Showing posts with label TINDAKAN KEPERAWATAN. Show all posts
Showing posts with label TINDAKAN KEPERAWATAN. Show all posts

Monday, June 17, 2013

PERAWATAN KOLOSTOMI

Tujuan Umum:
Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta dapat melakukan perawatan kolostomi dengan benar.
Tujuan Khusus:
Setelah mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu:
1.      Menjelaskan tujuan pembuatan kolostomi.
2.      Menyebutkan tipe-tipe kolostomi dan menentukan lokasi tiap tipe kolostomi dan konsistensi keluaran.
3.      Menjelaskan tujuan manajemen keperawatan kolostomi.
4.      Mengimplementasikan tehnik keperawatan kolostomi:
-          Observasi stoma dan peristoma.
-          Perawatan kulit peristoma.
-          Seleksi kantong stoma.
-          Cara mengosongkan kantong stoma.

Pendahuluan
A.       Kolostomi adalah pembuatan lubang dari kolon ke permukaan abdomen. Feses keluar melalui stoma dengan aksi peristaltik. Berhubung karena stoma tidak mempunyai spincter, maka flatus dan feses keluar tidak terkontrol. Stoma yang normal adalah segar, lembab, merah mengkilap, sama dengan mukosa bibir. Lokasi stoma bisa dimana saja ditentukan oleh lesi kolon seperti : sekum, tranverse, dan sigmoid.
Ada beberapa tipe kolostomi:
1.      Permanent Kolostomi (Singgle Bariel), yaitu jika sebagian dari kolon diangkat karena tumor, obstruksi atau karena proses suatu penyakit seperti chron disease atau paraplegi.
2.      Temporari Kolostomi (Double Bariel), adalah mengalihkan pengeluaran feses sementara untuk penyembuhan setelah infeksi atau reseksi sebagian kolon, kemudian disambung lagi dengan reanastomose dan pasien dapat buang air besar normal kembali. Lokasi stoma untuk sigmoid umumnya dipertengahan antara lipatan paha dan garis pinggang serta pertengahan garis tengah abdomen sebelah kiri. Lokasi yang sama tapi sebelah kanan umumnya adalah lokasi untuk stoma kolon assenden. Keluaran dari stoma sigmoid maupun stoma assenden dari semi solid sampai solid.

B.     Ileostomi adalah pembuatan lubang dari ileum ke permukaan abdomen. Prosedur ini dilakukan apabila seluruh kolon harus diangkat atau bypass karena suatu penyakit seperti kanker, ulserative colitis, atau chron disease. Keluarannya biasanya cairan yang kaya akan enzim pencernaan. Lokasi stoma umumnya bagian kanan, dibawah pinggang.

C.    Continent Ileostomi adalah alternatif untuk membuat intussusception yaitu berupa kantong ileum dibawah dinding abdomen dan dibuat klep untuk mencegah drainage effluent dengan cara memasukkan kateter ke dalam stoma  untuk mengeluarkan effluent secara teratur. Prosedur ini disebut “Koch Pouch”

Pengkajian:
1.      Tentukan tipe kolostomi pasien.
2.      Kaji alasan dilakukan kolostomi.
3.      Tanyakan apakah pasien mengerti cara perawatan stoma.
4.      Observasi respon pasien baik verbal maupun non verbal saat diskusi tentang stoma.
5.      Kaji warna, size, kelembaban, dan intact jahitan luka stoma.
6.      Inspeksi peristoma apakah ada kemerahan, area yang teriritasi, dan abnormal lainnya.

Diagnosa Keperawatan:
1.      Perilaku mencari tenaga kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang merawat stoma.
2.      Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan sering terekspos dengan keluaran dari stoma.
3.      Gangguan body image berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.
4.      Konstipasi atau diare berhubungan dengan perubahan pola eliminasi.

Perencanaan:
1.      Peristoma intact tidak ada kemerahan, iritasi, dan erosi.
2.      Tidak ada kebocoran di sekitar stoma.
3.      Kantong stoma hanya terisi separuh kantong setiap saat.
4.      Kantong stoma terhindar dari bau.
5.      Perawat/care giver/pasien dapat mendemonstrasikan cara perawatan kolostomi.

