Pendahuluan
Hipertensi dan ginjal mempunyai hubungan yang sangat
erat. Penurunan fungsi ginjal akibat kerusakan ginjal hampir selalu dikaitkan
dengan patogenesis hipertensi. Sebaliknya kerusakan ginjal sering merupakan
perkembangan lanjut dari hipertensi.
Progresi
gagal ginjal dapat terjadi pada hampir semua bentuk penyakit ginjal kronik.
Mekanisme yang mendasari progresi penyakit ginjal kronik menuju ke gagal ginjal
terminal lebih ditentukan oleh berbagai faktor sekunder dari pada kelainan
primernya. Hipertensi merupakan salah satu faktor sekunder yang berperan pada
progresi penurunan fungsi ginjal pada penyakit ginjal kronik. Faktor lain
seperti hiperglikemia, hiperlipidemia, hiperfosfatemia, asupan protein yang
berlebih, dan asidosis metabolik juga berpengaruh pada progresi penyakit ginjal
kronik. Berbagai studi eksperimental dan studi klinik menunjukkan bahwa
hipertensi berperan mempercepat terjadinya kerusakan glomerular pada penyakit
ginjal kronik. Dapam upaya menghambat progresi gagal ginjal akibat hipertensi
pada penyakit ginjal kronik, tersedianya berbagai obat anti-hipertensi
merupakan modal penting.
Petunjuk Bahwa Hipertensi Berperan
pada Progresi Gagal Ginjal
1. Studi
Eksperimental
Data
dari berbagai studi eksperimental pada tikus menunjukkan bahwa hipertensi
berperan terhadap progresi gagal ginjal. Nefrektomi 5/6 bagian ginjal pada
tikus hipertensi spontan (spontaneously
hypertensive rats= SHR) mengakibatkan peninggian tekanan darah, peninggian
ekskresi albumin, penurunan fungsi ginjal, dan secara histologik menunjukkan
glomerulosklerosis. Pada kelompok tikus yang mendapat anti-hipertensi golongan
ACE-inhibitor menunjukkan kadar
kreatinin serum, ekskresi albumin dalam urin, dan indeks glomerulosklerosis
lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat pengobatan. Hal
ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistemik mempunyai potensi untuk
mempertahankan fungsi ginjal dan mengurangi kerusakan ginjal pada SHR dengan
ablasi ginjal.
Penelitian lain dengan melakukan
nefrektomi subtotal pada tikus Sprague-Dawley,
menunjukkan bahwa dengan turunnya tekanan darah progresi penyakit ginjal akan
dihambat dan kerusakan ginjal dapat diperbaiki. Penghambatan penurunan fungsi
ginjal juga ditunjukkan pada studi intervensi dengan menggunakan ACE-inhibitor pada nefropati oleh karena
adriamisin pada SHR. Hasil serupa juga dilaporkan pada penelitian intervensi
dengan ACE-inhibior pada model
diabetes. Penggunaan anti-hipertensi golongan kalsium-antagonis juga dapat
menghambat progresi gagal ginjal yang terjadi pada sisa ginjal tikus yang
mengalami nefrektomi 5/6 bagian ginjalnya.
2. Studi
Klinik
Peran
hipertensi pada progresi gagal ginjal banyak dipelajari pada pasien penyakit
ginjal kronik dengan penyebab diabetik dan non-diabetik. Studi pada 20 pasien
nefropati tipe I, menunjukkan korelasi yang bermakna antara tingginya tekanan
darah sistolik dengan penurunan laju filtrasi glomerular. Penelitian lain
mendapatkan bahwa kecepatan penurunan fungsi ginjal lebih berkorelasi dengan
tekanan diastolik. Hipertensi yang tidak tekontrol ternyata juga berperan pada
progresi penurunan fungsi ginjal pada pasien nefropati diabetik tipe II.
Pada penyakit ginjal polikistik
terdapat korelasi bermakna antara kecepatan progresi gagal ginjal dengan
tingginya tekanan darah sistemik. Pada berbagai bentuk penyakit ginjal kronik
yang disertai hipertensi, control tekanan darah yang baik akan menghambat
progresi penurunan fungsi ginjal. Akan tetapi data dari Northern Italian Cooperative Study Group, menyokong pendapat bahwa
hipertensi berperan terhadap progresi gagal ginjal meskipun hipotesis bahwa
penurunan tekanan darah akan menghambat progresi gagal ginjal masih perlu
klarifikasi.
