Lintah,
siapa sih yang tidak mengenal hewan yang satu ini? Boleh jadi, bagi sebagian
orang, lintah tergolong hewan menjijikkan. Hal ini dikarenakan bentuk tubuhnya
yang licin, berwarna gelap,cukup menjijikan dan menyeramkan. Apalagi,
kebiasaannya adalah menghisap darah, baik darah hewan maupun darah manusia.
Maka dari itu, hewan ini dijuluki sebagai hewan vampire atau pengisap darah.
Meskipun
lintah terkesan menjijikkan, namun perlu Anda ketahui bahwa dibalik tampilan
tubuhnya yang menjijikkan itu terdapat sejuta khasiat yang superdahsyat.
Benarkah? Ya, berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ahli kedokteran
membuktikan bahwa lintah dapat mengobati berbagai penyakit degeneratif, mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Bagaimanakah
caranya? Dan, penyakit apa saja yang bisa disembuhkan dengan lintah? Jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan ini akan dibahas berikutnya.
Nah,
khusus pada bab ini, saya sengaja tidak langsung membahas tentang kedahsyatan
lintah dalam menyembuhkan beragam penyakit tersebut, tetapi saya memulainya
dengan perkenalan awal tentang lintah. Maka dari itu, di sini disajikan
pengetahuan dasar seputar lintah.
Nama
kelas Hirudinea berasal dari kata hirudo
yang berarti lintah. Hewan ini hidup di air tawar, laut, dan darat. Tubuh
lintah ini pipih dorsal ventral dan permukaannya tertutup oleh kutikula yang
disekresikan oleh epidermis. Lintah tidak memiliki seta dan parapodia. Hewan
tersebut mempunyai dua alat isap yang berada di ujung anterior dan posterior.
Lintah
hidup sebagai ektoparasit temporer, yaitu hidup menempel sementara pada manusia
atau mamalia lainnya untuk menghisap darah. Cairan tubuh/darah yang dihisap
disimpan di dalam tembolok. Terkait itu, perlu diketahui bahwa lintah bersifat
hermafrodit.
Mayoritas
lintah hidup di air tawar, namun ada juga lintah darat atau tanah yang bergerak
melalui vegetasi lembab. Banyak lintah memakan invertebrata lainnya, tetapi
beberapa jenis lintah adalah parasit penyedot darah yang makan secara menempel
pada hewan lain secara temporer, termasuk manusia.
Lintah
memiliki panjang sekitar 1 – 30 cm. Beberapa spesies parasit menggunakan rahang
yang mirip pisau untuk mengiris kulit inang, sedangkan yang lain
mengekskresikan enzim yang mencerna suatu lubang melalui kulit. Inang umumnya
tidak sadar terhadap serangan ini karena lintah mengekskresikan suatu anestesi.
Setelah membuat sayatan, lintah menyekresikan bahan kimia lainnya, yaitu
hirudin, yang fungsinya mempertahankan darah inang supaya tidak mengumpal.
Selanjutnya, parasit itu menyedot darah sebanyak yang dapat ditampungnya.
Setelah
menyedot banyak darah, lintah bisa bertahan selama berbulan-bulan tanpa makan.
Sejak berabad yang lalu, lintah sering kali digunakan oleh dokter untuk
mengambil darah. Bahkan, sampai saat ini pun, pada zaman modern, lintah masih
tetap digunakan untuk mengobati memar dan merangsang sirkulasi darah ke jari
tangan atau kaki yang telah dijahit kembali setelah kecelakaan.
Anggota
kelompok hewan ini meliputi lintah dan pacet. Hirudo medicinalis (lintah) bisa menghasilkan zat hirudin. Lintah
banyak ditemukan di Eropa dan Amerika. Sedangkan, Haemadispa zeylanica (pacet) banyak hidup di Asia Tenggara. Adapun Hirudinaria javanica disebut juga lintah
kuning.