BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang adalah sengketa
bersenjata antara dua Negara
atau lebih, yang dilaksanakan oleh Angkatan Bersenjata masing-masing negara dan diatur dalam
Hukum Internasional.[1]
Terdapat perbedaan mengenai
peristiwa-peristiwa yang melibatkan penggunaan
pasukan bersenjata akan tetapi hanya dipakai dalam bentuk dan jumlah yang terbatas, yang tidak
mempengaruhi tingkat perdamaian antar kedua negara; serta bentuk-bentuk
penggunaan pasukan bersenjata yang memang merupakan perang.
Pada tanggal 17 Agustus
1960 Republik Indonesia secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan
Pemerintah Kerajaan Belanda. Melihat hubungan yang tegang antara Indonesia
dengan Belanda ini maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali masalah ini
diperdebatkan. Pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda,
Sekretaris Jenderal PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomat
Amerika Serikat Ellsworth Bunker untuk mengajukan usul penyelesaian masalah
Irian Barat.
Pada bulan Maret 1962
Ellsworth Bunker mengusulkan agar pihak Belanda menyerahkan kedaulatan Irian
Barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua
tahun. Akhirnya Indonesia menyetujui usul Bunker tersebut dengan catatan agar
waktu dua tahun itu diperpendek. Sebaliknya Pemerintah Kerajaan Belanda tidak
mau melepaskan Irian bahkan membentuk negara “Boneka” Papua. Dengan sikap
Belanda tersebut maka tindakan bangsa Indonesia ditingkatkan menjadi
konfrontasi.[2]
Dalam mempersiapkan pembentukan
negara RIS, pada tanggal 15-16 Desember 1949, Moh. Roem memimpin sidang Panitia Pemilihan Nasional
(PPN) di Jakarta. Keputusan siding PPN yaitu memilih Ir.Soekarno
sebagai Presiden RIS dan Drs. Moh.Hatta sebagai wakilnya, dan sebagai pemangku
jabatan (acting) Presiden Republik Indonesia yaitu Mr.Asaat. Pengakuan
kedaulatan dilaksanakan tanggal 27 Desember 1949 di tiga tempat, yaitu di Belanda, Jakarta, dan Yogyakarta.[3]
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
a.
Apakah yang dimaksud konfrontasi?
b.
Berapakah peristiwa yang
terjadi di Indonesia dalam konfrontasi?
c.
Peristiwa apa-apa saja yang terjadi dalam konfrontasi?
C. Tujuan Masalah
Yang menjadi tujuan dari
permasalahan adalah:
a.
Untuk mengetahui maksud dari konfrontasi.
b.
Untuk mengetahui berapakah peristiwa yang terjadi
di Indonesia dalam konfrontasi.
c.
Untuk mengetahui peristiwa
apa-apa saja yang terjadi
dalam konfrontasi.
D. Manfaat Masalah
Manfaat dari permasalahan adalah sebagai berikut:
a.
Kita dapat mengetahui
maksud dari konfrontasi.
b.
Kita dapat mengetahui berapa
peristiwa yang terjadi di Indonesia dalam konfrontasi.
c.
Kita dapat mengetahui peristiwa
apa-apa saja yang terjadi
dalam konfrontasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
Upaya Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Konfrontasi
Dalam mempersiapkan pembentukan
negara RIS, pada tanggal 15-16 Desember 1949, Moh. Roem memimpin sidang Panitia Pemilihan Nasional
(PPN) di Jakarta. Keputusan siding PPN yaitu:
1. Memilih Ir.Soekarno sebagai Presiden RIS dan Drs.
Moh.Hatta sebagai wakilnya.