Mekanisme Kerusakan Ginjal Akibat
Hipertensi
Hipertensi glomerular dikemukakan sebagai mekanisme
dasar yang berperan pada progresi kerusakan ginjal akibat hipertensi. Keadaan
seperti proses menua, diabetes mellitus, ablasi ginjal, dan penyakit ginjal
primer juga berperan pada proses terjadinya hipertensi glomerular. Hipertensi
glomerular akan mengakibatkan kerusakan sel mesangial, sel endothelial, dan sel
epithelial glomerulus, yang pada akhirnya akan berkembang menjadi glomerulosklerosis.
Pada tikus dengan nefritis nefrotoksik, tekanan
kapiler glomerulus akan jauh lebih tinggi apabila disertai hipertensi. Keadaan
ini akan menimbulkan kerusakan vascular dan glomeruler. Pada model
glomerulonefritis akibat proses imunologik, kecepatan progresi gagal ginjal
akibat hipertensi tergantung tingginya tekanan sistemik yang diteruskan ke
dalam glomerulus. Hal ini terjadi oleh karena arteriol aferen tidak mampu
meningkatkan resistensinya secara adekuat.
Selain
hipertensi glomerular berbagai kerusakan ginjal akibat pengaruh angiotensin-II
(AT-II), hipertrofi glomerular, dan umpan balik tubuloglomerular, ikut berperan
terhadap progresi penyakit ginjal kronik. Angiotensin-II merupakan faktor
pertumbuhan (growth factor) untuk sel
kolagen melalui transforming growth
factor-β (TGF-β). Regangan pada sel mesangial akibat hipertensi glomerular,
akan merangsang produksi matriks ekstrasel yang akan berakibat terjadinya
glomerulosklerosis.
Efek Proteksi Obat Anti-Hipertensi
pada Progresi Gagal Ginjal
Obat anti-hipertensi golongan ACE-inhibitor dan kalsium-antagonis banyak
dipakai pada pengobatan hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal. Efek proteksi
terhadap ginjal dari ACE-inhibitor
telah banyak diteliti pada studi eksperimental. Efek proteksi ini dikaitkan
dengan penurunan tekanan sistemik, penurunan tekanan intraglomerular melalui
dilatasi arteriol eferen, dan penghambatan proliferasi sel mesangial melalui
penekanan produksi AT-II. Oleh karena efek proteksi ini juga ditunjukkan pada
keadaan tekanan darah normal, disimpulkan bahwa efek proteksi ACE-inhibitor terhadap progresi gagal ginjal
tidak tergantung pada efek anti-hipertensi. ACE-inhibitor juga mempunyai peran
memperbaiki selektivitas ukuran (size
selectivity) pada glomerulus. Yang menjadi masalah seberapa jauh hasil pada
percobaan binatang dapat diterapkan pada manusia.
Pada pasien hipertensi maligna dan nefropati
diabetik ditunjukkan bahwa dengan turunnya tekanan darah maka progresi gagal
ginjal dapat dihambat. Berbagai studi klinik menyokong penggunaan obat
anti-hipertensi golongan ACE-inhibitor
pada pasien nefropati diabetik. Studi yang dilakukan oleh Lewis dkk, pada 409 pasien nefropati diabetik tipe I yang diobati
dengan ACE-inhibitor, setelah 4 tahun
lebih dari 50% pasien dapat dihambat penurunan fungsi ginjalnya, dibandingkan
dengan pasien yang hanya mendapat placebo. Akan tetapi efek proteksi ACE-inhibitor tehadap progresi gagal ginjal
pada penyakit ginjal primer masih meragukan.
