BAB I
PENDAHULUAN
Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu.
perubahan tingkah laku tersebut berupa pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap
(afektif), serta keterampilan (psikomotorik). Hasil belajar akan diperoleh
dengan baik jika seseorang mengetahui dan memahami makna dari tujuan belajar
itu sendiri.
Ada
empat (4) kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu kompetensi
personal (kepribadian), profesional, pedagogik dan sosial. Kompetensi ini harus
dimiliki oleh seorang guru, jika seseorang pendidik dikatakan sebagai guru yang
profesional dan berkualitas.
Strategi
merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Menurut J.R. david (dalam Dharma, 2008 : 3) dunia pendidikan, strategi
dapat diartikan sebagai a plan, method,
or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Strategi
pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemamfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah
tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kompetensi
dalam
Pendidikan
Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan
tertentu. Jadi kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran.
Pasal 28 ayat 3 peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas
dinyatakan bahwa ada empat (4) kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen
pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi personal (kepribadian),
profesional, pedagogik dan sosial. Kompetensi-kompetensi tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Kompetensi
Personal (kepribadian)
Kompetensi
Personal (kepribadian) adalah kemampuan kepribadian yang mantap (beriman dan
bertaqwa), stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Subkompetensi mantap dan stabil memiliki indikator esensial yakni bertindak
sesuai dengan hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru
dan memiliki konsistensi dalam bertindak dan bertutur..
Kompetensi
Personal merupakan faktor terpenting yang harus dimiliki seorang guru bagi
keberhasilan peserta didik. Dalam hal ini, Zakiah Darajat menerangkan bahwa
kepribadian itulah yang akan menentukan apakah dia mampu menjadi pembina atau
pendidik yang baik bagi peserta didiknya atau malah akan manjadi
perusak/penghancur masa depan anak didiknya.
Kompetensi personal merupakan
kemampuan pribadi seorang guru agar dapat menjadi guru yang baik.
2.
Kompetensi
Profesional
Kompetensi Profesional merupakan
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Guru harus memahami dan menguasai
materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode
keilmuan yang koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
sehari-hari. Selain itu, guru juga harus menguasai langkah-langkah penelitian,
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.
3.
Kompetensi
Pedagogik
kompetensi Pedagogik adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
Disini ada empat subkompetensi yang
harus diperhatikan guru yakni memahami peserta didik, merancang pembelajaran,
melaksanakan evaluasi dan mengembangkan peserta didik. Memahami peserta didik
mencakup perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor serta mengetahui bekal
awal peserta didik.
4.
Kompetensi
Sosial
Kompetensi
sosial merupakan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi
dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Guru
tidak bisa bekerja sendiri tanpa memperhatikan lingkungannya. Ia harus sadar
sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakat akademik tempat dia mengajar
maupun dengan masyarakat di luar.
Guru
harus memiliki kepekaan lingkungan dan secara terus menerus berdiskusi dengan
teman sejawat dalam memecahkan persoalan pendidikan. Guru yang jalan sendiri
diyakini tidak akan berhasil, apalagi jikalau ia menjaga jarak dengan peserta
didik. Dia harus sadar bahwa interaksi guru dengan siswa mesti terus dihidupkan
agar tercipta suasana belajar yang hangat dan harmonis.
Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang
sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk :
a.
Berkomunikasi lisan,
tulisan atau isyarat secara santun,
b. Menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,
c.
Bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
kependidikan, orang tua dan masyarakat.
Kompetensi
sosial seorang guru adalah kemampuan dimana guru mampu berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar sekolah atau
masyarakat sekitarnya. Di lingkungan sekolah misalnya, guru harus bisa
berkomunikasi dengan baik dan santun terhadap orang-orang yang berada di dalam
lingkup sekolah. Namun tidak terbatas di lingkup sekolah saja, tetapi juga di
dalam masyarakat sekitar sekolah ataupun di dalam masyarakat dimana guru
bertempat tinggal. Seorang guru harus bisa beradabtasi, berkomunikasi dan
berinteraksi dengan baik. Karena guru tidak hanya bertugas di kelas saja, tidak
hanya pada saat mereka mengajarkan materi kepada anak didiknya saja, melainkan
di masyarakat pula peran seorang guru dituntut keprofesionalitasnya sebagai
pendidik yang berkualitas.
Keempat
kompetensi di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Masing-masingnya bukanlah hal
yang berdiri sendiri.