Persiapan Alat:
1.      Cairan skin barrier.
2.      Pasta barrier.
3.      Kantong kolostomi, clear drainable colostomy/ileostomy dengan ukuran yang tepat untuk two-piece dengan klem system atau one piece yang ada skin barrier.
4.      Bensin wash.
5.      Sarung tangan bersih.
6.      Ostomy deodorant (pewangi ruangan).
7.      Kapas lembab.
8.      Pengalas (under pad).
9.      Baskom dengan air hangat.
10.  Gunting kolostomi.
11.  Plester atau ostomy belt.
12.  Kolostomi guide.
13.  Powder kolostomi (bagi klien yang iritasi kulit).
14.  Kantong sampah.
15.  Near beken.
16.  Kom.
17.  Spidol.

Cara Kerja:
1.      Atur posisi pasien supine atau berdiri.
2.      Cuci tangan dan pakai sarung tangan bersih.
3.      Pasang pengalas (under pad).
4.      Angkat kantong kolostomi lama dengan menekan kulit sekitar kolostomi, gunakan bensin wash untuk mempermudah dan letakkan ke kantong sampah.
5.      Bersihkan peristoma secara hati-hati dengan menggunakan kapas lembab lalu dikeringkan dengan tissue.
6.      Gunting lubang kantong kolostomi baru dengan menggunakan kolostomi guide (1/16-1/8 inc lebih besar dari lubang kolostomi) sebelum membuka plastik penutup perekat kantong/face plate.
7.      Pasang skin barrier dan kantong, apabila kulit ada yang tidak rata beri pasta kolostomi dan tunggu sampai kering 1-2 menit sebelum dipasang kantong kolostomi.
8.      Tekan pinggir kantong kolostomi dengan telunjuk secara pelan.
9.      Jika kantong kolostomi telah terpasang dengan baik letakkan tangan perawat diatas kolostomi selama 2 menit untuk meyakinkan bahwa kantong terpasang dengan benar.
10.  Pasang belt kolostomi atau plester non allergic.
11.  Rapikan alat-alat dan semprot ruangan dengan deodorant kolostomi (pewangi ruangan).
12.  Buka sarung tangan dan cuci tangan.
13.  Kantong kolostomi dapat dipertahankan 3-7 hari serta dapat dipakai saat mandi dan setelah mandi dan keringkan dengan baik.
14.  Dokumentasikan.

Evaluasi:
1.      Tidak ada kemerahan, iritasi, erosi, dan gangguan kulit sekitar peristoma.
2.      Sekitar stoma bebas dari kebocoran.
3.      Kantong stoma hanya berisi setengah oleh feses dan bebas dari flatus (tidak kembung).
4.      Bebas bau dari kantong stoma.
5.      Pasien dapat merawat stoma secara mandiri.

Dokumentasi:
1.      Penampilan dari stoma, kulit peristoma, karakter keluaran dari stoma.
2.      Dokumentasikan respon pasien terhadap stoma.

3.      Laporkan proses pembelajaran dalam merawat stoma secara mandiri.

TINDAKAN KEPERAWATAN TRAKHEOSTOMI DAN FISIOTERAPI DADA

A.    Trakheostomi
(1)   Pengertian
Trakheostomi adalah tindakan yang dilakukan pada klien/pasien untuk menegakkan jalan nafas yang stabil

(2)   Tujuan
Untuk menegakkkan jalan nafas yang stabil

(3)   Indikasi
-          Obstruksi jalan nafas bagian atas
-          Ventilasi mekanik jangka panjang
-          Kebutuhan akan higiene Polmuner yang intesif

(4)   Komplikasi
-          Infeksi
-          Luka mukosa trakeal
-          Dilatasi trakeal
-          Stenosis trakeal
-          Trakeomalasia
-          Fistula Esofageal
-          Hemoragi
-          Pnemotoraks
-          Kerusakan saraf laring
-          Obstruksi jalan nafas (sekresi yang kering, tube menggulung)

