
Keseimbangan cairan dan
elektrolit
h.
Kenyamanan
- Proses keperawatan
a)
Pengkajian
Ø Pemeriksaan TTV
Ø Tingkat kesadaran
Ø Kondisi bautan dan drainase
Ø Asupan cairan
b)
Diagnosa keperawatan
Ø Ketidakefektifan jalan nafas
Ø Ketidakefektifan pola pernafasan
Ø Nyeri
Ø Resiko kekurangan volume cairan
Ø Resiko kerusakan integritas kulit
c)
Perencanaan
Ø Menunjukkan fungsi fisiologis normal
Ø Tidak memperlihatkan adanya infeksi bekas luka
Ø Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman
Ø Kembali pada status kesehatan fungsional
d)
Implementasi / Penatalaksanaan
Ø Mempertahankan fungsi pernafasan
Ø Mencegah statis sirkulasi
Ø Meningkatkan fungsi eleminasi
Ø Mempercepat penyembuhan luka
Ø Memperoleh kenyamanan dan istirahat
Ø Mempercepat kembalinya status kesehatan fungsional
e)
Evaluasi
Ø Ukur penyimpangan dada saat bernafas dalam
Ø Inspeksi kondisi tepi luka
Ø Kaji suhu tubuh
Ø Evaluasi perilaku verbal dan nonverbal
Ø Observasi tingkat ambulasi klien
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan pre-operatif merupakan
tahapan awal dari perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan vase ini merupakan
awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan-tahapan berikutnya.
Keperawatan Pre operasi adalah
dimulai ketika klien masuk/pindah kebagian bedah dan berakhir saat klien
dipindahkan keruang pemulihan.
Keperawatan Post-Operasi adalah
dimulai dengan masuknya klien keruang pemulihan (Recovery Room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada
tatanan klinik atau dirumah.
B. Saran
1.
Pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan fisik lengkap.
2.
Memperhatikan Kebersihan tubuh
si pasien sebelum operasi dengan menyuruh pasien berpuasa.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner
dan Suddarth, (2000), Buku Ajar
Keperawatn Medikal Bedah, Buku Kedokteran, ECG, Jakarta .
Reksoprodjo
Soelarto, (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Binarupa Aksara, Jakarta .
Suddarth Doris
Smith, (1991), The lippincott Manual of Nursing Practice, fifth edition, JB
Lippincott Company, Philadelphia.
No comments:
Post a Comment