Justru itu, antara kompetensi personal, profesional, pedagogik, dan sosial akan
saling menunjang dan bisa tampak secara utuh dalam proses pembelajaran di dalam
kelas dan pergaulan di luar kelas.
B.
Strategi
Penyusunan RPP dalam KTSP
1.
Pengertian KTSP
KTSP
merupakan penyempurnaan kurikulum 2004 (KBK) adalah kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah.
KTSP
mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.
Pemberian otonomi luas
pada sekolah dan satuan pendidikan.
b.
Partisipasi masyarakat
dan orang tua yang tinggi.
c.
Kepemimpinan yang
demokratis dan profesional.
d.
Tim kerja yang kompak
dan transparan.
Sedangkan prinsip KTSP meliputi :
a.
Berpusat pada siswa dan
lingkungan.
b.
Beragam dan terpadu.
c.
Tanggap terhadap
perkembangan IPTEK dan seni.
d.
Relevan dengan
kebutuhan kehidupan.
e.
Menyeluruh dan
berkesinambungan.
f.
Belajar sepanjang
hayat.
g. Seimbang
antara kepentingan nasional dan daerah.
2.
Strategi Penyusunan RPP
pada KTSP
RPP adalah rancangan pembelajaran mata
pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan RPP inilah seorang guru di harapkan bisa menerapkan pembelajaran
secara terprogram. Oleh karena itu, RPP harus mempunyai daya terap yang tinggi.
Pada sisi lain RPP pun dapat diketahui kadar kemampuan guru dalam menjalankan
profesinya.
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 1 Banda
Aceh
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : VIII
Semester : II
Standar
Kompetensi : 5. Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya.
Kompetensi
Dasar :
5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma, dan limas serta
bagian-bagiannya.
5.2 Membuat jaring-jaring
kubus, balok, prisma, dan limas.
5.3 Menghitung luas permukaan kubus, balok,
prisma, dan limas.
Indikator : - Memahami pengertian
kubus
- Mengenal dan menyebutkan bidang, rusuk serta
unsur-unsur kubus lainnya.
- Melukiskan jaring-jaring kubus.
- Menghitung luas permukaan kubus.
- Menghitung volume kubus.
Alokasi Waktu :
4 × 40 menit (dua kali pertemuan)
A.
Tujuan
Pembelajaran
Siswa dapat:
- Memahami
pengertian kubus.
- Mengenal
dan menyebutkan bidang, rusuk serta unsur-unsur kubus lainnya.
- Melukiskan
jaring-jaring kubus.
- Menghitung
luas permukaan kubus.
- Menghitung
volume kubus.
B. Materi Ajar
Kubus
C. Metode Pembelajaran
Ceramah,
tanya jawab, diskusi dan pemberian tugas.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan :
¨
Apersepsi : - Menyampaikan tujuan
pembelajaran
- Memotivasi peserta didik dengan memberi
penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi ini.
Kegiatan
Inti
¨ Eksplorasi
Dalam
kegiatan Eksplorasi, guru:
- Menyebutkan
bidang, rusuk serta unsur-unsur kubus lainnya.
- Melukiskan
jaring-jaring kubus.
- Menghitung
luas permukaan kubus.
- Menghitung
volume kubus.
¨ Elaborasi
Dalam
kegiatan elaborasi, guru:
- Guru menfasilitasi peserta
didik melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan
baru baik secara lisan maupun tertulis.
- Guru memfasilitasi peserta
didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.
¨ Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
- Guru dan perserta didik menyimpulkan tentang materi
yang belum dipahami.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
mengenai materi yang kurang mengerti.
- Bersama-sama melakukan refleksi materi yang telah di
pelajari.
Kegiatan Akhir
¨ Dalam
kegiatan penutup, guru:
- Bersama-sama
dengan peserta didik membuat rangkuman/kesimpulan pelajaran.
- Melakukan
penilaian dan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.
- Memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
C. Sumber
-
M. Cholik Adinawan.
Matematika SMP kelas VIII. Erlangga. Jakarta: 2007.
-
Nuniek
Avianti. Mudah Belajar Matematika 2 kelas VIII Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarata: 2007.
-
Buku
referensi lainnya.
D. Penilaian : Tugas individu, tugas kelompok dan performan (sikap
dan kinerja).
C.
Pendekatan
Cooperative Learning dengan Menggunakan TGT
1.
Pengertian Cooperative
Learning
Cooperative Learning ( pembelajaran kooperatif) adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivis.
