Thursday, April 4, 2013

SEJARAH PENGGUNAAN HEWAN LINTAH SEBAGAI TERAPI PENGOBATAN

Perlu Anda ketahui, dunia pengobatan alternatif sudah mengenal istilah terapi untuk menyembuhkan penyakit berdasarkan penyebabnya. Sampai saat ini, ada banyak sekali jenis terapi yang berhasil ditemukan. Salah satu dari sekian banyak terapi tersebut adalah hirudoterapi atau yang biasa disebut terapi lintah. Tahukah Anda, apa itu hirudoterapi?
Dalam catatan Wikipedia, hirudoterapi adalah terapi penyembuhan penyakit menggunakan lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan. Terapi ini diperkenalkan oleh salah satu filsuf sekaligus dokter muslim yang sangat mahsyur, yakni Avicenna, dalam karyanya The Canon of Medicine. Avicenna yang bernama asli Ibnu Sina itu juga mengenalkan penggunaan lintah sebagai perawatan untuk penyakit kulit. Bahkan, dalam perkembangan selanjutnya, hirudoterapi menjadi menjadi salah satu metode yang disukai oleh masyarakat Eropa pada Abad Pertengahan.
Menurut Nurdeen Deuraseh, dalam karyanya yang bertajuk “Ahadith of the Prophet on Healing in Three Things (Asy – Syifa’ fi Thalata); An Interpretational”, Journal of the International Society for the History of Islamic Medicine, pengobatan dengan lintah diperkenalkan oleh Abdul Latif pada abad ke – 12M.
Nurdeen Deuraseh menjelaskan bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan. Ia melakukannya, meskipun ia mengerti risiko menggunakan lintah. Ia memberikan saran ke pada pasien agar lintah dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran dan debu yang melekat pada lintah sebelum digunakan. Ia juga menerangkan bahwa setelah lintah menghisap darah, garam harus diteteskan pada bagian tubuh manusia.
Meskipun hirudoterapi telah dikenal sejak zaman Ibnu Sina, namun terapi lintah saat itu belum begitu popular. Apalagi, pada abad ke – 19, secara perlahan, terapi lintah mulai dilupakan orang. Terapi tersebut kembali digunakan pada awal tahun 1990, saat sebuah riset medis dengan terapi lintah berhasil membuktikan bahwa terapi ini mampu menyembuhkan tumor tanpa kemoterapi dan pembedahan.
Riset yang dilakukan di Eropa juga membuktikan bahwa terapi lintah yang dilakukan dengan pengobatan medis (obat-obatan) atau herbal dapat meningkatkan efektivitas obat. Hingga saat ini, tidak ditemukan adanya efek samping sebagai akibat terapi tersebut.
Temuan lainnya menyatakan bahwa terapi lintah bisa menstabilkan kadar hormon serotonin/melancarkan peredaran darah dan oksigen pada jaringan syaraf halus  di kepala, termasuk menormalkan penyempitan atau pelebaran pembuluh darah di otak. Berdasarkan penemuan tersebut, tak heran jika banyak orang sembuh setelah memanfaatkan sedot lintah (Hirudo Medicinalis) ini, sehingga terapi tersebut menjadi trend dan “naik daun” sampai sekarang.
Di berbagai rumah sakit dan tempat praktek dokter di Jerman, banyak ditemukan hirudoterapi untuk penyembuhan. Bahkan, setiap tahun, di sana, sekitar 250.000 ekor lintah digunakan untuk mengatasi perdarahan. Selain itu, lintah juga dimanfaatkan dalam operasi bedah plastik.
Metode penyembuhan dengan lintah merupakan cara yang tersisa dari abad pertengahan yang lampau. Pada masa itu, pasien yang mengalami masalah pada sendi lutut akan merasa lebih baik setelah menempelkan lintah pada lukanya selama beberapa minggu.
Hasil studi yang dilakukan oleh para peneliti di Jerman menunjukkan bahwa lintah diakui bisa mengobati rasa saki (analgesic) dan radang(inflamasi). Bahkan, pasien yang menderita osteoatritis pun dapat menggunakan lintah untuk mengobatinya. Penelitian yang dipimpin oleh dr. Gustav Dobos di Klinik Essen – Mitte, Jerman, melakukan percobaan terhadap 10 pasien, dengan rata-rata usia 68 tahun. Kebanyakan pasiennya menderita sakit lutut selama 6 tahun secara terus-menerus.
Dalam percobaan ini, para dokter meletakkan 4 ekor lintah di daerah lutut yang sakit dan dibiarkan selama 1 jam 20 menit. Rasa sakit diukur selama 3 hari sebelum perawaran dilakukan dan 28 hari setelah perawatan. Pengaruh dari perawatan ini bisa dipastikan hasilnya setelah 4 minggu.
Dalam laporan hasil percobaan, para pasien mengaku rasa sakit mereka berkurang akibat gigitan lintah tersebut. Dan, hebatnya, tidak ada efek samping yang ditimbulkannya, misalnya infeksi atau apapun.