Sebaliknya efek proteksi anti-hipertensi golongan
kalsium-antagonis masih merupakan kontroversi. Studi longitudinal menunjukkan
bahwa kalsium-antagonis nifedipin mempunyai manfaat yang sama dengan ACE-inhibitor kaptopril dalam menghambat
progresi kerusakan ginjal. Diduga efek terhadap hemodinamik intragomerular penggunaan
obat anti-hipertensi kalsium-antagonis berbeda dari efek hemodinamik yang
ditimbulkan oleh ACE-inhibitor. Obat
anti-hipertensi golongan kalsium-antagonis menurunkan tekanan darah sistemik
dan tekanan perfusi ginjal, mengubah lalu-lintas makromolekul pada mesangium,
menghambat masuknya kalsium karena tekanan, dan mengurangi hipertrofi ginjal.
Anti-hipertensi golongan kalsium-antagonis mempunyai efek dilatasi pada
arteriol aferen. Apabila tekanan darah sistemik tidak mengalami perubahan, maka
tekanan kapiler glomerular akan meningkat mengakibatkan peningkatan preload
glomerular. Sebaliknya apabila tekanan darah sistemik mengalami penurunan,
tekanan kapiler glomerular menurun oleh karena penurunan tekanan perfusi yang
melebihi peningkatan preload glomerular. Oleh karena itu walaupun
kalsium-antagonis menimbulkan dilatasi arteriol aferen dan meningkatkan tekanan
glomerular, obat golongan ini masih tetap mempunyai efek proteksi terhadap
ginjal.
Yang
menjadi masalah adalah, sebatas mana tekanan darah harus diturunkan. Sampai
saat ini belum ada batasan yang jelas, walaupun dikatakan bahwa penurunan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg diharapkan dapat menghambat progresi gagal
ginjal.
Kesimpulan
Dari berbagai studi eksperimental dan studi klinik
dapat disimpulkan bahwa hipertensi berperan terhadap progresi penurunan fungsi
ginjal pada penyakit ginjal kronik. Pada berbagai bentuk penyakit ginjal
kronik, kontrol tekanan darah akan menghambat progresi gagal ginjal.
Anti-hipertensi golongan ACE-inhibitor
dan kalsium-antagonis, keduanya sering digunakan pada pengobatan hipertensi
pasien gagal ginjal kronik dan mempunyai efek proteksi pada ginjal melalui
mekanisme yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Brenner
BM, Meyer TW, Hosteter TH. Dietary Protein Intake and Progressive Nature of
Kidney Disease: the Role of Hemodynamically Mediated Glomerular Sclerosis in
Aging, Renal Ablation, and Intrinsic Renal Disease. N Engl J Med 1982; 307:
652-9.
Klahr
S, Schreiner G, Ichikawa I. The Progression of Renal Disease. N Eng J Med 1988;
318: 1657-66.
Jacobson
HR, Klahr S. Chronic Renal Failure: Pathopsiology, Management. Lancet 1991;
338: 419-23.
Muller
GA, Schettler V, Muller CA, Strutz F. Prevention of Progression of Renal
Fibrosis: How Far are We? Kidney Int 1996; 49 (Suppl 54): S75-S82.
Anderson
S, Meyer TW, Rennke HG, Brenner BM. Control of Glomerular Hypertension Limits
Glomerular Injury in Rats with Reduced Renal Mass. J Clin Invest 1985; 76:
612-9.
Brazy
PC, Stead WW, Fitzwiliam JF. Progression of Renal Insufficiency: Role of Blood
Pressure. Kidney Int 1989; 35: 760-4.
Omata
K. Kanazawa M, Sato T, Abe F, Saito T, Abe K. Therapeutic Advantages of
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors in Chronic Renal Disease. Kidney Int
1996; 49 (Suppl 55): S57-S62.
Purkerson
ML, Joist JH, Yates J, Klahr S. Role of Hypertension and Coagulation in the
Progressive Glomerulopathy of Rat with Subtotal Renal Ablation. Mineral
Electrolyte Metab 1987; 13: 370-6.
Djakanovic
L, Susic D, Javanovic D, et. al. Effects of Catopforil and Hydralazine on
Progression of Adriamycin Nephropathy in Spontaneously Hypertensive Rats. Isr J
Med Sci. 1994; 30: 742-6.
Kobayashi
S, Hishida A. Effects of a Calcium Antagonist, Manidipine, on Progressive Renal
Injury Associated with Mild Hypertension in Remnant Kidneys. J Lab Clin Med
1995; 125: 572-80.