(5)   Peralatan
Tray trakeostomi :
  • Lidokain 2% (dengan atau tanpa epineprin, tergantung pada pandangan dokter)
  • Handuk steril
  • Peralatan bedah
-          Gaun steril
-          sarong tangan
-          Kap, dan masker
  • Spuit 10 ml (2)
  • Jarum suntik No. 25
  • Satu set gulungan (sheet roll)
  • Benang (biasanya kromik 2-0 dan silk 2-0)
  • Larutan jodium
  • 10 pak kasa busa ukuran 4 x 4
  • Satu trakeostomi (2 ukuran yang dianjurkan oleh dokter, satu buah ukuran kecil, satu buah berukuran besar)
  • Peralatan penghisap (suction)
  • Kiteter penghisap steril dan sarong tangan
  • Ujung penghisap Yankauer steril
  • Satu set instrumen steril
  • Tabung oksigen atau ventilator seperti yang diinstruksikan dokter

(6)   Prosedur Kerja
1.      Jika pasien sadar, dokter harus menjelaskan prosedurnya dan meminta izin tindakkan operasi.
2.      Yakinkan bahwa pasien mendapat terapi intravena yang baik. (Hal ini mungkin diperlukan untuk memberikan narkotik sebagai sedasi atau obat darurat selama prosedur)
3.      Siapkan semua peralatan di sisi tempat tidur. Tanyakan dokter jenis dari benang yang disiapkan dan ukuran tube yang digunakan.
4.      Periksa untuk menyakinkan peralatan penghisap dan ambu bag sudah tersedia dan berfungsi.
5.      Jika pasien tidak dipasang monitor jantung, hubungkan baik ke monitor atau ke mesin EKG.
6.      Pindahkan bagian atas dari tempat tidur atau usungan
7.      Bantu dokter dalam mengenakan gaun steril, sarung tangan, kap, dan masker.
8.      Tempatkan gulungan (sheet roll) diantara bahu pasien.
9.      Buka handuk steril dan instrumen steril dan berikan pada dokter yang kemudian menutupi pasien.      I
10.  Buka 10 pak kasa busa dan berikan pada dokter
11.  Buka spuit dan berikan pada dokter dengan teknik steril.
12.  Hubungkan jarum No. 25 ke spuit yang ada di tangan dokter. Pertahankan teknik steril.
13.  Bersihkan ujung botol lidokain 2% dengan jodium.
14.  Balikkan botol lidokain 2% sehingga dokter dapat memasukkan jarum dan mengaspirasi sebanyak 10 ml ke dalam spuit.
15.  Buka tray trakeostomi. Tempatkan tray pada meja di sebelah tempat tidur dalam jangkauan dokter.
16.  Buka benda-benda sutura dan trakeostomi tube dan tempatkar pada tray trakeostomi.
17.  Buatlah suatu kepastian bahwa dokter telah memeriksa kebocoran dan daya kembang manset yang simetris.
18.  Jika pasien dalam intubasi dengan endotrakeal tube (ET), dokter dapat meminta perawat untuk mencabut secara perlahan ET tube sebagaimana dokter memasukkan trakeostomi tube. Yakinkan untuk melakukan penghisapan nasofaring dan mulut serta kempeskan manset sebelum tube dicabut.
19.  Berikan kenyamanan dan dukungan pada pasien selama prosedur, Pertahankan IV line tetap dalam keadaan baik bilamana diperlukan untuk memberikan obat-obatan dan memonitor adanya disritmia.
20.  Sekali tube pada posisinya, dokter tidak atau mungkin akan menjahit tube tersebut ke kulit. Perawat melakukan fiksasi di­tempatnya dengan pita trakeostomi.
21.  Sekali tube pada posisinya, kembangkan manset dengan volume yang minimal (lihat intubasi endotrakea), ventilasi pasien, dam auskultasi bunyi napas untuk mengkaji ventilasi yang adekuat.
22.  Lakukan penghisapan pada tube