Pengakuan kedaulatan dilaksanakan tanggal 27
Desember 1949 di tiga tempat, yaitu di Belanda,
Jakarta, dan Yogyakarta.
a. Di Belanda
Ratu Yuliana, Perdana Menteri Williem Drees, dan
Menteri Seberang Lautan Mr. Sassen menyampaikan
pengakuan kedaulatan kepada Moh.Hatta.
b. Di Jakarta
Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.J.H.Lovink
menyampaikan pengakuan kedaulatan kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
c. Di Yogyakarta
Penyerahan kedaulatan RI kepada RIS dilakukan oleh
pejabat Presiden Mr. Asaat kepada A. Mononutu
(Menteri Penerangan RIS) Usaha melalui
aktivitas diplomasi belum membawa hasil, maka strategi lain yang dilakukan bangsa Indonesia adalah melalui aktivitas
bersenjata.
·
Konfrontasi di Indonesia
Dalam hal ini terjadinya konfrontasi demi
mempertahankan kemerdekaan. Konfrontasi adalah Bentuk
konflik bersenjata antara
dua Negara atau lebih sering disebut
dengan istilah “perang” (war).[5]
Ada 9 peristiwa terjadinya konfrontasi di Indonesia, yaitu:
1)
Insiden Bendera di Surabaya
Di Surabaya pada tanggal 19 September 1945 terjadi
peristiwa yang terkenal dengan sebutan Insiden
Bendera di Hotel Yamato, Tunjungan, Surabaya. Beberapa orang Belanda bertindak gegabah, mereka mengibarkan bendera
Belanda Merah Putih Biru di tiang
bendera Hotel Yamato.
Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat yang kemudian menyerbu hotel itu dan menurunkan bendera tersebut serta merobek bendera yang berwarna biru dan mengibarkan kembali sebagai bendera Merah Putih.
2)
Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya
Pada tanggal 9 November 1945 komandan tentara Sekutu
mengeluarkan ultimatum sehubungan
meninggalnya tentara Sekutu dari Inggris bernama Brigjen A.W.S. Mallaby. Isi ultimatum tersebut adalah “Semua pimpinan dan orang
Indonesia yang bersenjata harus menyerahkan diri selambat-lambatnya tanggal 10
November 1945 pukul 06.00.” Ternyata rakyat Surabaya tidak menggubris sama
sekali ultimatum tersebut. Berbekal kebenaran dan keadilan dengan semangat membela dan mempertahankan kemerdekaan rakyat Surabaya bertempur pantang menyerah. Dalam
pertempuran ini arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung
Tomo dan Gubernur Jawa Timur R.A. Suryo.
3)
Bandung Lautan Api
Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu memasuki
kota Bandung. Selanjutnya Sekutu mengeluarkan
ultimatum agar Bandung Utara dikosongkan dan seluruh senjata rakyat diserahkan
kepada Sekutu, tapi ultimatum tersebut disambut dengan pertempuran. Pada tanggal 23 Maret 1946 Sekutu mengeluarkan
ultimatum kedua. Sekutu menuntut agar rakyat mengosongkan seluruh kota Bandung.
Ultimatum tersebut juga
disambut dengan pertempuran. Namun
pada saat pertempuran belangsung,
pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan
instruksi agar TRI mengosongkan kota
Bandung. Sebelum meninggalkan kota Bandung, TRI dan
rakyat membumihanguskan
kota Bandung Selatan.
4)
Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan Sekutu yang
diboncengi NICA mendarat di Medan. Mereka mencoba merebut seluruh kota Medan dan
sekitarnya. Rongrongan pasukan Sekutu tersebut tidak dibiarkan, maka pada tanggal 13
Oktober 1945 meletus pertempuran besar yang disebut Pertempuran Medan Area.
5)
Pertempuran Ambarawa
Pasukan Sekutu dengan berbagai cara bermaksud
membantu NICA untuk menjajah kembali Indonesia.