Sampson
MJ, Griffith VS, Drury PL. Blood Pressure, Diet and the Progression of
Nephropathy in Patients with Type I Diabetes and Hypertension. Diabetic Med
1994; 11: 150-4.
Dillon
JJ. The Quantitative Relationship Between Treated Blood Pressure and
Progression of Diabetic Renal Disease. Am J Kidney Dis 1993; 22: 798-802.
Baba
T, Murabayashi S, Tomiyama T, Takebe K. Uncontrolled Hypertension is Associated
with a Rapid Progression of Nephropathy in Type 2 Diabetics Patients with
Proteinuria and Preserved Renal Function. Tohoku J Exp Med 1990; 311-18.
Marcelli
D, Locatelli F, Alberti D, et al. Hypertension as a Factor in Chronic Renal
Insufficiency Progession in Polycyctic Kidney Disease. Nephrol Dial Transplant
1995; 10 (Suppl. 6): 15-17.
Wight
JP, Brown CB, El Nahas AM. Effects of Control of Hypertension on Progressive
Renal Failure. Clin Nephrol 1993; 39: 305-11.
Alberti
D, Locatelli F, Graziani G, et al. Hypertension and Chronic Renal
Insufficiency: the Experience of the Northen Italian Cooperative Study Group.
Am J Kidney Dis 1993; 21: 124-30.
Anderson
S, Brenner BM, Progressive Renal Disease: a Disorder of Adaption Q J Med 1989:
70: 185-9.
Campese
VM, Bigazzi R. The Role of Hypertension in the Progression of Renal Disease. Am
J Kidney Dis 1991; XVII: 43-7.
Raij
L, Azar S, Keane WF. Role of Hypertension in Progressive Glomerular Imune
Injury. Hypertension 1985; 7: 398-404.
Tollin
JP, Raij L. Antihypertensive Therapy and the Progression of Renal Disease. Are
There Renoprotective Drug? Semin Nephrol 1911; 11: 538-48.
Johnson
RJ, Alpers LE, Yoshimura A, et. al. Renal Injury from Angiotensin
II-Mediatedhypertension. Hypertension 1992; 19: 464-74.
Yoshida
Y, Fogo A, Ichikawa I. Glomerular Hemodynamic Changes vs Hypertrophy in
Experimental Glomerular Sclerosis. Kidney Int 1989; 35: 654-60.
Salmond
R, Seney FD Jr. Reset Tubulo Glomerular Feed Back Permits and Sustains
Glomerular Hyperfunction After Extensive Renal Ablation. Am J Physiol 1991;
260: F395-F401.
Wolf
G, Neilson EG. Angiotensin II as A Renal Growth Factor. JASN 1993; 3: 1531-40.
Kagami
S, Border W, Miller DE, Noble NA. Angiotensin II Stimulates Extracellular
Matrix Synthesis Through Induction of Transforming Growth Factor-β. J Clin
Invest 1994; 93: 2431-40.
Riser
BL, Cortes P, Zhao X, Bernstein J, Dumler F, Narins RG. Intraglomerular
Pressure and Mesangial Streching Stimulate Extracellular Matrix Formation in
the rat. J Clin Invest 1992; 90: 1932-43.
Saruta
T, Kanno Y, Hayashi K, Konishi K. Antihypertensive Agents and Renal Protection:
Calcium Channel Blockers. Kidney Int 1996; 49 (Suppl 55): S52-S56.
Lewis
EJ, Hunsicker LG, Bain RP, Rohde RD. The Effect of Angiotensin-Converting
Enzyme Inhibition on Diabetic Nephropathy. N Engl J Med 1994; 329: 1456-62.
Zucchelli
P, Zuccala A, Borghi M, et. al. Long-Term Comparison Between Captopril and
Nifedipine in the Progression of Renal Insufficiency. Kidney Int 1992; 42:
452-8.
Epstein
M. Calcium Antagonist and The Kidney. Implication for Renal Protection. J
Cardiovasc Pharm 1991; 18 (Suppl 10): S64-S70.
Salvetti
A, Giovanetti R, Arrighi P, Arzilli F, Palla R. What Effects Does Blood
Pressure Control Have on the Progression Toward Renal Failure? Am J Kidney Dis
1993; 21 (Suppl. 3): 10-15.