(7)   Tindak lanjut
1.      Tempatkan oksigen dam pasang ventilator sebagaimana yang diperintahkan.
2.      Pasang pembalut steril mengelilingi tempat insersi. Jangan guna­kan bahan dari katun dan jangan potong pengisap dari busa yang berukuran 4 x 4. Hal ini dapat menyebabkan serabutnya ter­sangkut saat dilakukan aspirasi.
3.      Perintahkan untuk melakukan rontgen foto dada untuk me­mastikan posisi tube dan memeriksa adanya pneumotorak. Bersihkan pasien dan berikan rasa nyaman.
4.      Catat ukuran dan jenis dari trakeostomi tube pada bagian atas.

B.     Fisioterapi dada / Tube Torakostomi
(1)   Pengertian
Fisioterapi dada adalah tindakan yang dilakukan pada klien/pasien yang mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekret.

(2)   Tujuan
-          Untuk memberikan kembali tekanan negatif dalam dada
-          Untuk mengembangkan kembali paru-paru
-          Untuk mengeluarkan penumpukkan cairan di dada

(3)   Indikasi
-          Pneumotorak
-          Hemotarok
-          Propilaksis, dalam, menyeleksi kasus dari tersangka cedera paru-paru yang berat.
-          Keterbatasan paru-paru

(4)   Komplikasi
-          Perdarahan interkostal
-          Empisema, (1-16% kasus berkembang menjadi empisema)
-          Kerusakan pada saraf interkostal, vena, atau arteri
-          Kerusakan pada pembuluh mammae
-          Empisema mediastinum
-          Pneumotorak kambuhan

(5)   Peralatan
-          Betadin
-          Kasa buss 4 x 4
-          Sumber cahaya
-          Sedasif jika diperlukan
-          Lidokain 1% tanpa epineprin (20 ml)
-          Spuit (110 ml), Jarum suntik No. 18 dan No. 23 Tube dada No. 28 atau 36 French (untuk dewasa) Sistem drainase dada, penyedot (pompa emerson)
-          Sumber oksigen
Tray torakostomi:
-          Tirai Steril
-          Mata pisau skalpel dan tangkainya No. 10 dan No. 11
-          Pemegang jarum (4)
-          Retraktor dada kecil tinochette atau retraktor dada dengan penahan kecil (2)
-          Klem mosquito (6)
-          Klein kelly bengkok yang besar
-          Gunting jaringan (2)
-          Gunting jahitan (2)
-          Gunting diseksi bengkok metsenbaum (2)
-          Forsep jaringan dengan dan tanpa gigi (2)
-          Larutan bensin
-          Plester
Benang:
-          2-0, 30 silk jarum kulit (cutting needle)
-          2-0, 30 silk dengan jarum jaringan (taper needle)
-          4-0 monofilamen dengan jarum kulit (cutting needle)