Sehingga pertempuran hebat meletus di Ambarawa, dan menewaskan Komandan Resimen
Banyumas yang bernama Letkol Isdiman. Pada tanggal 12-15 Desember 1945 pertempuran bertambah seru, sehingga Panglima
Divisi Banyumas, Kolonel Sudirman mengambil alih
pimpinan, pasukan diusir dan melarikan diri ke Semarang. Kemudian setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari
Infanteri.
6)
Pertempuran Merah Putih di Minahasa
Latar belakang terjadinya peristiwa itu adalah
pasukan Sekutu melarang rakyat Minahasa untuk
mengibarkan bendera Merah Putih. Di bawah pimpinan C.H.Taulu, rakyat Minahasa bertempur melawan Sekutu. Ternyata mereka
berhasil mempertahankan
tetap berkibarnya bendera
merah putih.
7)
Puputan Margarana
Pada tanggal 2-3 Maret 1946 Belanda mendarat di
Pulau Bali. Kedatangan
Belanda tersebut bermaksud untuk menguasai Pulau Bali. Oleh karena itu pada tanggal 18 November
1946 meletus pertempuran
di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai. Pertempuran tidak
seimbang, sehingga rakyat Bali mengadakan Perang Puputan, yang artinya perang habis-habisan di Margarana. I Gusti Ngurah Rai dan seluruh anak
buahnya gugur sebagai kusuma
bangsa.
8)
Peristiwa Westerling di Makassar
Disebut sebagai Peristiwa Westerling, karena pasukan Belanda dipimpin Kapten Raymond Westerling
mengadakan pembunuhan massal
terhadap rakyat Sulawesi Selatan pada tanggal 7-25
Desember 1947. Salah satu korban keganasan Westerling adalah gugurnya Wolter Monginsidi.
9)
Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang
Pada tanggal 1 Januari 1946 diadakan perundingan
antara Belanda dan rakyat Palembang. Sewaktu
perundingan sedang berlangsung, meletus pertempuran. Dalam pertempuran tersebut para pejuang Republik Indonesia
berhasil menenggelamkan kapal pemburu di Sungai Musi dan melumpuhkan tank-tank
milik Belanda. Akhirnya pada tanggal 6 Januari 1946
kedua belah pihak mengadakan gencatan senjata.[6]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konfrontasi adalah Bentuk
konflik bersenjata antara
dua Negara atau lebih sering disebut
dengan istilah “perang” (war). Ada
9 peristiwa terjadinya konfrontasi di Indonesia, yaitu:
1)
Insiden Bendera di Surabaya
2) Pertempuran 10
November 1945 di Surabaya
3) Bandung Lautan Api
4) Pertempuran Medan
Area
5) Pertempuran
Ambarawa
6) Pertempuran Merah
Putih di Minahasa
7) Puputan Margarana
8) Peristiwa
Westerling di Makassar
9) Pertempuran Lima
Hari Lima Malam di Palembang
B. Saran
Dalam pembuatan makalah
ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dari kesempurnaan, maka agar
makalah ini sempurna mohon kritik dan saran dari pembaca, dan penulis
mengucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Sungkoro. Sejarah Pertahanan Indonesia. (Surabaya. Alfabeta. 2004)
Marheta.Diana. Sejarah
Indonesia. (Surabaya. Alfabeta. 2002), Hal. 146
Nasution Ahmad. Dasar-dasar
Sejarah Kemerdekaan Indonesia. ( Bandung. Tarsito, 1988)
Ibid. Hal. 235
Sungkoro. Adji. Pertahanan
Kemerdekaan Indonesia. (Bandung.
Tarsito. 2002)
[1] Ahmed Sungkoro. Sejarah Pertahanan Indonesia. (Surabaya.
Alfabeta. 2004), Hal. 192
[3] Ibid. Hal. 235
[5] Marheta.Diana. Sejarah Indonesia. (Surabaya. Alfabeta. 2002), Hal. 146
[6] Sungkoro. Adji. Pertahanan
Kemerdekaan Indonesia. (Bandung. Tarsito. 2002), Hal. 268