Cooperative Learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran. Dalam Cooperative Learning, belajar dikatakan belum selesai
jika satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Pada Cooperative Learning
diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di
dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar
kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan(Slavin, 1995).
2.
Pembelajaran
Cooperative Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)
TGT
(Teams-Games-Tournaments) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperative yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok
belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja
kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan
dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. apabila ada dari anggota
kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok
lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum
mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya
untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka
seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa
akan dibagi dalam meja-meja instrumen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari
5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing-masing. Dalam
setiap meja permmainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari
kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen
dari segi kemampuan akademk, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap
peserta diusahakan agar setara.
Menurut
Slavin pembelajaran kooperative tipe TGT (Teams-Games-Tournaments) terdiri dari
lima (5) langkah tahapan, yaitu :
a.
Tahap penyajian kelas
(class precentation),
b. Belajar
dalam kelompok (teams),
c. Permainan
(geams),
d. Pertandingan
(tournament),
e. Penghargaan
kelompok (team recognition).
Langkah-langkah
yang diperlukan pada saat
model pembelajaran cooperative learning
tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. Siswa
dibagikan dalam kelompok yang beranggota
5 orang
b. Membuat
lembaran kegiatan siswa (LKS)
c. Guru
memberikan tugas
d. Buat
skor tim dalam skor individual
e. Berikan
pengakuan atau penghargaan kepada prestasi team
f. Berikan
permainan matematika untuk semua team
3.
Keunggulan dan
Kelemahan pembelajaran TGT
Metode
pembelajaran kooperatif Team Games Tournament ( TGT ) ini mempunyai kelebihan
dan keunggulan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam isgomah (2006), yang merupakan
kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran TGT antara lain.
1.
Kelebihan team
Games Tournament (TGT)
¨
Lebih
meningkatkan pencerahan waktu untuk tugas
¨
Mengedepankan
penerimaan terhadap perbedaan individu
¨
Denan waktu
sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
¨
Proses belajar
mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
¨
Mendidik siswa
untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
¨
Motivasi belajar
lebih tinggi
¨
Hasil belajar
lebih baik
2. Kelemahan Team Games Tournament (TGT)
¨ Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan hetrogen dari segi
akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagaian kelompok waktu yang habiskan untuk
diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan.
Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara meyeluruh.
¨ Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa
dan sulit memberikan penjelsan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan
ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa
yang lain.
D.
Pembelajaran
Efektif dan Efisien
Pembelajaran
efektif dan efisien merupakan strategi untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Menurut J.R. David (dalam Dharma, 2008 : 3) dunia pendidikan
strategi tersebut dapat diartikan sebagai a
plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan
dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini
adalah tujuan pembelajaran.
Pembelajaran
yang efektif dan efisien ini harus mencakup Standar Kompetensi (SK), Kompetensi
Dasar (KD), dan Standar Kompetensi Lulus (SKL). Dengan harapan siswa dapat
meresap semua materi yang di sampaikan oleh guru.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus
dimilki seorang guru. Ada empat (4) kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai
agen pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi personal
(kepribadian), profesional, pedagogik dan sosial.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat
perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai
hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan
tercapai sehingga tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan sulit tercapai
secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru
maupun siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak
yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, pengguna strategi
pembelajaran dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat
memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk
mempermudah proses belajar siswa.
B.
Saran-saran
Dari
hasil penulisan ini, penulis menyarankan :
1. Sebagai
bahan masukan bagi guru matematika dalam usaha untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien.
2. sebagai
masukan bagi guru matematika dalam usaha meningkatkan kemampuan siswa untuk
berkompetensi.
3. Sebagai
variasi bagi guru dalam mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Bukhari, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. 2008.
Hasbullah, Dasar
Dasar Ilmu Pendidikan, Rajawali Press, Jakarta. 2003.
Muhfida, Empat
Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru, Tag, Com, Http://, 02/07/2013.
Muhfida, Pembelajaran
Kooperative Tipe TGT, Tag, Com, Http://, 02/07/2013
Mulyasa, E.Standar Kompetensi
dan Sertifikasi Guru, 2007.
Muslien,Masnur, KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Malang:
Bumi Aksara, 2007.
Pengertian
Pembelajaran Efektif dan Efisien, Tag, Satulagi, Com, Http://, 02/07/2013
Usman,Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Ranakarta.