(6)   Prosedur Kerja
1.      Kaji jalan napas pasien, napas, dan sirkulasi (ABC)
2.      Tindakan untuk melindungi ABC (udara, pernapasan, sirkulasi)
3.      Berikan oksigen seperti yang dibutuhkan
4.      Tetapkan aliran intravena dan pastikan penggantian cairan
5.      Kaji pasien dan tersangka dari adanya cedera dada jika hal-hal di bawah ini terdapat:
a.       Memar pada dada atau abdomen
b.      Tanda luka dalam atau luar
c.       Asimetri dada
d.      Menggunakan otot bantu napas untuk bernapas
e.       Retraksi
f.       Tidak ads suara napas, biperesonansi
g.      Pain
h.      Adanya empisema subkutan
6.      Ingatkan dokter jika pasien mengalami perkembangan komplikasi pernapasan.
7.      Tentukan nilai dasar analisa gas darah.
8.      Ingatkan ahli terapi pernapasan jika diperlukan.
9.      Jika mungkin, kaji apakah pasien alergi terhadap betadin.
10.  Jika waktu memungkinkan, jelaskan prosedur pada pasien dan keluarga.
11.   Hubungkan pada monitor jantung.
12.  Baringkan pasien pada posisi supinasi dengan menempatkan, gulungan di bawah sejajar bahu. Letakan lengan pasien di alas kepala dan lakukan restrain jika diperlukan.
13.  Berikan sedatif pads pasien jika diperlukan. Harus berhati-hati karena mungkin terjadi depresi pernapasan.
14.  Bantu dokter dengan menyiapkan area. Pastikan betadin dan kasa busa tersedia.
15.  Arahkan cahaya pada sisi dada yang tepat.
16.  Bantu dokter dalam menganestesi daerah dada.
17.  Bantu dokter dalam menggunakan sarung tangan, masker, dan gaun.
18.   Buka baki tube dada.
19.  Bantu dokter dalam mempertahankan daerah steril.
20.  Buka tube dada yang sesuai ukurannya dan letakkan pada tempat yang steril
21.   Buka peralatan jahit/sutura.
22.  Buka dan siapkan sistem drainase dada.
23.  Siapkan peralatan penyedot sepanjang 20 cm dari penyedot.
24.  Bantu dokter dalam menginsersi tube.
25.  Kaji ketepatan dari tube dengan melakukan noting fogging tube dada selama ekspirasi dan dengan mendengarkan pergerakan udara.
26.  Catat jumlah dan konsistensi dari haluaran tube dada.
27.  Hubungkan tube dada ke sistem drainase dada, dan catat baluaran dengan segera
28.   Hubungkan sistem drainase dada ke penghisap pada 20 cm air penyedot.
29.  Hubungi kamar operasi jika, tindakan pembedahan dibutuhkan kemudian. (Catat: Kehilangan 1500 ml atau 1000 ml cairan pada awal dan diikuti dengan kehilangan 200 ml/jam selama 4 jam menandakan hemotorak masif yang membutuhkan tindakan pembedahan.)
30.  Bantu dokter dalam menjahit tube dada pada tempatnya.
31.  Bantu dokter dalam memasang balutan.
32.  Hubungi petugas X-ray film untuk memeriksa posisi tube dada.
33.  Bantu dokter dalam memperbaiki posisi tube bila diperlukan.

(6)   Tindak lanjut
1.      Kaji adekuat pernapasan dengan melakukan observasi pada perubahan dalam kecepatan atau irama pernapasan, simetri dada penggunaan alat bantu atau otot-otot interkostal, atau retraksi.
2.      Lakukan auskultasi untuk mengetahui suara nafas bilateral dan hiperesonansi.
3.      Observasi awal gejala adanya peningkatan dalam empisema subkutan. Hal ini dapat ditandai dengan adanya kebocoran udara pada sistem yang membutuhkan evaluasi selanjutnya.
4.      Catat setiap perubahan dalam tingkat kesadaran atau warns kulit.
5.      Monitor tenda-tenda vital dan haluaran drainase dada dalam 15 menit x 4, 30 menit x 2, kemudian setiap 1 jam sampai stabil.
6.      Monitor drainase dada setiap 1 jam.
7.      Lanjutkan dengan pemeriksaan dan evaluasi dari ujung kepala sampai ujung kaki.
8.      Lakukan suatu tindakkan tertentu bila diperlukan.




DAFTAR PUSTAKA

Abels LF. Mosby's manual of critical care. Saint Louis: CV Mosby 1979:142. Morrison
Morrison ML. Respiratiry intensive care nursing. 2nd ed. Boston: Little, Brown, 1980 : 99.
Person CB. Critical care procedure and protocols. A Nursing proses approach. Approach. Philadelphia : JB Lippincott, 1987:255.
Smith S Duell D. Clinical nursing skills. Los Altos: National Nursing Review. S. Duell 1985 : 674.
Amerian College Of Surgeon Committee on Trauma. Advance Trauma Life Support, Chicago :American College of Suegeons, 1985 : 73

Graham JM, Matlox KL, Deal AC Jr. Penetrating Trauma of Lung. J. Trauma 1979; 19 : 665.